Sambungan telepon terhubung pria yang di seberang sana berbicara dengan angkuhnya, "Kau tidak tersenyum dalam foto yang kau kirim ini!" Lalu, dengan angkuhnya lagi, dia menutup telepon tanpa mendengarkan jawaban dari si penerima telepon, membuat si penerima telepon kesal sendiri dengan ulah si pria itu.
Alex, aku udah capek-capek loh ini foto dan senyum. Dengan enaknya kamu ngomong suruh aku untuk foto ulang? Mana cara bicaranya nggak bisa lembut dikit kek, bikin kesel aja. Batin Erina merasa sebal sendiri.
"Nona ada apa?" tanya bodyguard yang menjemput Erina tadi. Dia melihat wajah Erian yang cemberut, maka dari itu sang bodyguard memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku harus foto ulang, aku tidak tersenyum tadi di foto itu. Tuan Alex marah padaku karena aku tidak tersenyum." Erina berbicara dengan raut wajah kesalnya.
"Ohh, kalau begitu mari kita foto lagi, Nona!" kata bodyguard itu.
"Bukan kita, hanya aku! Hanya diriku, paham?" tekan erina pada setiap kata-katanya. Seolah sedang meluapkan kekesalannya saat ini kepada sang bodyguard.
"Ya sudah kalau begitu cepat foto, Nona! Lalu kirim ke Tuan Muda Alex." Para bodyguard itu pun berdiri cukup jauh dari Erina, memberikan ruang bagi gadis itu untuk mengambil gambar foto selfi.
Ya, ya, ya, dia rajanya.
Persetan dengan semua ini, demi Rendi semuanya pasti akan aku lakukan. Aku hanya budak di sini jadi aku harus menurut. Cukup memberi perintah konyol kepadaku, karena aku pun tahu diri akan posisiku. Sekali lagi aku katakan, demi Rendi aku harus berkorban di sini, setidaknya ini tidak terlalu buruk. Mungkin hanya seperti tinggal di sebuah istana dan menjadi pembantu di sana, ya semudah itu. Ya kan? Benar kan pikiranku? Bain Erin. Dari matanya, erin tampak sedang mencoba untuk kuat. Menguatkan hati dan juga fisik yang sudah lelah karena berjuang akhir-akhir ini.
Cekrek
Cekrek
Cekrek
Beberapa buah foto sudah diambil oleh Erina. Erina pun mengirim foto-foto itu ke nomor Tuan Alex, berfoto selfie dengan menyunggingkan senyuman manis supaya tidak terkena protes lagi oleh tuannya itu.
Kau memang rajanya, tapi aku tidak suka ditindas oleh dirimu. Awas saja jika kau protes lagi. Kalau kau sampai kau protes lagi, sekalian akan ku kirimkan foto diriku yang sedang tertawa ngakak. Biar kau puas sekalian! Ucap Erina dalam hatinya. Tersenyum sinis, dan itu semua tidak luput dari pandangan mata para bodyguard yang ada di sana.
***
Sedangkan di Singapura, handphone milik Tuan Alex bergetar dan menunjukkan notifikasi khusus. Yang mana notifikasi itu dari pesan yang masuk dari nomor milik Erina.
Tuan Alex membuka pesan dari Erina, wajahnya yang semula kusut kini memperlihatkan sinar kebahagiaan. Bibirnya melengkung menampakan senyum yang amat manis dari bibirnya itu.
Kau itu masih sama seperti dulu, masih cantik. Mungkin bedanya hanya sekarang kau tampak lebih kurusan karena kerja keras itu. Tuan Alex berkata tanpa sadar, yang jelas berbicara dengan lirih pada dirinya sendiri.
Apa! hanya dibuka, tidak dibalas? Sombong sekali! Mentang-mentang dia rajanya, dia bisa bersikap seenaknya seperti itu. Itu tidak adil! Sangat-sangat tidak adil bagiku! Kata Erina pada dirinya sendiri di dalam hati. Menatap handphone yang ada di genggaman tangannya, tepatnya menatap room chat dirinya dengan Tuan Alex.
"Nona Mari masuk, akan kami beritahu yang mana kamar Nona," kata salah satu bodyguard yang menjemput erina tadi. Berbicara dengan sangat santun dan juga sopan.
"Baik!" jawab erlina singkat. Malas untuk panjang lebar.
***
Malam hari telah tiba, di kediaman rumah Alexandra Raditya Wijaya seorang gadis tampak sedang duduk melamun di meja makan. Dia ternyata turun lebih awal dari yang lainnya, yang mana karena itu dia harus menunggu penghuni rumah lainnya untuk turun ke lantai bawah. Di sana, tepatnya di atas meja makan, sudah tersaji beberapa jenis makanan enak kelas menengah ke atas.
Apa yang harus aku lakukan nanti bila aku bertemu dengan adik-adiknya Alex? Bahkan aku belum kenal sama sekali dengan mereka, atau jangan-jangan nanti dia sudah mengenalku? Busa saja kan bila kakaknya itu sudah memberitahu kalau ada aku disini." Kata Erina dalam hati, benar-benar sedang bertanya kepada dirinya sendiri.
"Erina terus berperang dengan banyaknya sendiri, menyiapkan jawaban demi jawaban bila sewaktu-waktu ada orang yang bertanya siapa dirinya dan ada perlu apa dia tinggal disini. Ya, dia sudah menyiapkan semuanya bila nanti ada yang mencela atau menegur dirinya. Karena sebagai seorang gadis yang masih menjadi calon istri, sepatunya belum wajah untuk tinggal di rumah salon suami. Karena bila pada pengantin umumnya, biasanya masih tinggal di rumahnya masing-masing. Belum ada yang namanya tinggal di dalam satu rumah.
Di tengah lamunannya, di saat Erina sedang memainkan ujung bajunya di bawah meja, terdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni tangga. Erina menoleh ke arah tangga, matanya bertemu dengan orang itu. Dengan cepat dirinya mengalihkan pandangan matanya. Tidak berani menatapnya lama-lama, karena dirinya itu bukan siapa-siapa. Dia merasa bahwa dirinya itu tidak punya wewenang untuk menatap orang yang ada di sana dengan lama-lama. Menurutnya, itu sangatlah tidak sopan.
Apa itu adik dari Alex? Dari tampangnya mirip si, tapi kalau bukan gimana? Erina bergumam.
"Paman Sam, siapkan makananku dan bahwa kemeja yang ada di kamarku. Aku sedang tidak berselera untuk makan di ruang makan," kata pemuda itu tanpa menatap erina. Dia sekolah tidak memperdulikan dengan adanya gadis itu di sana. Dia tampak sangat cuek, tidak peduli di rumahnya mau ada siapa, yang penting hidupnya berjalan dengan sempurna tanpa adanya hambatan itu sudah cukup untuknya.
"Mohon maaf sebelumnya Tuan Nathan, khusus untuk malam ini semua anggota keluarga harus makan di ruang makan. Karena keluarga Alexandra baru saja kedatangan penghuni rumah baru," jawab Paman Sam kepada pria itu yang ternyata bernama Nathan.
"Siapa yang menyuruhmu untuk membuat acara makan malam ini? Tidak biasanya akan ada acara begini," tanya Nathan memutar bola matanya dengan malas.
"Tuan Alex. Tuan Alex berkata, hari ini tepatnya malam ini semua anggota keluarga harus maka di ruang makan, karena menyambut kedatangan calon istri Tuan Alex yang bernama Erina ini," kata Paman Sam. Menuju Erina yang sedang duduk di kursi sambil memainkan bajunya. Gelisah, itulah yang dirasakan oleh Erina saat ini.
Emang bener sih, kalau orang kaya kan harus disambut-sambut begitu. Tapi, kenapa harus sekarang? Besok aja kenapa sih? Harus bener gitu sekarang? Malam ini? Batin Erina, gugup. Sangat gugup saat mendengar dirinya sedang dibicarakan.
Bersambung