webnovel

Kesempatan kedua

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Coba kali ini nurut Ra, kita temenan pun aku ga akan jauhin kamu." Dariel mulai berbicara.

"Aku ga mau Riel...Maaf, maafin aku Riel...Maaf..."

"Liat aku." Pinta Dariel membuat Ara mengarahkan wajahnya ke arah pria yang dicintainya itu. Tampak matanya yang masih basah membuat Dariel mengusap sebentar mata sampai pipi Ara.

"Kamu bakalan gitu lagi?"

"Engga, aku ga akan kecewain kamu lagi. Aku sayang kamu Riel...."

"Udah kapok sekarang kaya gitu?"

"Iya, aku ga mau kamu tinggalin aku."

"Aku tuh udah curiga tahu ga dari hari pertama aku ke Pekanbaru. Kamu tuh aneh, ga biasanya kamu gitu makannya aku udah suruh jaga jarak sama Dirga. Aku pikir kamu lakuin itu tapi ternyata engga."

"Maaf, aku cuman main-main aja sama dia, aku sayangnya sama kamu." Ara sambil menahan tangisannya.

"Awas ya kamu ketahuan jalan berduaan sama dia, aku ga peduliin kamu lagi kalo perlu aku pindah kerja aja biar kamu tahu rasa."

"Jangan dong.." Ara protes dengan sedikit menarik baju Dariel. Cengkaramannya bahkan sangat kuat.

"Udah-udah jangan nangis, ga cape?." Dariel melunak mengusap lembut punggung Ara seolah menenangkannya.

"Riel...ma..af..." Ara dengan suara seperti orang cegukan.

"Iya-iya aku maafin, udah-udah nangisnya."

"Kamu jangan tinggalin aku, aku janji ga akan kaya gitu lagi."

"Mulai sekarang jangan terlalu deket sama Kak Dirga ya, aku bener-bener ga suka. Berteman boleh tapi sewajarnya aja."

"Iya." Ara menurut.

"Aku ambilin minum mau?." Dariel sambil melihat ke wajah Ara namun disambut gelengan oleh Ara.

"Ya udah kita lupain yang ini, inget perkataan aku tadi ya. Aku kasih kamu kesempatan dan aku pegang janji kamu ga akan kaya gitu lagi. Ini yang pertama dan terakhir."

"Iya aku janji, makasih Riel kamu masih mau ngasih aku kesempatan lagi."

"Iya sama-sama, kita bahas lagi nanti kamu pinginnya gimana supaya kamu tuh nyaman. Aku juga salah karena ga tahu kamu ternyata ga suka kalo aku gini atau gitu."

"Aku tuh pingin jujur sama hubungan kita dimanapun dan sama siapapun Riel."

"Iya sayang nanti aku pikirin caranya." Dariel kini sudah memeluk Ara dengan erat membuat Ara sedikit tenang dan menghentikan aliran air matanya. Bagaimanapun dia harus mengakui, dia tak sampai hati harus meninggalkan Ara. Dia masih begitu mencintai Ara bahkan selama ini meskipun mencoba tak peduli, Dariel nyatanya terus dihantui Ara.

"Riel kamu benerkan maafin aku?"

"Iya bener, masa aku bohong."

"Kalo gitu cium aku." Pinta Ara dan tak perlu menunggu lama Dariel benar-benar menciumnya. melumat bibirnya disana dengan manis sampai membuat lidahnya bergerak lincah untuk bermain didalam sana. Tak nyaman dengan posisi ini Dariel menggiring Ara untuk masuk kedalam ruang tengahnya tanpa melepaskan tautan mereka. Perlahan Dariel mendorong Ara ke arah Sofa dan membiarkannya terbaring disana sementara Dariel masih sibuk mencium bibir kekasihnya dengan badan yang sudah mendominasi diatas.

"Aku seurius sama kamu Ra, ga main-main sayang."

"Aku ga akan mohon-mohon kaya gini kalo aku ga seurius." Ara melingkarkan tangannya dibelakang leher Dariel dan sesekali mengusap lembut rambut Dariel yang ada dibelakang.

"Iya-iya, aku percaya. Aku minta maaf udah bentak-bentak kamu tadi."

"Iya ga papa, aku minta maaf soal Jay, Aku ga tahu kamu sering main sama dia. Maaf..."

"Ini jadi pelajaran buat kamu sama buat aku, Kita sama-sama berubah jadi lebih baik. Besok-besok ngomong dong kalo ada apa-apa jangan kaya gitu. Kalo aku salah tuh tegur ingetin jangan marah atau berbuat yang aneh-aneh."

"Buat kamu aku mau berubah asal kamu jangan pergi."

"Iya aku ga akan pergi."

"Terus bantuin aku juga baikan sama Jay."

"Jay nanti aku yang ngomong." Dariel dengan baik hati tetap memberikan Ara kesempatan untuk berubah membuat Ara mengangkat sedikit kepalanya lalu mencium Dariel lagi namun Dariel dengan segera melepaskannya sampai tedengar bunyi dari ciuman mereka.

"Sayang, ada temen-temen aku dibawah.."

"Eh iya aku lupa, gimana dong? mana mereka temen kantor lagi."

"Ya udah ga papa, kamu pingin orang-orang tahukan?jadi ya udah ga apalah cuman mereka ini."

"Kamu sibuk hari ini?"

"Kenapa?"

"Ayo kita main.. jalan-jalan, Aku kangen.."

"Ya udah nanti aku suruh pulang mereka."

"Eh jangan juga, aku ga enak."

"Mereka udah dari pagi kok, sekarang waktu aku buat kamu. Aku kebawah ya, kamu mau tunggu disini?atau mau ikut?"

"Aku diatas aja.."

"Cuci muka dulu sana, terus minum tuh ada disitu. Kalo bosen nonton tv aja." Dariel lalu berdiri dan membenarkan bajunya sebelum kembali kebawah.

"Masih main aja.." Dariel lalu duduk disamping Gio.

"Itu beneran Bu Ara?" Mia penasaran.

"Iya Mi, itu Bu Ara."

"Lu ada hubungan apa sama Bu Ara sampai dia kesini?ga mungkin hubungan kerja kan?" Chandra penasaran karena tahu dulu Dariel sempat suka dengan Ara.

"Ini gw cerita karena kalian temen gw jadi jangan disebar-sebar. Gw.... sama bu Ara... pacaran."

"Hah?!??gila lu." Chandra dan Sandi tak percaya diikuti yang lain termasuk Farah.

"Lu hebat!" Gio memberi jempol.

"Gw udah pacaran hampir 8 bulanan lah.." Dariel sambil mengingat-ingat.

"Jadi dari waktu gw goda-godain lu sama cowok itu kalian udah pacaran?gila sumpah ya lu, parah ga cerita-cerita."

"Bukan gitu maksud gw Chan, lu kan tahu Ara siapa?masa mau gw umumin di kantor gw pacaran sama dia."

"Ya seengaknya sama kita kek." Sonya protes.

"Iya maaf, ini kan udah tahu kalian."

"Hebat lu bisa taklukin anak owner." Gio memberi tepuk tangan kecil.

"Eh Bu Ara masih diatas?" Farah malah penasaran dengan sosok Ara diluar kantor. Kini dia mulai berkomentar meskipun sedikit kecewa ternyata Dariel sudah punya kekasih. Ah .. sudahlah dia juga sudah ada Sandi.

"Iya masih, mau gw kenalin ke kalian?"

"Engga ah, malu gw liat dia depan pintu aja gw udah syok berat apalagi kenalan." Sonya gugup.

"Udah ga papa, besok-besok gw takut ngajakin dia main bareng jadi kalian juga harus kenal." Dariel lalu keatas untuk mengajak Ara turun dan membuat teman-temannya yang semula duduk kini tampak berdiri.

"Ra ini temen-temen aku, kalo yang ini udah kenal kan Chandra, kalo ini temen di departemen lain Gio, Sandi, Mia, Farah sama Sonya." Dariel berbicara sementara Ara mulai menjabat tangan satu per satu teman Dariel.

"Kaya anak sekolah baris segala, tenang aja.." Ara aneh melihat sikap teman-teman Dariel.

"Ga enaklah Bu.."

"Kalo diluar gini manggilnya Ara aja ya.." Ara sudah mulai tersenyum meskipun matanya masih terlihat sembab.

"Kamu disini aja, sekalian ngobrol-ngobrol.." Dariel memegang tangan Ara membuat teman-temannya percaya tak percaya dengan adegan yang sedang dilihatnya ini.

***To be continue