webnovel

II

Arta melambaikan tangan pada Kio yang melajukan motornya meninggalkan sekolah. Arta selalu menyuruh Kio pulang duluan agar Kio tak mengikutinya pulang, walaupun Kio sudah tau rumahnya. Tapi tetap saja Arta tak menginginkan jika Kio berkunjung ke rumahnya.

Arta memperhatikan arloji di pergelangan tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 14:30. Sejak jam 7 pagi ia ada di sekolah tanpa melakukan kegiatan yang bermanfaat, dengan kata lain hari ini tidak ada jam pelajaran sama sekali. Berjam-jam hanya ia habiskan untuk bermain ponsel dan makan di kantin. Bahkan ia tidak bermain basket, padahal ia sangat menyukai kegiatan itu.

"Masih jam segini, enaknya kemana ya?"

Arta memainkan ponselnya sambil duduk di atas motornya, mencari-cari tempat yang bisa ia kunjungi saat ini. Arta akan selalu mencari tempat baru untuk 'persembunyiannya'. Bahkan ia bisa berpindah-pindah terus dalam sehari.

"Ini kota gak ada tempat yang seru gitu? Perasaan udah pernah gue datangin semuannya!" Ujar Arta kesal sambil terus mencari tempat di ponselnya.

"Hah? Apa gue ke sini aja?" Arta tampak perpikir "Yaudah lah!"

Arta menyalakan mesin dan menjalankan motornya keluar dari area sekolah. Arta melajukan motornya dengan kecepatan yang wajar, ia tidak mau 'bersembunyi' di kantor polisi dan tidak mau menyia-nyiakan uangnya untuk polisi. Walaupun itu kesalahannya, ia akan lebih memilih push up atau menyanyika lagu wajib daripada memberikan uangnya.

Kendaraan beroda dua itu telah terparkir, dan pemiliknya sudah ada di depan pintu masuk dengan wajah bingung.

"Apa iya gue ke sini?" Ujar Arta sambil mengedip-ngedipkan matanya. Bingung dengan apa yang akan ia lakukan di tempat ini, kenapa ia memilih tempat ini? "Perpustakaan?"

Kaki jenjang itu melangkah masuk, matanya melihat-lihat sekitar dan hanya menangkap buku-buku yang tertata rapi. 16 tahun ia hidup, ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di perpustakaan sungguhan. Bukan hanya perpustakaan sekolah untuk mengambil buku pelajaran.

Ia melangkahkan kakinya ke bagian pojok perpustakaan, di sana terdapat meja dan kursi yang bersekat seperti warnet. Ia akan nyaman di sana, untuk tidur tentunya.

"16 tahun gue hidup, ini pertama kalinya gue masuk perpustakaan. Syukur gue masuk sini dengan usia yang cukup, coba kalau gue ke sini waktu kecil? Botak kali sekarang."

dukk...

"Maaf, maaf."

Seseorang tidak sengaja menyandung kursi Arta. Hanya kesandung, tidak ada adegan jatuh dan buku berantakan lalu dibantu dan tidak sengaja berpegangan tangan. Tidak ada.

"Sorry sorry, kayaknya kursi gue yang kemunduran. Lo ngga papa kan?" Ujar Arta menyadari kesalahannya.

"ngga papa."

"Kita satu sekolahan?" Tanya Arta menyadari seragam mereka yang sama. Dan dijawab dengan anggukan.

"Lo kelas 2 juga kan? Kok gue gak pernah lihat ya? Pindahan?"

"Bukan, aku emang jarang keluar kelas."

"Na__

"Duluan ya!"

Arta memperhatikan punggung gadis itu sambil menatap heran.

"Satu setengan tahun gue sekolah gak pernah lihat itu anak perasaan!" Ujar Arta berfikir. "Dia anak perpus bukan ya? Kalau iya, kok gak botak?"