webnovel

Wira 1

Wira POV

Dalam hidupku aku hanya pernah berpacaran 1 kali dan itu dengan Ara. Ya..memang terdengar tak mungkin tapi…banyak hal kenapa aku seperti itu. Sejujurnya aku sudah berkali-kali jatuh cinta dengan seorang Wanita tapi entah sebuah kutukan entah apa yang jelas Wanita itu pasti tak pernah menjadi pacarku. Cinta pertamaku ternyata menyukai saudaraku sendiri, Wanita yang kemudian membuat aku jatuh cinta lagi ternyata di sukai sahabatku dan terakhir aku menyukai Wanita dia menolakku karena alasan materi. Ya..aku memang bukan dari keluarga yang begitu kaya makannya Ketika aku berhasil mendapatkan Ara rasanya begitu tak menyangka. Ara tak pernah memandang aku dari segi materi selain cinta. Ya..mungkin awalnya aku berpikir seperti itu meskipun gossip-gossip diluaran sana banyak yang mengatakan Ara Ratunya mempermainkan lelaki. Dia bahkan punya banyak pacar dalam satu waktu. Aku sama sekali tak mendengarkan itu karena dari sikapnya dia sama sekali tak memperlihatkan ciri-cirinya. Memang sih…banyak lelaki yang aku lihat mengomentari foto di media sosialnya bahkan tak jarang ada juga yang men-DM nya belum lagi beberapa pesan sempat aku lihat di handphonenya waktu kami masih berpacaran. Saat itu pikiranku hanya menduga bahwa Ara banyak dikagumi oleh pria makannya orang-orang berpikir dia playgirl tapi….satu kejadian membuat aku sedikit yakin bahwa gossip itu benar adanya. Saat dimana dia memutuskanku. Sejujurnya aku sudah curiga karena minggu-minggu terakhir sebelum kami putus Ara bersikap aneh dan sangat sibuk. Aku pikir itu wajar karena waktu itu dia baru saja bergabung dengan perusahaan milik ayahnya tapi lama-kelamaan aku jadi curiga dan benar saja tak lama setelah kami putus aku dengar Ara sudah punya kekasih baru. Wah…secepat itu ya?, padahal aku saja masih belum percaya Ara meninggalkanku begitu saja, lewat telepon dan aku tak diijinkan untuk bertemu dengannya setelah itu. Aku bukannya tak mau protes atau bagaimana tapi aku diri. Ketika pertama kali bertemu dengan orang tua Ara aku sudah minder jadi aku putuskan untuk menerimanya. Sejak putus dari Ara, aku tak terlalu konsen untuk berhubungan lagi rasanya sudah cukup Lelah di tolak. Aku lebih fokus untuk mengejar karirku siapa tahu kalau aku sudah benar-benar kaya mungkin perempuan akan antri mengejarku. Ya..itu harapanku meskipun dulu aku masih mengharapkan Ara untuk menarik kata-katanya tapi begitu mendengar dia menikah langsung hancur harapanku. Ara benar-benar hebat, telah memporak-porandakkan hatiku hanya dengan tingkahnya. Sama seperti hari ini, hari yang aku nantikan. Rasanya senang bertemu dengan Ara meskipun aku harus sadar diri dia pasti datang bersama suaminya tapi….tak apalah. Aku hanya ingin tahu kabarnya. Dia cantik seperti biasa, sehat tentu saja dan menarik meskipun telah dimiliki orang. Sepanjang acara ini rasanya Ara yang menjadi bintang utama bukan April. Dia lebih bersinar diantara Wanita yang lainnya. Andai..saja dia masih sendiri sudah aku tunjukkan habis-habisan apa yang sudah aku lakukan sekarang. Aku harap suaminya ada keperluan mendadak dan segera pulang. Aku bisa menjaga Ara bahkan lebih baik dari lelaki yang bernama Dariel tapi sudahlah..Ara juga terlihat senang dengan suaminya. Aku harusnya ikut berbahagia saja.

"Ra...kok suami lu jarang keliatan?." Ferdi membuka pembicaraan.

"Ada kok.."

"Ya maksudnya lu jarang post foto lu sama dia atau foto dia.."

"Ngapain di post kan bukan selebriti.."

"Bukannya selebriti? ade lu bukannya macarin artis yang ternyata jahat itu.."

"Engga, ade gw ga pernah pacaran sama tuh orang.."

"Jadi beneran ade lu yang kembar itu sakit?." Ucapan Ferdi membuat suasan sedikit tegang. Kenapa jadi begini?.

"Ade gw emang sakit tapi ga separah yang diberitain. Udah ga usah dibahas inikan acara buat April." Ara terlihat tak nyaman dengan pembicaraan April.

"Udah nikah lo tinggal dimana Pril?." Rina segera membuka topik lain.

"Suami ada kerjaan dia singapore jadi kayanya kita tinggal disana dulu deh.."

"Wah…seru dong, honeymoon disana dong?."

"Ga tahu nih kalao honeymoon kayanya disini.."

"Langsung tancap gas dong buat dapet momongan apalagi kalau bule kan suka mantep tuh.." Goda Sinta membuat April mencubitnya.

"Harusnya lu juga nikah sama bule Ra.."

"Maksud lo?." Ara langsung melotot dengan perkataan Ferdi. Lagi-lagi lelaki itu usil pada Ara. Aku yang mendengarnya juga tak nyaman.

"Mak..maksud gw…"

"Lu ya fer, laki-laki mulut lo ga bisa dijaga banget."

"Wuuuu…WIra bela Ara nih.."

"Gw bukannya bela Fer tapi tolong dong lu pikir mana pertanyaan yang mantes di tanya mana engga. Kita udah sama-sama dewasa ga usah jadi topik pembicaraan hal yang kaya gitu, ga sopan."

"Iya nih bikin suasana ga enak aja lu.." Sinta melempar tisu pada ferdi.

"Gw kan ngobrol biasa, ya…Ara jangan baperan dong.."

"Udah ah malesin ngobrol sama si Ferdi.."

"Udah Ra ga usah diambil hati omongan si Ferdi, dia ga mikir."

"Kenapa lu yang jadi marah sih Wir?."

"Gw ga marah.."

"Masih sayang sama Ara? Gw bongkar nih.." Ferdi malah makin-makin.

"Lu mabok atau apa sih? Omongan lu ga dikontrol.."

"Udah-udah, sini gw bawa ke kamar aja dia.." Chiko melerai dan menarik bahu Ferdi.

"Gw ga mabok Ko lagian ini masih siang, gw kan cuman bantuin Wira supaya Ara tahu bukan rahasia umum lagi kalau mereka pernah pacaran."

"Orang lagi bahas April kenapa jadi ke Ara? Heran gw bikin kacau aja, Pril maafin gw, ide gw ngundang mereka. " Via mengomel.

"Udah ga papa, salah paham aja.."

"Awas ya lu bikin kacau besok di pernikahan April.." SInta mengancam.

"Tenang gw iket nanti." Chiko sambil mendekap Ferdi yang terlhat tak nyaman. Kita pun beralih pada topik lain. Mataku sempat melirik ke Arah Ara yang mungkin marah atau sedih mendengar ucapan Ferdi tadi khususnya saat menyinggung suaminya. Aku mengerti karena aku dengar sampai sekarang Ara dan suaminya belum juga memiliki anak. Topik itu sempat menjadi perbincangan hangat di perkumpulan kami dan aku tak suka mendengarnya. Bagiku itu adalah hal yang sangat bersifat pribadi dan tak patut untuk dijadikan bahan diskusi.

"Ini minum dulu.." Aku menggeserkan segelas air putih kehadapannya.

"Makasih.." Ara dengan suara kecil. Kini kesedihan malah tersirat dari wajah sendunya. Ah..Ferdi keterlaluan membuat Ara sedih. Aku tak suka melihatnya. Aku harus berbuat apa sekarang?.

"Ayo main games yang menang dapet hadiah dari gw.." April dengan suara ceria.

"Apaan tuh hadiahnya?."

"Ada deh.."

"Kasih tahu dong jadi semangat nih mainya."

"Gw udah siapin puluhan juta nih.." Goda April.

"Ayo-ayo main.." Chiko dan yang lain langsung bersorak riuh menantikan sang calon pengantin memberikan instruksi.

"Ga usah dipikirin perkataan Ferdi nanti aku tegur orangnya.." Aku sambil tersenyum dan langsung maju kedepan untuk memeriahkan kuis yang April berikan.

**To Be Continue