Setelah Mayra pergi dari sana, barulah Radit dapat menghela napas lega karena lolos dari omelan ibunya.
TAK
Sebuah pulpen melayang ke dahinya. Sangat tepat sasaran membuat si pelaku menyeringai sinis, saat tatapan tajam Radit langsung menghujaninya sarat akan kemarahan di dalamnya. Berani sekali bocah itu melemparnya dan menyeringai seakan mengejeknya, sangat kurang ajar memang. Jika tenaga Radit tak terkuras habis karena dipenuhi luka-luka, ingin bergerak bebas saja rasanya sangat susah. Akibat luka-lukanya yang masih basah.
"Kenapa kakakku, Sayang? Baru sadar, jika kau ini sangat bodoh dan tolol. Cih aku bosan melihat wajah sendumu itu, masih saja memikirkan Gelora," ejeknya semakin menjadi-jadi. Bahkan secara terang-terangan mengatainya bodoh dan tolol.
"Kurang ajar sekali kau! Berani mengataiku bodoh, Jacob sialan," hardiknya dengan urat-urat lehernya tercetak begitu jelas.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com