webnovel

Bab 1

Pertunangan yang diatur oleh keluarga membawanya pada masalah!. Sikap "tunangannya" yang arogan, sahabat yang licik, kehilangan keluarga dan berakhir dengan kematian. Saat ia meregang nyawa dalam penyesalan ia meminta kepada Allah kesempatan kedua untuk memperbaiki segala kekeliruan yang ia perbuat. Allah mengabulkan permohonannya dan ia berusaha yang terbaik bagi hidup yang telah dikembalikan padanya. Putri Yuna Prameswari harus bertahan dan menjaga hidupnya agar lebih berkualitas.

Mengingat kembali saat ia tinggal di rumah itu, bentuknya seperti sebuah vila peninggalan Belanda. Ia sampai dirumah warisan itu dalam balutan kain kafan dan dalam gendongan pria itu, Ahi Sasongko. Ia merasa malu karena ia tak mengenakan apapun selain kain putih yang membungkus tubuhnya. Ia menyembunyikan wajahnya di dada lelaki tersebut karena wajahnya memanas dan ia tak ingin wajahnya yang memerah terlihat olehnya. Hasilnya... malah ia semakin gelisah. Ia mendengar degup jantung lelaki itu yang berdegup merdu ditelinganya, Suara yang menunjukan kehidupan seseorang.

" Aku akan membawamu kekamar mandi dan pakaianmu akan tersedia dikamar ganti" kata Ahi. Ia meletakkan tubuh Yuna dilantai kamar mandi dan membuka ikatan dikakinya. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi itu.

Setelah lelaki itu pergi, Yuna melepaskan diri dari kain yang membungkusnya. Ia meletakkan kain putih yang telah ternoda tanah liat kuburan kedalam keranjang baju disisi kanan pintu masuk. Ia memutar keran berwarna merah. Bila dimalam hari ia harus keramas maka ia tak sanggup mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Setelah air mengalir ia mulai mandi, tubuh nya yang penat terasa ringan dan segar setelah ia membasuh tubuhnya untuk kali terakhir dan mengeringkan dirinya dengan handuk yang telah tersedia di gantungan handuk. Ia melihat sebuah pijama mandi, pijama itu tepat dengan ukuran tubuhnya. Dikamar ganti telah tersedia sebuah gaun tidur merah jambu dan sebuah sandal dengan hiasan telinga kelinci disisi kanan dan kiri. " Lucu sekali...imut" gumamnya dan mengenakan sandal itu kemudian berjalan menuju ruang keluarga. Ia pergi keruang itu karena ada suara televisi dari arah itu. Disana Ahi telah menanti dengan sebuah remote control ditangannya. Ia sedang menonton berita. Mendengar suara langkah Yuna lelaki tersebut mematikan televisi. Ia mempersilahkan gadis itu untuk duduk.

" Bagaimana nona Amazon? bagaimana rasanya terkubur sementara kau masih hidup? Bersyukurlah aku datang tepat waktu" suaranya dingin memecah kesunyian. " Tuan muda rasakan sendiri

dan tak perlu pendapatku... untuk pertolonganmu tadi... terima kasih" jawab Yuna dengan suara mengejek.

Ahi menghelus janggutnya, ia menyipitkan matanya," gadis yang keras kepala" katanya dalam hati.

"Kamu tahu kenapa tiba tiba kamu berada didalam kubur?" tanya Ahi lagi. Yuna menggeleng," Yang kuingat adalah suara jeritan Sarwenda" katanya.

" Ia memang seorang aktris sejati, ia sangat pandai berpura pura" Ahi menyeringai. Yuna mendongak memandang lelaki itu.

" Maksudmu?" tanyanya, lelaki itu terkekeh. " Wahai kekasihku, alangkah naifnya dirimu". ujarnya menatap langsung kebola mata Yuna. Yuna menelan ludah tak mengerti pada perkataanya. "Sarwenda....temanmu itu. Ia adalah orang yang memasukan bubuk penghenti detak jantung dan aku selaku seorang dokter memastikan kematianmu" katanya datar. Yuna membelalakkan matanya, menggebrak meja air matanya berurai tanpa ia sadari. ' Kau... apa tujuanmu melakukan hal itu?".

"Aku tak punya cara lain, kau menolakku terang terangan. Sedangkan aku telah berjanji pada kedua orang yang aku sayangi, kakek buyut ku dan nenek buyutmu. Bagaimanapun aku seorang lelaki dan kata kataku harus dipercaya."

"Aku bukan menolakmu... hanya aku tak suka dengan gaya mu yang seperti kaisar. Seolah kau berkuasa di atas semua orang". Ahi memandang Yuna tak percaya dengan pendengarannya. Ia terkekeh," Aku biasa memerintah bawahanku dan menurutku seorang istri harus menurut pada suami" katanya tak peduli dengan Yuna yang tiba tiba saja cemberut. "Aku bukan istrimu!" sergahnya. Ahi menyeringai wajahnya mengejek," Kau akan selalu jadi istriku, meski kau menolak sampai jutaan kali" Bola mata hitamnya semakin menghitam. "Aku tak akan memaksamu untuk benar benar jadi istriku. Lagi pula hal itu masih lama terpenuhi. Setidaknya apa yang disyaratkan oleh warisan kakek buyut telah terpenuhi, kita bisa tinggal bersama sekarang". kata Ahi tak peduli dengan sikap Yuna yang terlihat kesal. "Mulai sekarang tugas rumah tangga kamu yang kerjakan. Semua pembantu akan aku PHK... apa gunanya kau ada disini kalau kau tak melakukan apa apa, sekalian belajar untuk jadi ibu rumah tangga yang baik kelak" baru saja ia selesai berbicara sebuah suara yang dibuat buat merdu terdengar.

" Ahi sayang... kau disitu rupanya" serabut wajah cantik muncul. Sarwenda menutup mulutnya kaget melihat Yuna yang telah dikubur kemarin sore duduk di sofa.

" Aha... sang penghianat datang" suara Ahi kering dan bosan melihat perempuan itu. Sarwenda duduk disamping Ahi. Dengan santainya ia meletakkan tangannya kepaha Ahi. Ahi menepis tangannya. " Aduh aduh aduh si tampan masih saja galak" ujarnya kemudian mendelik kan mata ke Yuna.

" Selamat datang kembali ke kehidupan wahai Princess Yuna" katanya dengan suara mengejek.

" Siapa yang mengijinkan mu masuk kerumah ini iblis centil" tegur Ahi. Sarwenda tersenyum teramat manis. menggelayut manja pada pundak Ahi.

" Pangeran ku tercinta, tentu saja karena rasa rinduku padamu" bibirnya yang ranum dan berwarna semerah darah tersenyum menggoda. Ahi berdiri menghindari bersentuhan dengan gadis itu, ia memasang wajah dingin. "Kalian para gadis memang membosankan dan selalu membuat masalah. Jangan merusak hariku karena kamu itu palsu" ucapan itu ia tujukan pada Sarwenda.

" Aku mengijinkan kau masuk kerumah ini karena kau telah membantuku mendapatkan tunanganku, tapi bila kau terus merayuku... go to hell! Aku akan memperbaiki barikade rumah ini agar golongan kalian tak bisa masuk kesini" dengan sinis Ahi meninggalkan kedua gadis diruangan itu.

Hari hari selanjutnya dilalui oleh Yuna dalam pengawasan Ahi. Sarwenda kadang muncul secara tiba tiba, mengganggu kerja Yuna. Ia menumpahkan air untuk mengepel, menaburkan tambahan garam didalam masakan sehingga Ahi semakin sering marah padanya. Yang paling menyebalkan adalah sikapnya seperti penguasa ditempat itu.

Suatu hari merengek manja pada Ahi untuk menemaninya berbelanja di supermarket terdekat dan Ahi menyuruh Yuna menggantikan dia menemani Sarwenda. Di supermarket, Sarwenda berulah, ia mencuri seuntai kalung berlian dan tertangkap tangan oleh Satpam. Ia sebaliknya menuduh Yuna yang mencuri. Setelah beradu argumentasi dan berakhir dengan Yuna menelpon Ahi, mereka dibebaskan dengan jaminan.

Pagi sangat cerah, burung burung berkicau memamerkan suara merdu mereka, angin semilir menggoyang dedaunan, embun pun menetes laksana kristal bening. Sungguh anugrah dari Allah yang luar biasa. Yuna berdiri dijendela kamarnya. Ahi baru saja selesai lari pagi, rutinitas yang ia lakukan bersama Arlan. Dihalaman rumahnya ia melihat sesosok wanita yang sangat mempesona sedang menatap kerimbun bunga mawar yang sedang bermekaran dan anggrek bulan yang putih kekuningan. Wajah cantiknya tak terlupakan sehingga tanpa sadar Ahi berucap, " Subhanallah, yang satu ini memang beda" katanya berbisik. Arlan mendengar samar samar bisikan itu.

" Bos, kalau cinta ga usah pura pura lah" katanya tersebut membuat Ahi tersentak. " Apa maksudmu? ingin dirundung olehku, Arlan..." suara Ahi datar namun bola matanya yang hitam berbinar nakal. " Ah,bos jangan begitu...kasihan sedikit dengan pegawaimu ini. Istri dan anak anakku bagaimana?" Arlan membungkuk seolah meminta maaf dari hati terdalam. Ahi tergelak saat itu ekor matanya menangkap Yuna sedang bersenandung.

" Jangan ditahan bos, ucapkan saja ...pasti beres" Arlan kembali berkomentar. Ahi berpura pura marah dan meninju dada sopir itu pelan.

" Semua ada waktunya..." ujar Ahi mengelap wajahnya yang berkeringat. Arlan tertegun mendengar kalimat itu.

"Tuuuh kan si Bos...!" Ahi mengabaikan kalimat itu dan bergegas kedalam rumah, ada 'meeting' dengan klien dari perusahaan garmen yang akan merger dengan perusahaannya. Saat ia akan memasuki mobil telpon selularnya berdering. " Sarwenda" nama itu muncul dilayar. Dengan sebal ia menerima panggilan itu." Ya, Ahi Sasongko disini"

" Sayang ...aku ada tiket perjalanan wisata ke air terjun Curup Tenang, kau ikut ya!" suara palsu itu mengundangnya.

" Aku tak bisa, ada beberapa bisnis yang harus kutangani" Ahi menjawab dengan malas. " Aduuuuh gimana dong... nanti hangus tiketnya" Sarwenda mengeluh manja. " Cari saja orang yang bisa menemanimu kesana".

"Aku ajak Yuna boleh?" Ahi terkejut.

' Tidak kuizinkan" katanya tegas.

" Aku akan pergi dengannya kau izinkan ataupun tidak, daaaag". Yuna pergi bersama Sarwenda dan berakhir dengan tubuh penuh tikaman pisau dan terapung sepanjang sungai sampai Aku Kamajaya menolongnya.

Next chapter