webnovel

Melihat warna emosi

"Pagi."

"Bagaimana kabarmu?"

"Apa kau sudah tahu?"

"Eh, masa?"

Setiap pagi kelasku selalu dipenuhi oleh suara-suara mainstream. Teman-temanku bertegur sapa dan bercengkrama dengan santai. Melontarkan basa-basi dan informasi yang tidak berguna hanya agar mereka dapat berbaur dan tidak dianggap aneh dalam suatu kelompok. Benar-benar menyedihkan.

Mereka tersenyum satu sama lain. Berbicara dan mendengarkan mereka yang bercerita. Tertawa akan lelucon yang diterima.

Namun aku tahu semua itu hanyalah ilusi. Aku tahu mereka palsu. Senyum itu, tawa itu, sapaan itu. Kau tanya apa alasanku mengatakan bahwa semua itu palsu. Jelas saja, aku ini spesial. Aku memiliki kemampuan yang kunamai 'pewarna emosi'.

Seperti namanya, aku dapat melihat emosi orang lain. Setiap emosi memiliki warna yang berbeda. Setidaknya ada 7 emosi yang dimiliki manusia.

Merah mewakili amarah

Kuning mewakili kesenangan

Biru mewakili kesedihan

Ungu mewakili ketakutan

Hijau mewakili ketidaksukaan

Putih mewakili ketenangan

Dan dari semua emosi yang dapat aku lihat. Yang satu ini adalah yang paling aku benci dan tak habis pikir.

Merah muda mewakili cinta

Kadang aku bertanya kepada dewa, mengapa dia menganugrahi kemampuan berharga ini pada orang sepertiku. Kemampuan ini sebenarnya sangat berguna bagi seorang HRD, KPK, dan badan intelegensi yang kerepotan memprediksi tersangka sedang berbohong atau tidak. Aku yakin negara ini akan menjadi negara maju jika presidennya memiliki kemampuanku.

Dan sekarang aku tahu alasannya. Dewa mungkin sudah mengetahui bahwa 'pewarna emosi'-ini adalah kemampuan berbahaya yang dapat mengguncang dunia jika diberikan pada orang berkuasa. Ini sama seperti seorang ahli senjata menciptakan excalibur tanpa sengaja dan menyerahkannya pada seorang anak kecil demi menjaga perdamaian. Dewa benar-benar jenius!

"Hei, bagaimana kabarmu?"

"Baik, kau sendiri?"

"Aku sehat selalu, bro."

"Hahaha. . ."

Pandanganku saat ini tertuju pada dua temanku yang sedang berbicara. Mereka terlihat akrab. Namun aku tahu apa yang ada di balik hati mereka. Warna hijau menyelimuti kedua orang tersebut. Artinya mereka saling tidak menyukai.

Aku heran kenapa mereka bisa bertahan berbicara dengan orang yang tidak mereka sukai. Bahkan terpaksa menarik bibir untuk menciptakan ekspresi tersenyum dan tertawa di hadapan orang tersebut. Menurutku itu hanya tindakan pemborosan energi.

Belum beres kebingunganku dengan dua temanku tadi. Aku mendengar suara manja-manja basah dari sebelah kananku. Kutemukan pasangan mesra di kelasku.

"Sayang, kemaren makasih ya."

"Iya, santai aja."

"Nanti kita kapan-kapan jalan lagi ya."

"Siap."

Uwah, warna merah muda memancar terang dari sana. Inilah yang membuatku benci dengan emosi ini. Dia terlalu terang. Aku yakin malam hari di taman akan terlihat seperti siang jika puluhan orang melakukan aktifitas mesra-mesraan. Aku bertanya-tanya kapan kementrian lingkungan hidup menyatakan punah pada makhluk yang bernama pacar ini?

"Haaa. . ."

Aku mendesah kesal. Mengeluarkan rasa frustasiku akan kehidupan yang tidak berubah bahkan setelah aku menginjak kelas 2 SMA. Aku tetap menjadi seorang penyendiri. Introvert. Solo player. Jomblo. Single. Dan segala macam sebutan yang menunjukkan arti tunggal.

Karena kemampuan ini, aku memutuskan untuk meminimalkan interaksi dengan orang lain. Terlalu banyak sandiwara yang dibutuhkan untuk membuat emosi mereka selalu berwarna kuning atau menghindari warna emosi negatif.

Bukan berarti aku tidak dapat berkomunikasi sama sekali. Justru sebaliknya, aku cukup pandai dalam berkata-kata. Aku belajar bagaimana cara untuk menghadapi emosi orang lain. Jadi aku selalu di cap baik oleh orang tua dan guru-guruku. Namun aku memilih untuk tidak mencolok. Bukankah sistem dunia seperti itu? Kau akan selamat jika kau terlihat seperti mayoritas orang.

Tap... tap... tap...

Suara langkah kaki terdengar di sebelah kiriku. Sang pemilik suara duduk dengan tenang dan meletakkan tasnya di atas meja.

Dia adalah Kanna.

Gadis cantik dengan kulit seputih salju dan rambut hitam halus yang terurai dengan elegan. Harum parfumnya selalu melewatiku setiap pagi. Kenapa seorang gadis selalu memiliki harum dengan radius 3 meter setiap paginya? Apa mereka mandi dengan cara berendam dalam larutan parfum?

Duduk di sebelah gadis secantik dia pasti merupakan dambaan setiap lelaki SMA yang sehat. Namun sebenarnya hal tersebut tidak semudah kelihatannya.

Kanna dikenal sebagai 'ratu es'. Dia tidak menampilkan emosi sama sekali dan mejawab pertanyaan seadanya tanpa ada babibu yang tidak perlu. Setiap hari ada saja orang yang mencoba mendekati Kanna namun berakhir dengan kekecewaan yang tragis.

Seperti yang akan terjadi pada laki-laki yang saat ini mencoba berbicara dengan Kanna.

"Hai, Kanna"

"Hai"

"Bagaimana kabarmu?

"Baik."

"Apa kau sudah dengar bahwa akhir tahun sekolah kita akan mengundang band terkenal?"

"Sudah"

"Apa kau akan melihatnya?"

"Mungkin"

"Er. . . Bagus lah kalau begitu"

"Iya"

". . ."

". . ."

Skak mat. Dialog selesai. Sudahlah kawan, hentikan usaha sia-siamu. Kau pikir sudah berapa banyak tragedi yang kulihat di meja sebelah kiriku.

Akhirnya lelaki tersebut meninggalkan Kanna dengan emosi berwarna biru.

Aku sebenarnya cukup terkesan dengan Kanna. Dia selalu menunjukkan satu warna emosi yang selama ini jarang aku temukan di kalangan anak SMA. Warna yang menunjukkan ketenangan layaknya sebuah danau di tengah pegunungan terpencil. Warna putih. Warna yang selalu mengelilingi Kanna.

Aku sebenarnya memiliki harapan kecil untuk melihat sang ratu es menampilkan emosinya. Jika aku dapat mengabadikan momen dimana sang ratu es berekspresi, maka karya tersebut pasti akan menjadi salah satu dari 7 keajaiban alam. Yah meskipun aku tahu itu mustahil. Bukankah memiliki keinginan mustahil lebih baik dari pada tidak memiliki keinginan sama sekali?

"Selamat pagi anak-anak."

Seorang guru masuk ke dalam kelas dan menyapa kami. Temanku yang masih berdiri atau belum berada di tempat duduk mereka segera kembali ke tempat dimana mereka seharusnya berada.

"Baiklah, mari kita mulai pelajaran hari ini. Tapi sebelum itu, bapak akan mengabsen kalian. Pertama. . . Agis."

Aku mengangkat tanganku dengan malas.

"Hadir."

***

Yang suka anime hyouka, oregairu, sama elite classroom taulah gimana gambatan tokohnya.?

Salfarcreators' thoughts