Rempong!
Pagi ini benar-benar rempong. Kami membawa kotak makan seperti orang piknik beserta lauk pauk dan tetek bengeknya. Dari jam empat subuh, Silvi sudah sibuk di dapur. Sementara aku jam segitu masih ileran. Dan saat bangun tahu-tahu makanan sudah berjejer rapi di atas meja makan. Wanginya mantap. Aku rasa kalau buka catering Silvi bakal sukses.
Tadinya Silvi kekeh mau naik busway membawa semua makanan yang sudah dia masak ini. Tentu saja aku menolak keras. Meskipun jarak tempat kami dekat. Aku pun memesan taksi online untuk berangkat dengan segala kerempongan ini.
"Besok-besok lagi nggak usah nawarin masak gini. Nyisa berapa duit kemarin?" tanyaku saat kami berada di mobil taksi.
"Cuma nyisa 50 ribu doang," sahut Silvi nyengir.
"Lo kantongin aja itu. Anggap aja upah masak lo."
"Terus lo?"
"Gue?" Dahiku mengernyit. "Gue kan nggak ngapa-ngapain cuma nebeng makan doang."
"Tapi gas, peralatan makan ini, dan dapur lo?"
"Ahelah, itu nggak usah dihitung."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com