webnovel

12. Memakimu Itu Wajib

"Jesline kamu yakin bisa?" tanya Erina yang terlihat panik saat melihat Jesline mencoba untuk berdiri dari kursi rodanya.

"Belum sih, tapi aku ingin belajar. Jesline capek pakai kursi roda terus! Jesline malu Kak," kata Jesline menatap Erina dengan tatapan mata sendu. Erina yang melihat itupun menjadi kasihan dengan Jesline.

Mereka berdua kini tengah berada di taman kediaman rumah Tuan Alex. Jesline yang meminta Erina dirinya untuk menemaninya duduk di taman. Melihat-lihat bunga bermekaran yang pada pagi itu terlihat sangat indah dan menyenangkan untuk dipandang.

Ya, sudah menjadi kebiasaan Jesline bila pagi-pagi buta begini duduk di kursi taman, sebarin lihat-lihat bunga. Itu sudah menjadi hal yang wajib dalam kehidupan sehari-hari Jesline setiap pagi semenjak kecelakaan itu terjadi yang menyebabkan kakinya lumpur seperti saat ini.

"Kalau belum mampu sebaiknya jangan dipakai dulu, Jes! Nanti takutnya malah terjadi sesuatu sama kamu. Jangan dipaksain dulu, ikuti dulu alurnya. Nanti kalau udah dikasih izin sama dokter untuk memulai terapi baru kamu terapi kesembuhan kaki kamu," kata Erina memberi saran kepada Jesline.

"Aku udah dikasih saran Kak sama dokter untuk terapi. Tapi nggak ada yang nganterin aku ke rumah sakit. Kak Alex selalu sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Kak Nathan  selalu sibuk dengan dunia kuliah dan juga dunia pertemanannya di luaran sana itu. Tidak ada yang punya waktu untuk Jesline, Kak!" kata Jesline bercerita tentang kehidupannya selama ini. Ya, selama ini dia selalu kesepian karena kakak-kakaknya itu selalu sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri.

Maka dari itu setelah kedatangan Erina, dia merasa lebih punya teman lagi di rumah itu. Karena ada yang diajak ngobrol dan juga diajaknya bercanda tawa. Padahal bila dipikir-pikir baru beberapa hari Erina berada di rumahnya itu, namun dia sudah sangat akrab dengan Erina. Seolah mereka itu sudah kenal lama dan dipertemukan lagi oleh waktu setelah bertahun-tahun tidak bertemu.

"Ya udah mulai besok kamu izin sama kakak kamu  Alex dan juga Kak Nathan. Biar Kakak yang nganterin kamu ke rumah sakit untuk terapi. Kakak yang bakal nemenin kamu terapi. Tapi, kamu jangan sedih lagi ya?" kata Erina memberikan sebuah solusi kepada Jesline, supaya Jesline bisa terapi dan tidak merasa sendirian lagi di rumah itu.

"Makasih Kak! Jesline sayang sama, Kakak! Semoga saja Kakak segera menikah dengan Kak Alex dan menjadi kakak ipar Jesline. Dengan begitu kita jadi mempunyai ikatan tali saudara," kata Jesline sembari memeluk tubuh Erina yang duduk di sampingnya. Erina yang mendapat pelukan secara dadakan itu pun membalas pelukan Jesline.

"Nona Erin, anda harus ke depan sekarang. Ada seseorang yang harus anda temui," kata Paman Sam yang tiba-tiba datang. Berjalan dengan tergopoh-gopoh mendekati Erina dan juga Jesline yang duduk di kursi taman belakang.

"Siapa Paman Sam yang harus aku temui?" tanya Erina penasaran.

"Lebih baik Nona ke depan dulu saat ini, untuk siapanya yang ingin menemui Nona, Nona lihat sendiri nanti. Silahkan Nona, anda sudah ditunggu di sana oleh seseorang yang ingin menemui anda itu," kata Paman Sam menyuruh Erina untuk segera ke depan menemui seorang harus dipenuhi itu.

"Jesline kamu ikut?" tanya Erina kepada Jesline  terlebih dahulu, namun hanya di jawa galengan kepala oleh Jesline. Tanda bahwa dia tidak mau ikut ke depan.

Erina pun melangkahkan kakinya memasuki rumah, dan berjalan ke arah depan tepatnya ke ruang tamu guna melihat siapa yang sebenarnya ingin bertemu dengannya itu.

***

"Tu-tuan Alex!" kata Erina dengan suara yang tercepat di tenggorokan. Dia tidak bisa bicara lagi setelah melihat siapa yang sebenarnya datang menemuinya itu.

"Kemarilah!" kata Tuan Alex memberikan kode dengan menggerakkan tangannya, menyuruh Erina untuk mendekat kepadanya.

Dengan perasaan yang tidak menentu Erina mendekati Tuan Alex, berdiri dengan jarak dua meter dari depan Tuan Alex.

"Aku menyuruhmu untuk mendekat, bukan malah berdiri di sana," kata Tuan Alex. Berbicara dengan menatap Erina yang berdiri dengan jarak dua meter dari posisinya itu.

Baru begini saja kau sudah menundukan kepala! Batin Tuan Alex.

"Ba-baik Tuan!" kata Erina dengan gugup. Berjalan mendekati Tuan Alex yang kini sudah ada di depannya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat ini, dalam pikirannya dia sedang memikirkan keadaan adiknya, Rendi.

"Bantu aku melepas sepatu ini!" kata Tuan Alex dengan santainya, tidak menghiraukan wajah Erina yang kini sudah tampak berubah menjadi masam karena diperintahkan untuk melepaskan sepatunya itu.

Persetan! Dia menyuruhku ke sini untuk melepaskannya sepatu? Apakah itu bisa dikatakan sopan? Aku jauh-jauh dari belakang, dipanggilnya hanya untuk menyentuh kakinya seperti ini? Seperti seorang menantu yang sedang meminta restu kepada calon mertuanya saja! Kata Erina di dalam hatinya menggerutu habis-habisan.

"Apa yang sedang kau lakukan di belakang? Sampai kau lama menemuiku, aku tidak pernah menunggu tapi aku selalu ditunggu!" kata Tuan Alex dengan dinginnya. Menatap ke bawah, tepatnya menatap Erina yang kini sedang melepaskan sepatu pada kakinya.

"Saya sedang mengobrol dengan adik anda Tuan, Jesline. Saya sedang mengobrol dengannya sembari menemaninya melihat-lihat bunga di taman belakang," jawab Erina dengan pelan tidak berani menatap tuanya itu.

Ternyata ada gunanya aku bawa dia ke sini. Setidaknya Jesline ada yang menemani. Tidak hanya menunggu waktu luang dariku, yang entah kapan mendapat waktu luang itu untuk bisa bersama menghabiskan waktu dengannya. Batin Tuan Alex merasa sedikit senang, karena keberadaan Erina di rumah ini sedikit berguna bagi adiknya yang sedang tidak sehat itu.

"Apa saja yang kau lakukan disini selama aku ada di Singapura?" tanya Tuan Alex pada Erina. Yang kini Erina sudah berdiri karena sudah selesai melepas sepatu Tuan Alex, dia menerima sandal rumah milik Tuan Alex dari Paman Sam.

"Aku tidak melakukan apa-apa di sini, Tuan. Hanya bereksperimen di dapur sebentar, lalu menemani Jesline di setiap pagi dan sore untuk memandang bunga-bunga, sekedar menyenangkan hatinya." Erina menjawab dengan jujur.

Tidak mungkin kan aku bilang padamu kalau sebenarnya selama ini aku selalu memakimu. Memakimu di dalam hati, perasaan, juga mimpiku. Tidak mungkin kan? Yang ada aku nanti terkena hukuman yang sama sekali tidak bisa ditolak.

"Sepertinya ada satu kegiatan yang kau lupakan. Padahal itu adalah kegiatan yang sehari-harinya selalu kau lakukan di sini, tapi kau malah melupakannya!" kata Tuan Alex, menatap Erina dengan tatapan mata yang sangat sinis.

Erina yang mendengar itu pun hanya bisa menatap Alex aneh. Rasa-rasanya dia sudah mengatakan semua kegiatan yang dia lakukan. Ya, hanya itu memang kegiatannya selama tinggal di rumah Tuan Alex. Itu yang dilakukannya akhir-akhir ini, bereksperimen sebentar di dapur untuk membuat kue-kue kering, atau menemani Jesline mengajak ngobrol,  hanya itu saja.

"Kau lupa mengatakan kalau kau itu selalu memakiku di dalam hati, perasaan dan juga dalam mimpimu itu!" kata Tuan Alex. Mengalihkan pandangan matanya.

Glek

Erina menelan ludahnya dengan susah payah. Menatap Tuan Alex dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.

Bagaimana dia bisa mengetahui hal yang seperti itu? Bukannya itu rahasia yang hanya aku dan Tuhan yang tahu? Pikiran Erina berkecamuk. Antara takut dan juga rasa kesal menjadi satu.

Bersambung