webnovel

prolog(tentang sebuah harapan)

Awalnya aku hanya sekedar melihat tapi akhirnya seperti nyaman. Apalagi setelah lantunan surah as-syams itu dibacakan. Dia terlihat berbeda dari keempat temannya, entahlah ini mungkin karena aku yang terlalu suka padanya, jadi kurasa dia sedikit lebih tampan dan lebih menawan. Ku juluki dia pria As-Syams bukan tanpa sebab, tapi itu aku lakukan karena hingga kini aku tidak tau siapa namanya. Ah andai dulu aku tau siapa namanya, mungkin tak sesulit ini mencari tau informasi tentang dirinya.

Yah, tapi aku hanya bisa berandai, karena nyatanya aku tak bisa mengingat apapun tentangnya selain suara merdunya itu. Dia bukan pria pertama yang hadir dalam hidupku, tapi entah kenapa dia yang ku harapkan akan jadi yang terakhir.

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta, apalagi jika harus jatuh sedalam ini. Tapi kembali lagi hanya karena dia, semuanya bisa berubah begitu saja. Ya Allah, akankah dari masa lalu bisa menjadi masa depan? Jika iya, kuharap aku bisa bertemu dia dalam waktu yang berbeda dan situasi yang berbeda pula. Namun. .. Masih dalam keadaan dan perasaan yang sama. Walaupun dengan mata tak lagi bisa mengenalinya, dan ingatan yang mungkin sudah pudar, tapi hati masih tetap ada pada tempatnya. Masih bergetar karena orang yang sama.

Entahlah, as-syams bukanlah surah romantis seperti Ar-rahman yang selalu dipakai untuk mahar ketika nikah atau seperti surah yang lain pula.  Tapi, As-Syams istimewa. Dia memiliki sesuatu yang surah lain tidak punya. Dia punya perasaan yang tulus, dan dengan itu ada hati yang harus dipersatukan atas persetujuan Allah. Semoga Allah merestui dan Allah meridhoi, sehingga masalalu benar-benar akan menjadi masa depan.

Sebenarnya berharap dengan manusia adalah berharap dengan cara yang salah. Tapi sulit rasanya untuk berhenti mengharapkan dia. Apa iya aku harus berhenti? Rasanya sudah berjalan sejauh ini. Maksudnya bukan berjuang sih, tapi lebih tepatnya aku sudah menunggu dan berharap walaupun aku tau itu tak pasti. Ya wajar saja, bagaimana aku bisa mengharapkan sesuatu hal yang bahkan tak ku kenali tapi berharap bisa aku miliki. Mustahil kan? Tapi aku tetap percaya dengan yang namanya takdir. Aku tetap percaya jika doa telah di langitkan maka semua yang tidak mungkin itu pasti akan menjadi mungkin. Kuncinya percaya, percaya bahwa Allah maha segalanya.

..

"Aish, aku tu penasaran tau, kamu beneran  sampe sekarang tuh gak pernah pacaran?" Begitulah ucap Sasa yang sampai saat ini masih tak percaya jika aku belum pernah pacaran. Padahal setahunya, temanku itu banyak tak terkecuali teman laki-laki.

"Aku gak bakalan ngejelasin sama orang yang gak percaya sa. Karena itu percuma, yang percaya aku itu gak perlu bukti, sedangkan yang gak percaya, mau dikasih bukti pun dia tetep gak percaya."

"Ya maaf, aku kan cuman yah gajadi deh. Gajadi nanya aja deh." Lalu Sasa kembali dengan aktivitasnya mengerjakan tugas yang dari tadi tak pernah selesai karena setiap sedikit yang dia kerjakan, tapi ocehannya itu sangat banyak. Seperti saat ini contohnya, baru juga sebentar diamnya tapi udah ngoceh lagi.

"Tapi ada dong kamu suka sama cowok, masa itu juga gak ada sih?"

"Sa, aku perempuan normal. Tentu dong aku pernah dan ada suka sama laki-laki. Tapi aku tau gimana cara jaga batasan aku sendiri, walaupun untuk menjaga hati itu susah. Dan kadang masih suka berharap dengan yang tak seharusnya."

"Tuh kan bener, emang kamu pernah suka sama siapa aja? Atau Sekarang deh sekarang kamu lagi suka sama siapa?"

Aish hanya menjawab dengan senyuman dalam diamnya. Pertanda rasanya hal itu tidak perlu di umbar, dan cukup ia dan Allah kah yang perlu tau akan hal itu.

"Ih kamu tu ya, kalo di tanya sukanya cuman senyum-senyum gak jelas kaya gitu. Coba ngomong beneran gitu sih, emang gabisa ya? Toh kaya ama siapa aja."

"Sa, kamu memang teman, memang sahabat aku. Tapi aku selalu berusaha pengen jaga ini biar cuman aku dan Allah aja yang tau. Gak yang lain. Supaya mungkin ada harapan aku bisa sama orang yang aku kagumi atau sukai itu." Aish menjelaskan dengan seksama dengan sahabatnya yang super gabisa diem itu. Berusaha memberi penjelasan agar dia bisa memahami akan hal itu. Tapi sayangnya sampai saat ini pun seakan dia tak pernah bisa mengerti akan hal itu.

"Uda ah Sa, lanjutin nih nugasnya. Dari tadi kamu kan ngomong terus gak ada diembannya. Tar gak selesai baru deh ribet sendiri kaya kemarin-kemarin itu."

Terkadang memang ada hal-hal yang tidak perlu kita jelaskan pada orang tapi kita berharap orang Itu bisa memahami apa yang kita maksud. Tapi ada juga yang sudah kita jelaskan berulang kali tetep aja gabisa ngerti. Ya sama Sasa ini contohnya. Dia gak pernah bisa ngerti dengan apa yang aku maksud. Dan hidupnya yang terlalu receh ini, yang membuat kita dari dulu yang emang kaya gini. Tapi seneng juga sih bersahabat dengan orang yang kaya dia, sukanya langsung ngomong apapun itu. Gak main belakang, jadi saling blak-blakan aja semuanya. Iya, tingkat pertemanan mereka itu udah sampe di tahap seperti ini.

Sasa itu setia dalam hal apapun. Walaupun keliatannya dia sangat rusuh, tapi dia itu sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya. dia cenderung heboh seperti itu walaupun dia sedang dalam keadaan sedih sekalipun. karena menurutnya, tertawa bisa menghilangkan segalanya. bisa melupakan apa yang sedang kita alami. selain bisa menghibur orang lain, sebenarnya yang paling penting itu bisa menghibur diri kita sendiri. pernah dengar kan, orang yang ketawanya Paling keras itu sebenarnya dia yang terluka paling dalam. intinya, Sasa itu beda. dia spesies unik, yang gak semua orang bisa jadi kaya dia. meski terkadang dia terlihat sangat menyebalkan, tapi tetap saja ada keuntungannya. bahwa dia tak akan pernah berbohong, apapun yang dia rasakan pasti langsung diucapkan. jadi baik buruknya, itulah dia.

..

Ya Allah jika pria As-Syams bisa menjadi masa depan, tolong beri hamba petunjuk. Dan kalaupun tidak, tolong permudah hamba untuk bisa melupakannya. Dia masalalu yang sangat berarti untuk masa depanku. Hanya karenanya semuanya berubah. Hanya karena suaranya, bagaimana kalau dengan hal lain yang ada pada dirinya? Sungguh sesuatu yang sulit dijelaskan. Tapi ini nyata dan ini hubungan dari hati ke hati. Maka hatilah yang bisa berbicara. -Azura Rumaisha-

Aish bermonolog dengan dirinya sendiri. meminta kepada Allah, tentang apa yang selama ini selalu ia harapkan. tentang masalalu, yang diharapkan jadi masa depan. tentang sebuah penantian, yang entah apakah memiliki ujung yang bahagia.