webnovel

PHOBIA

Fiona Agatha Helena seorang gadis blasteran yang terkenal cuek, jutek, sombong, dan sok cantik di sekolah. Namun, di balik sikafnya itu terdapat alasan yang membuatnya takut dan sedih.

Riska_fauziah · Teen
Not enough ratings
18 Chs

Part 15

Flash on

Suasana di dalam kelas begitu hening padahal ada beberapa siswa yang sibuk dengan dirinya masing-masing, tak ketinggalan Fiona yang masih tetap fokus pada bukunya sejak ia berada di dalam kelas.

#Uwneeeek... Uwneekkk...

Terdengar suara yang bikin enek untuk di dengar, suara itu bersumber dari Anna yang duduk di belakang Fiona. Semua mata tertuju padanya.

#wuuuuush...

Bagaikan angin yang berhembus, Anna berlari menuju ke toilet karena sudah tak mampu menahan rasa mual yang sudah berada di kerongkongannya.

"Si Anna kenapa Ray?. Salah satu teman sekelasnya bertanya pada Raya.

"Lagi enggak enak badan, dia dari kemarin sudah kayak gitu terus". Jawab Raya.

"Mungkin dia masuk angin kali?...".

Raya melirik kearah Fiona yang keluar  dari kelas. "Mungkin. Ya sudah, gue susul Anna dulu ya, gue  khawatir dia kenapa-kenapa".

"Iya Ray abis ini loe bawa saja dia ke UKS atau pulang, takut makin parah"

Raya mengangguk pelan. "Iya ya sudah gue duluan ya".

#Uwleeeek... Uwleeeek...

Anna terduduk lemas di depan toilet dan menundukkan sedikit kepalanya kearah toilet. Tiba-tiba Anna menangis histeris sembari memegang perutnya yang rata.

#Kletek...

Anna dengan sigap menghentikan tangisannya lalu menyeka air matanya ketika ia mendengar bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam toilet. Anna berdiri dan merapihkan dirinya. Dengan hati-hati ia membuka pintu toilet, ia berharap bahwa seseorang yang baru masuk tadi tidak melihat dirinya yang sedikit berantakan.

#Kletek...

Sentak Anna terkejut lalu berpura-pura merapikan rambut nya di depan cermin. Ia melihat bahwa orang tersebut ialah Fiona. Sekilas Fiona melirik kearah dirinya yang berdiri tegak di depan cermin. Seketika mata Fiona tertarik pada satu pemandangan yang terletak di lantai tepat nya berada tak jauh dari kaki Anna. Fiona melihat sebuah tes pack yang bergaris dua tergeletak di lantai.

"Ck... ". Fiona menyunggingkan senyumannya setelah ia melihat tes pack tersebut, ia paham benar apa yang terjadi pada Anna.

Anna melirik senyuman Fiona yang membuat nya merasa di hina oleh Fiona.

"Elo ngetawain gue?". Anna menghentikan langkah kaki Fiona yang ingin keluar dari toilet.

Fiona membalikkan badannya lalu mendekati Anna.

"Elo pantas untuk ditertawakan". Tegasnya.

Anna mendorong bahu Fiona.

"Maksud elo apa? Ha...? Elo senang gue seperti in?".

Fiona memutar bola mata nya dan tidak menjawab pertanyaan Anna.

#Kletek...

Empat mata melirik ke arah pintu yang akan di buka oleh seseorang yakni Raya. Tanpa menghiraukan mereka, Fiona keluar dari toilet meninggalkan mereka berdua.

"Elo enggak apa-apa kan Na? Gue antar loe ke UKS ya?". Raya mendekati Anna yang masih emosi karena Fiona.

"Enggak usah, gue enggak apa-apa. Gue cuma masuk angin saja". Anna menolak tawaran Raya sebab takut ketahuan sama orang lain bahwa dia hamil.

Tanpa sengaja Raya melirik pada lantai, ia juga melihat test pack tersebut lalu memungut nya. Ia melihat tanda garis dua pada test pack itu menunjukkan bahwa hasilnya positif.

"Ini... ". Raya menyodorkan nya pada Anna. Sentak mata Anna terbelalak, ia shock karena ketahuan oleh Raya. Wajah Anna semakin pucat pasih, ia bingung harus menjawab apa?.

"Ini punya loe?" tanya Raya kepada Anna.

"Ha... Enggak... Itu bukan punya gue, mungkin punya siswi lain kali". Singkatnya.

Tapi Raya tidak percaya begitu saja.

"Hmmp, berani banget tuh orang membuang sembarangan, ini kan benda sensitif, enggak takut apa kalau entar kedapatan sama guru di sekolah, bisa-bisa entar satu sekolah bakal di geledah, mau nyari tahu ini punya siapa". Ucap Raya.

"I iya, sembarangan banget tuh orang he he he, untung kita yang nemuin, iya kan? Mending kita buang saja ketimbang entar kedapatan sama yang lain terus kita juga yang repot harus di periksa he he he". Anna jadi gelagapan dan secepat kilat ia membuang nya ke dalam tong sampah.

"Hmm". Raya melirik wajah Anna yang terlihat jelas gugup nya.

#Teeeet... Teeeeet...

Terdengar suara bunyi bel sekolah, itu menandakan bahwa jam sekolah telah berakhir. Semua murid berhamburan tak ketinggalan Fiona yang tengah berjalan sendiri menuju ke parkiran mobil.

Bahu Fiona merasakan sentuhan tangan seseorang. Ia menghentikan langkah kaki nya lalu menoleh ke belakang.

"Don't touch me, sekali lagi loe berani nyentuh gue, gue hajar loe". Fiona mengepalkan tangannya di depan wajah seseorang yang telah menyentuh pundaknya yakni Diky.

"He he he, sorry lah Fi, abisnya elo setiap gue panggil enggak mau noleh". Diky menunjukkan gigi nya yang putih.

"What do you want?". Fiona langsung to the poin pada Diky.

"Santai saja lah Fi, lagian gue enggak mau apa-apa kok dari elo, gue cuma mau nanya sama elo, entar elo ke prom sama siapa?".

Fiona mengusap wajahnya.

"Jadi elo dari tadi manggil-manggil gue dan bikin gue ngerasa terganggu itu cuma mau nanya ini doang?". Fiona merapatkan giginya.

"He he he, iya".

"Enggak penting". Fiona melangkahkan kakinya meninggalkan Diky.

"Ehh... Ehh Fi, jawab dulu dong pertanyaan gue, malah main pergi saja, elo perginya sama siapa?". Diky bergerak cepat menghalang langkah kaki Fiona sehingga Diky berada di depan Fiona.

"Jawab dulu pertanyaan gue, entar elo pergi nya sama siapa?". Ulangnya.

"Apa urusannya sama elo, gue pergi nya sama siapa!".

"Ya adalah urusannya sama gue".

"Ck, kenapa? Elo mau memastikan siapa yang bakalan menang di taruhan ini?".

"Ha? Fffffft buaha ha ha ha". Sentak Diky tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Fiona.

"Ya ampun Fi, fi.. Jadi elo pikir gue seperti itu? Jadi loe mikir nya selama ini gue taruhan gitu? Ha ha ha oh my god. Kenapa sih Fi. Yang ada di pikiran loe itu semua orang yang ngedeketin elo bakalan sama niatnya? Enggak semua orang itu sama Fi. Coba deh sedikit saja elo buka hati loe buat percaya sama orang lain. Ya emang gue tahu setiap ada orang yang ngedeketin elo pasti karena ada maunya dan wajar juga sih ngebuat loe jadi trauma seperti ini. Tapi bukan berarti sama sekali enggak ada yang benar-benar tulus ngedeketin elo, pasti ada Fi. Mau beribu orang pun yang bermaksud jahat sama loe, elo harus yakin masih banyak yang tulus sama elo. Apa yang kita lihat buruk belum tentu itu tidak baik. Kebaikan akan datang pada orang yang mau menerima kebaikan itu".

Fiona sedikit tertegun akan ucapan Diky, tanpa kata Fiona meninggalkan Diky dan Diky pun tidak menghalanginya lagi.

"Fi pokoknya gue tunggu kedatangan loe di malam prom nanti". Teriakan Diki sama sekali tidak di gubris oleh Fiona.