KANYA
_______
Rasa kecewa Naren mungkin sudah menggunung sekarang. Dia sama sekali tidak menghubungiku. Sekarang jarum jam sudah menunjuk ke angka 10, tapi tidak ada tanda-tanda Naren pulang. Entah sudah berapa kali aku bolak-balik keluar masuk kamar demi mengecek kedatangan lelaki itu. Nihil.
Aku mendesah seraya memperhatikan layar ponsel. Bahkan teleponku tidak dia jawab. Jariku terus menggulir layar mencari nomor Arsen. Mungkin Naren sedang bersamanya.
Panggilanku langsung tersambung. Nada dering ketiga, Arsen di sana mengangkatnya.
"Halo, Mbak Kanya. Katanya mau ke sini, nggak jadi?" Arsen langsung menodongku dengan pertanyaan.
"Ke sana? Kapan aku bilang?" Aku jadi bingung.
"Bukan Mbak sih yang bilang, tapi Kak Naren."
"Dia udah di sana?" tanyaku merasa ada kesempatan membahas masalah itu.
"Nggak ada. Kalian nggak jad—loh, Mbak Kanya nggak lagi sama Kak Naren?"
Dia menyadari ternyata. Kalau Naren nggak bersama lelaki itu, lalu pergi ke mana dia sekarang?
Support your favorite authors and translators in webnovel.com