webnovel

Pendekar Pedang Emas

Seminggu telah berlalu dan aktivitas Zang Yun seperti biasa melakukan kultivasi saat subuh sampai pagi hari kemudian terus kesawah dan malamnya kembali berkultivasi lagi, sudah seminggu ini dia memikirkan bagaimana cara yang terbaik untuk memanfaatkan uang yang dimilikinya saat ini. Uang tersebut secara diam-diam masih disimpannya dan belum ditunjukkan kepada sang istri, kemudian akhirnya dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan sang ayah yang sudah lebih berpengalaman.

Zang Tong berusia 50 tahun dan saat ini sebagai Kepala Desa Kun Zang, jabatan itu diturunkan sebelumnya dari Zang Lang yang dimasa mudanya terkenal sebagai seorang pendekar dengan julukan 'Pendekar Pedang Emas', dimasa itu pendekar Zang Lang berpetualang kesemua Wilayah di Benua Putih ini kemudian bertemu dengan seorang gadis pendekar bernama Mei Yu, berdua mereka berkelana membantu yang lemah dan membantai yang jahat. Mereka menikah dan menetap di Wilayah Tengah dan mendirikan Desa Kun Zang, dan dimasa tua mereka sekarang Zang Lang berusia 78 tahun dengan tingkat kekuatan Hawa Murni Spiritual-18 dan Mei Yu diusianya yang 75 tahun memiliki tingkat kekuatan Hawa Murni Spiritual-15, mereka tinggal di paviliun milik anaknya Zang Tong ayahnya Zang Yun yang saat ini sedang menempati gedung kediaman Kepala Desa di Desa Kun Zang.

Benua Putih di Alam Fana terbagi dari 5 wilayah yaitu Wilayah Tengah dimana Kerajaan Xhin berkuasa, Wilayah Selatan terdapat Kerajaan Gao, Wilayah Barat, Wilayah Utara dan Wilayah Timur. Disebelah Wilayah Timur membentang lautan luas dan diseberang lautan terdapat sebuah Benua besar yang disebut dengan Benua Hitam sedangkan di Wilayah Barat terdapat Benua Merah.

Zang Yun yang baru saja kembali dari sawah sedang membersihkan diri, setelah selesai dia kemudian bergegas kerumah orangtuanya setelah berpamitan dengan sang istri dengan membawa beberapa lembar kertas segel bank yang diterbitkan oleh pihak Kerajaan Xhin. Didalam kediaman Kepala Desa tampak dua sosok paruh baya Zang Tong dan Hua Ing orangtua Zang Yun, mereka duduk santai diruangan keluarga sambil menikmati secangkir teh hangat, kemudian terdengar suara ketukkan dipintu masuk...,

Tok... tok... tok...!,

"Salam ayah...!, ibu...!" kata Zang Yun kemudian masuk dan menyalami kedua orang tuanya sambil membungkuk dan mencium telapak tangan mereka masing-masing.

"Ehh..., anakku...!, kemari dan duduklah..., bagaimana kabar menantu ibu...?, bagaimana kandungannya...?" kata Hua Ing penuh selidik.

"Istriku...!, biarkan anakmu duduk dulu...!, sediakan teh hangat untuknya..., nak...! kapan padimu dipanen...?" kata Zang Tong.

Sang ibu antusias bertanya tentang menantu perempuannya karena mendengar Lung Nie sang menantu tengah mengandung cucunya, sedangkan sang ayah bertanya tentang hal pekerjaan yang ditekuni sang anak.

"Lung Nie baik-baik saja bu...!, kandungannya sehat karena secara rutin minum pil dari paman Rou..., sedangkan tanaman padi mungkin 2 minggu lagi sudah bisa dipanen ayah...!" kata Zang Yun menjawab pertanyaan kedua orang tuanya.

"Bagus...!, kamu memang pekerja keras sama seperti ayahmu ini hehehe..., ohh iya...!, apa rencanamu dengan uang yang banyak itu...?" tanya sang ayah.

"Suamiku...!, biarkan anakmu yang menentukan dan mengaturnya kita jangan mencampuri..., ingat...! dia sudah berkeluarga bukan anak kecil lagi...!" kata Ing Hua tegas.

"Bukan aku mengaturnya istriku...!, tapi paling tidak sebagai orangtua aku akan memberikan saran yang terbaik buat anakku..., tinggal bagaimana mereka mau menerima atau tidak...!" kata Zang Tong menjelaskan maksudnya.

"Ya... ya..., baiklah...!, itu terserah kamu...! aku tinggal dulu kebelakang mengurus kerjaan yang lain...!" kata Ing Hua sambil berlalu menuju bagian belakang kediaman Kepala Desa itu dan meninggalkan ayah dan anak diruangan tamu.

"Ayah...!, aku kesini memang sedang membutuhkan nasehatmu...!, terus terang aku masih bingung untuk menggunakan uang sebanyak itu...? apakah harus aku belikan harta...?" kata Zang Yun.

Sang ayah maklum dengan cara berpikir anaknya, yang juga demikian dengan rata-rata orang di Desa Kun Zang karena kesehariannya hanya bertani, berburu dan berlatih beladiri tidak ada pikiran untuk berbisnis.

"Nak...!, semua yang kau miliki sekarang adalah berkah...!, juga hasil kerja kerasmu jadi saranku sebagai orang tua pergunakan semuanya pertama untuk keluargamu...!, terlebih tidak lama lagi kamu akan memiliki seorang anak..., persiapkan segalanya untuk kesejahteraan keluargamu...!" kata sang ayah memberi saran.

"Baiklah ayah...!, saya mohon bantuannya nanti untuk mencarikan para ahli bangunan dan pekerja untuk membangun paviliun kami...!, juga bantu mencari orang orang yang dapat dipercaya untuk bekerja sebagai pelayan dan pengurus paviliun serta beberapa orang penjaga di kediamanku nantinya...!" kata Zang Yun.

"Bagus...!, membangun sebuah kediaman yang nyaman buat keluarga adalah hal yang baik menurrutku..., dan setidaknya kamu telah membantu dengan memberikan pekerjaan kepada para penduduk desa ini..., tenanglah...!, ayah akan mecarikan orang-orng yang kamu butuhkan secepatnya...!" kata Zang Tong.

Dari belakang rumah datang sosok pria lanjut usia, seluruh rambutnya telah memutih dan jenggot putih panjang melewati dagu menghiasi wajah tuannya, namun tubuhnya masih terlihat kuat dan bertenaga sosok tersebut adalah Zang Lang yang diwaktu mudanya terkenal dengan julukan 'Pendekar Pedang Emas'. Zang Lang berjalan sambil memegang sebuah tongkat kayu hitam berkepala naga yang terbuat dari emas murni, dia berjalan menemui ayah dan anak yang sedang duduk berbincang diruangan tamu itu.

"Salam kakek...!", sapa Zang Yun sambil berdiri kemudian membungkuk dan mencium telapak tangan sang kakek.

"Bagamana kabarmu cucuku...?, hmm..., bagus...!, tingkat kekuatanmu sudah naik sekarang...! berlatih dan berkultivasi terus..., kalian generasi muda Klan Zang adalah harapan kami yang tua-tua ini...!" kata Zang Lang.

"Iya kek...! saya sudah rutin berkultivasi setiap hari..., mohon bimbingan kakek selanjutnya...!" kata Zang Yun.

60 tahun silam di Wilayah Selatan terkenal dengan adanya bandit-bandit yang sering merampok para pedagang yang datang dari benua lain selain itu mereka juga mengganggu para penduduk, banyak pendekar berilmu tinggi didaerah itu namun tidak sedikit dari mereka yang juga ikut menjadi bandit bahkan menjadi pimpinan kelompok penjahat itu. Kelompok bandit-bandit tersebut dinamakan aliran hitam, dan kelompok pendekar lainnya yang selalu membantu yang lemah dan tertindas menamakan dirinya sebagai aliran putih.

Diantara banyak pendekar yang terikat dengan kelompok dan aliran ada juga pendekar lepas yang tidak terikat dengan kelompok atau aliran manapun, salah satunya seorang pendekar muda yang selalu berpetualang kesemua pelosok di Wilayah Benua Putih ini. Pendekar Pedang Emas berasal dari Wilayah Tengah kemudian berguru beladiri pada seorang sakti di Wilayah Utara dan selanjutnya melakukan petualangan di semua Wilayah Benua Putih, saat berada di Wilayah Selatan tempat dimana terdapat sebuah pelabuhan besar yag menjadi pintu bagi para pedagang atau pendekar petualang datang dari benua lain. Dalam petualangannya sang pendekar selalu menggunakan senjata Pedang berwarna Emas, dia sering menumpas para bandit dan dalam petualangannya dia selalu membantu yang lemah dan membela yang benar. Karena ketenarannya dia dijuluki 'Pendekar Pedang Emas' oleh para penduduk di Wilayah Selatan.

Zang Lang sang Pendekar Pedang Emas semakin terkenal, dan tidak ada penjahat atau bandit yang berani melawannya hingga pada suatu waktu dia bertemu dengan satu kelompok keluarga pedagang dari benua lain yang membutuhkan pengawalan. Keakraban sang pendekar dengan keluarga pedagang itu bertambah setelah beberapa kali diajak untuk mengawal keluarga tersebut berdagang ke beberapa kota, didalam keluarga tersebut terdapat seorang gadis cantik yang juga seorang ahli pedang bernama Mei Yu. Karena seringnya bertemu membuat keduanya menjadi dekat dan mulai terjalin kasih asmara diantara mereka berdua, beberapa kali pasangan Pendekar Pedang itu melakukan petualangan bersama untuk mencari pengalaman.

Disepanjang petualangan mereka sudah terjadi jalinan cinta kasih yang kuat hingga atas persetujuan dan restu keluarga mereka menikah dan kemudian Zang Lang yang terkenal dengan julukan Pendekar Pedang Emas memboyong istrinya kembali ke Wilayah Tengah Benua Putih sampai sekarang.

"Hahh..., cucuku...! nanti ketika cucu buyutku sudah lahir...?, biar aku yang akan mendidik dan melatihnya dasar-dasar kekuatan saat dia sudah berumur 5 tahun..., kau dan ayahmu sama saja tidak mau mewarisi keahlianku dan keahlian nenekmu...!, pamanmu Rong juga sama..., tidak mampu mewarisi semuanya...!, hanya sebagian kecil..., haahh...!, aku dan nenekmu semakin tua..." kata Zang Lang yang terlihat menyesali sesuatu.

"Dasar kakek tua...!, setiap bertemu tingkat kekuatan beladiri dan warisan ilmu yang pertama dibicarakan...! mentang-mentang pendekar...!" kata Zang Yun dalam hati.

"Baik kakek...!, setelah putra kami lahir dan cukup umurnya...?, kami akan menyerahkannya kepada kakek dan nenek untuk dibimbing dan dilatih...!" kata Zang Yun pasrah tidak berani membantah keinginan sang pendekar Pedang Emas.

"Bagus...!, aku dan nenekmu akan menurunkan semua Ilmu Pedang kami kepadanya...!, hehehe..., kejayaan Pendekar Pedang Emas akan berlanjut...!, hahaha...!", kata Zang Lang yang terlihat senang.

"Ohh iya..., kakek..., ayah...!, ini..., mohon diterima sebagai wujud bakti dan hormatku walau tidak banyak...!" kata Zang Yun sambil menyerahkan beberapa lembar kertas segel, 3 lembar kepada kakeknya dan 5 lembar kepada ayahnya.

"Hehehe..., bagus cucuku...!, rejeki ini tidak boleh ditolak...!" kata Zang Lang sambil menyimpan kertas segel tersebut dibalik bajunya dan hal yang sama juga dilakukan oleh Zang Tong.

"Kakek..., ayah...!, aku pamit pulang dulu..., nantinya aku akan sering berkunjung kesini...?" kata Zang Yun sambil berdiri dan mencium telapak tangan kedua orang tua dihadapannya itu.

"Iya..., baiklah anakku...!, secepatnya ayah akan melakukan tentang pembicaraan kita tadi...!, jaga istrimu dengan baik...!" kata Zang Tong kepada putranya.