webnovel

PONZ crew

Sebuah kisah saja! Dari sebuah perjalanan panjang seorang pemuda belia usia yang bergelut dengan hati dan takdirnya. Ada cinta dan marah, ada sahabat dan kekasih! Ada hati dan raga yang menyatukan dua hasrat.

Jatisanyoto_77 · Realistic
Not enough ratings
29 Chs

[15] Pelangi Aku Rindu

Senja Itu Tenang, Awan Biru Dan Putih Bercampur Mendekor Langit.

Surya Masih Saja Setia Menanti Waktunya,

Waktu Untuk Ditenggelamkan Malam.

Berotasi, Alami.

Begitu Damai, Seperti Hatiku!

_______

Baru saja kuletakkan gagang telepon, dari Nita sore itu. Wajahku terasa sejuk dan cerah seperti air yang tertimpa sinar surya. Hatiku dipenuhi rasa nyaman bisa kembali mendengar suara terkasih. Ya, suara yang keluar dari sela bibir yang indah dan ranum itu menggelitik lagi hasrat tuk segera ingin menemuinya.

"ngapain kamu nyengar nyengir sendiri al, knapa? " Tanya Ibu sambil menoleh, tersenyum saat aku hendak beranjak dari kursi lepas meletakkan gagang telepon. Sepertinya ibu tau telpon itu dari siapa. Aku cuma senyum.

" Mau tau aja urusanku ibu ini" Dalam otakku bicara sambil berlalu.

Sudah sebulan lebih aku menjalani sebuah fase baru dalam kehidupan ku, menjadi anak laki-laki remaja yang beranjak dewasa.

Sepertinya mudah, masih seperti sebelumnya.

Hanya saja sekarang aku memiliki lebih banyak teman baru. Iya, teman waktu masih SMP ditambah teman SMA.

Dan pastinya akan ada cerita baru yang akan menjadi bagian dari sebuah catatan perjalanan hidupku. Dan sepertinya aku akan mencintai masa masa ini!

Dan sekarang adalah masa dimana aku harus mulai bisa beradaptasi dengan tempat yang bernama Sekolah Menengah Atas dan kawan-kawan juga guru - guru baru di sana.

Hari itu jam pertama dikelas sedang pelajaran sejarah dan Pak ismail adalah guru pengajarnya, beliau adalah guru yang menyenangkan menurut ku.

Kata katanya seringkali bijak menurutku, beliau seperti ayahku. Atau mungkin seperti kebanyakan Ayah pada umumnya.

Terkadang beliau juga mengajak kami, muridnya bercanda disela pelajaran. Mungkin maksudnya agar kami merasa senang dengan mata pelajaran itu.

"eh kamu gatot,, pasti belum makan ya? " tanya Pak ismail waktu kami sedang menyelesaikan tugas dipapan sambil melihat ke Gatot. Dia terkejut dan langsung berhenti menulis, melihat kearah pak ismail . Sekelas melihatnya, Gatot jadi pusat perhatian.

" sudah kok pak tadi pagi " jawab Gatot sambil senyam senyum.

" sama apa sarapannya? " Lanjut beliau bertanya.

"mi rebus pak " jawab Gatot santai.

"saya gak percaya kamu udah sarapan, la itu buktinya bajumu keluar,Berarti perutmu kosong, jadi sabuknya longgar! " Kelakar pak ismail.

"HAHAHAHA " Disambut tawa seisi kelas, aku juga.

Begitulah cara pak ismail menegur, tanpa menyinggung perasaan kami. Pantaslah kalau kami menyukai nya. Sepertinya satu jam pelajaran gak cukup kalau beliau yang mengajar.

"di catat ya.nanti buat PR,.!! " perintah beliau sambil bergeser duduk dimeja guru dan mengambil pulllpen. Entah apa yang sedang ditulis Pak ismail saat itu. Yang jelas bukan sedang menulis surat buat Nita ya!

[Hehehehe...]

Sambil menulis tugas, sesekali mulai kuedarkan pandangan, kuperhatikan beberapa teman cewek sambil mengingat namanya. Lalu pada teman cowok yang kebanyakan duduk dideret bangku belakang.

Sampai pada si Ardi sang ketua kelas, duduknya dibangku deret kedua. Cocok kalau dilihat dari karakternya. Dia lumayan tampan, sedikit berkumis, serius, tegas dan sok elegan.

Hehehe..sori ya Ar!

Kalau Pak Imam guru walikelasku , guru bahasa inggris. Berkumis tebal , tinggi, kulit putih sedikit berbulu, berwibawa orangnya.

Sesuai jadi walikelas yang dihuni anak anak keren,. Seperti ku... Hehehe

Yang cowok ada beberapa yang kuingat. Wicak, Gatot, Muchlis,Nanang, Anang, Koko, Berdy, Imron.. Ah lupa.

Nantilah kuberi tahu lagi nama nama yang lainya.Masih Amnesia.!Hahahaha...

Sedangkan Berdy? seperti bukan teman baru bagiku, gak asing. Padahal aku baru mengenalnya beberapa waktu. Selain karena aku sebangku dengan nya, tentu. Tapi lebih dari itu ada sesuatu hal lain yang membedakan dia dengan teman ku yang lain.Nanti kalian akan paham maksud ku.

Yahh,

Sahabat yang dikirim Tuhan untuk ku saat ini

menjadi penyemangat baru ditengah kerapuhan dan keniscayaan oleh jarak yang memisahkan aku dan dia.

Siang itu, sepulang sekolah,

Didepan sekolah ku, diseberang jalan, ada sebuah warung dari dinding bambu. Sederhana saja seperti warung pinggir jalan pada umumnya, tapi nyaman. Tempat anak anak cowok biasa mangkal sebelum masuk kelas atau sepulang sekolah.

Aku parkir motor didepan warung dan langsung nyelonong kedalam. Panas yang menyengat siang itu seperti hampir membakar kulitku. Cak Pon, pemilik warung yang sedang duduk dikursi kayu panjang tersenyum melihatku. Berdy menyusul dibelakangku juga agak tergesa.

Huff..

Ternyata di dalam sudah ada Nanang, teman sekelasku yang sedang makan nasi soto ayam. Lahap sekali dia, atau kelaparan? Tebak aja Hehehe

Berdy yang berpostur agak besar nampak gerah, dia mengipas kerah bajunya beberapa kali sambil mengambil kursi. "wihh enaknya nang!" sapa Berdy melihat Nanang makan dengan lahap.

"iya ber, laper, belom sarapan! "

"al, makan? " sapa Nanang padaku yang duduk disebelanya.

" iya Nang, pelan aja! " Balasku bercanda. Nanang tak menghiraukan.

"soto..! " Berdy memesan sambil menunjukan dua jarinya." teh dua,..panas dingin " lanjutnya.

Cak Pon cuma mengangguk, paham maksud Berdy. Teh panas 1 (aku), Teh dingin /es teh 1 (Berdy)

"dari mana al..? "tanya Nanang padaku sambil memasukkan nasi bercampur kuah soto ke mulutnya.

"kantin, pengen nasi pecel.. Eh udah habis"

Jawa ku.

"ya iyalah kan udah siang, Basi al udah dibuang " kelakar Nanang, kami tertawa.

Cak pon ini yang punya warung. Warung bebek dan soto Lamongan, begitu tertulis dipapan depan. Dia asli orang Lamongan.

Tau kan Lamongan terkenal dengan sotonya?

Cak pon tinggalnya diwarung sama istrinya, tapi sekarang lagi pulang kampung.

"Ber.." tanya ku sambil nunggu pesanan.

"ya al.."

"gak kangen Ike ta " tanyaku memancing Berdy sambil senyum.

Si Ike ini pacarnya Berdy waktu dia masih SMP dan tinggal di Tuban. Disanalah dia kenal Ike dan jadian sampai sekarang. Aku sendiri belum pernah bertemu Ike.

Aku tahu namanya ketika Berdy mulai cerita tentang masa lalu kehidupan dia sebelum nya ketika masih tinggal di Tuban dua tahun kurang lebih katanya.

Dan akupun menceritakan perihal Nita sama Berdy, sekilas saja saat itu.

Dan yang lebih mengejutkan dan pastinya membuatku senang, ternyata Ike sama Nita ini satu sekolah SMA disana tapi gak sekelas katanya.

" iya seh "jawabnya sambi melihat ke dinding. Sebuah kalender tertempel disana. Aku mengikuti pandangan Berdy.

" kapan bisa kesana ?" umpan pertanyaan kutebar lagi. Berdy melihatku yang duduk didepannya. Dalam hatiku aku ingin sekali dengar kata Berdy bilang "iya kapan?".

"brapa jam Ber, perjalanan kesana? " tanya Nanang.

" lumayan, sekitar dua jam an nang, aku terakhir kesana sebulan lalu!" jawab Berdy. Aku gak melepas pandangan pada Berdy. Seneng banget kalau cerita nama kota itu.

"iya, jauh lo Tuban, ke rumahku aja sejam! " kata cak pon. Nanang yang sedang menghabiskan sisa soto menoleh.

" main ke pantai ya ber? " tanya Nanang sebelum memasukkan suapan terakhir kemulutnya.

Dan benar, Berdy akhirnya memutuskan kesana, aku amat sangat menyambut baik keinginannya.

"tapi nunggu libur agustusan aja al, kan bisa agak lama, merah tuh sabtu tanggal 17 kita brangkat, nginap disana semalam, pulang minggu, gimana?? " Tanya Berdy melihatku sambil berdiri menunjuk Kalender yang nempel di dinding kayu.

" iya ber, enaknya sabtu aja brangkat pagi ya? " aku memperhatikan Berdy.

"ikut ya?" Nanang melihat Berdy sambil membersihkan sisa soto dimulutnya dengan lap.

"ajak yang lain al, barangkali ada yang mau ikut, sekalian main nge pantai hahahaha " kelakar Berdy. Kami pun tertawa.

" iya, rame rame kan asik! " imbuh cak Pon. Kami melihatnya dengan wajah senang.

" ya nanti tak bilang sama yang laen, barang kali ada yang mau ikut " ucap ku menambahkan saran Cak Pon.

Obrolan antar teman dan Cak Pon diwarung siang itu benar-benar telah menyejukkan hatiku. Kulit tubuh yang tadinya terasa gerah terkena panasnya Matahari yang menyengat kini berangsur dingin mendengar rencana perjalanan yang kami putuskan saat itu.

Hari berikut nya, kukabarkan perihal rencana ku main ke Tuban sama Nita. Coba tebak sendiri bagaimana reaksi Nita mendengar kabar dariku?

-------

" ANGIN, SINI!

KUPERINTAHKAN KAU SAAT INI MENGABARKAN PADA SEMESTA.

AKU LAGI BAHAGIA. AKU SEDANG DIPELUK I RINDU!

KABARKAN YA ANGIN!

BILANG JUGA PADA OMBAK DISANA, SURUH BERSIAP DIA MENYAMBUTKU!

DAN JANGAN LUPA BILANG KE NITA, TAPI JANGAN KAU BISIKAN, CUKUP KAU BELAI RAMBUTNYA, DIA PASTI TAU AKU SEDANG AKAN MENDEKAPNYA. "

ALDO - 94

---------------------------------

15112o