webnovel

Qin Siyuan Adalah Saudara Tiri Gu Anxi.

Editor: Wave Literature

Gu Anxi duduk kembali. "Terima kasih! Aku harus pulang!"

"Bagaimana caraku membayar biaya pengobatannya?" ujar Gu Anxi sambil memiringkan kepalanya.

Tatapan mata Bo Xichen yang sedingin es tertuju pada wajah Gu Anxi. Alih-alih menjawab pertanyaan yang dilontarkan Gu Anxi barusan, Bo Xichen malah balik menanyakan hal lainnya, "Apa kamu tadi benar-benar sedang mandi?"

Mata jernih Gu Anxi balas menatapnya dengan kebingungan. 

"Lupakan, anggap saja aku tidak bertanya," kata Bo Xichen sambil tersenyum tipis.

Gadis ini tadi jelas-jelas tertidur di hadapan Bo Xichen, orang asing baginya. 'Infinite' adalah pemimpin besar komplotan tindak kejahatan yang sangat handal dan dapat menghindari semua jenis pelacakan pasar gelap. Tidak mungkin orang itu bertindak begitu ceroboh. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Gu Anxi bukanlah 'Infinite'.

Selain itu, Gu Anxi masih sangat muda.

Makhluk yang sangat kecil dan rapuh.

Malam sudah semakin larut, jadi Bo Xichen mengantar Gu Anxi pulang.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka tiba di depan sebuah bangunan villa yang sangat indah.

Bo Xichen mengulurkan tangan dan membukakan pintu untuk Gu Anxi. Tak lupa, Gu Anxi turun dari mobil sambil mengucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Gu Anxi terdengar sangat dingin.

Tatapan Bo Xichen tertuju pada tubuh Gu Anxi, lalu dia memberi senyum ringan. "Anak muda, lain kali jangan menganggap remeh suatu perkelahian. Keberuntungan tidak selalu berpihak padamu."

Gu Anxi tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya menoleh.

Dia tentu menyadari arti kata 'menganggap remeh' yang diucapkan pria ini.

Di lubuk hatinya yang terdalam, Gu Anxi merasa sedikit tersentuh mendengar ada seseorang yang mengkhawatirkannya. Rasanya sudah sangat lama sekali. Setelah kecelakaan itu, tidak ada seorang pun yang dapat memahami situasinya dan berbicara seperti ini padanya. 

Dia sedikit menekuk jarinya dan berbalik untuk melihat ke arah Bo Xichen. "Dokter Bo, kamu juga, lain kali jangan menganggap semua orang sebagai orang baik. Banyak orang yang memiliki kisah hidup yang sama seperti 'Petani dan Ular'. Intinya, kita harus membedakan mana manusia yang baik dan mana manusia yang jahat. Kita hanya boleh mengulurkan tangan untuk membantu orang-orang yang benar-benar baik. Bahkan meskipun kamu memperlakukan orang jahat itu dengan penuh kebajikan, sifat mereka tidak akan bisa berubah."

Sorot mata Bo Xichen tidak memperlihatkan emosi apa-apa. Setelah terdiam selama beberapa saat, akhirnya dia tersenyum. "Dari dulu, aku bukanlah seorang petani. Aku juga tidak takut ular." 

Gu Anxi menggigit bibir bawahnya dan berbalik pergi.

Kata-kata yang penuh arti tersembunyi.

"Anak kecil yang tidak punya hati nurani." Bo Xichen menggumamkan kata-kata ini dengan ekspresi menyeramkan. Belakangan ini, Bo Xichen merasa bahwa dirinya sedikit aneh. Ada perasaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Tapai, dia memilih untuk melupakan hal itu dan masuk ke dalam mobil.

Bukannya langsung menginjak pedal gas, dia malah mengambil ponselnya dan memberi perintah pada Feng Xi.

(Periksa informasi gadis yang bernama Gu Anxi.)

Bo Xichen ingin tahu seperti apa sebenarnya latar belakang seorang Gu Anxi. Gadis itu tinggal di villa yang sangat bagus, namun dia malah melakukan pekerjaan rendahan di Bar Dise. 

…..

Sinar bulan di malam yang sudah larut ini menyempurnakan keindahan langit. 

Sebagian besar lampu di vila Gu Anxi tampak redup, dan hanya ada beberapa lampu kecil yang masih menyala, seakan menunggu penghuninya yang pulang larut malam.

Saat Gu Anxi memasuki ruang tamu, lampu-lampu di sana langsung menyala.

Tiba-tiba, seseorang muncul di hadapannya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia adalah Qin Siyuan. "Apa berkeliaran malam-malam seperti ini sangat menyenangkan? Bukankah kau harus menjelaskan kenapa pulang selarut ini?"

Tapi Gu Anxi mengacuhkannya, bahkan tidak melihatnya sama sekali. Dia terus berjalan menuju lantai atas dan berkata dengan nada dingin ketika melewati Qin Siyuan, "Qin Siyuan, lebih baik kamu memedulikan Shen Wanqing jika punya banyak waktu."

"Tentu saja, hal itu pasti aku lakukan!" Qin Siyuan meraih pergelangan tangan Gu Anxi sambil menahan amarah yang bergejolak di hatinya. "Tapi, kalau aku tidak salah ingat, aku ini adalah saudara tirimu, dan aku berhak memedulikanmu!"

"Benarkah?" Gu Anxi memicingkan matanya dan tertawa menghina. "Qin Siyuan, menurutmu kau bisa mengendalikanku?"

Wajah tampan Qin Siyuan kini memerah karena amarah. Kemudian, terdengar suara seorang perempuan dari lantai atas. "Jika Siyuan tidak boleh peduli padamu, apa aku berhak peduli padamu?" kata wanita itu dengan tidak senang

Sorot mata Gu Anxi bertambah suram. Dia perlahan mendongak melihat ke atas. 

Seseorang yang menyambutnya kali ini adalah ibunya, Wang Keru, yang sekarang sudah memiliki nama lain, Nyonya Qin yang mulia.

Setelah kecelakaan mobil lebih dari setahun yang lalu, ayahnya menjadi pasien koma karena luka yang sangat parah. Gu Anxi pun menghilang entah ke mana. Ketika Gu Anxi kembali, ibunya telah menikah lagi dengan anggota Keluarga Qin, seorang pengusaha kaya di Qingcheng. Terkadang Gu Anxi bertanya-tanya, apakah ibunya dari awal memang tidak pernah mencintai ayahnya? Sebenarnya Gu Anxi adalah anak kandungnya atau bukan?

Jika tidak demikian, bagaimana mungkin seorang wanita tega meninggalkan keluarganya dan tidur dengan orang lain dalam situasi seperti itu?

Wang Keru memandang anak tirinya, Qin Siyuan, dengan tatapan sangat ramah. "Siyuan, kamu tidur dulu. Biar aku saja yang menasihati Anxi."