"Ugh- egh.... Se-sejak ka-kapan kalian membohongi ku?" Ness bertanya sambil tergagap.
"Hadeh, Ness... Ness..." kata Gerry sambil menggeleng gelengkan kepalanya seperti meremehkan Ness.
"Elu mau tau banget apa mau tau aja? Hahahaha" kata Mokka bercanda kepada Ness yang sedang duduk kesakitan didinding
"Bilang aja Mok. Sekali kali gw baik Ama dia. Kasian juga gw liatnya kalau diginiin terus, Kik Kik Kik" ketawa cekikikan Gerry
"Okelah, kalau gitu haha. Nih gw beri tau ya" Mokka menjelaskan
'Di Tempat Ketika Tidak Ada Ness"
Ketika pada saat itu, Ness pergi dari kelas. "GERRY! Wah gak nyangka kita ketemu lagi Ger" kata Mokka dengan terkejut
"Ehh beneran Dong lu balik lagi ke Indonesia. Katanya lu pindah nanti pas SMP. Kok SD sih Ger? Gw gini gini ingata-" mulut Benu diberi isyarat untuk diam dari Gerry Gerry
"Ssstttt, gw masih gak percaya kalau kalian teman gw yang dulu. Kalau mau buat gw percaya, bawa bocah yang tadi bangunin gw pas tidur ke gang pisang jumbo" Suruh Gerry Ke Mokka dan Benu
"Sans Ger. Kami bisalah bawa dia ke Elu" kata Mokka sambil narik baju Benu yang sedang makan Snack
Setelah Ness lari dari Gerry yang mau mengancamnya
Gerry pun mendekati Mokka dan Benu.
"Wah gak nyangka gw ketemu temen TK. Gw kira elu udah berubah ketika bersama si cupu Ness itu" Jawab Gerry sambil menepuk pundak Mokka dan Benu
"Ya nggak lah. Elu kan tau, kalau gw suka akting" kata Mokka sambil tersenyum. "Bagaimana dengan lu Ben? Elu berubah?" Tanya Gerry
"Suruh anak buah elu pergi dulu gih. Gak tenang gw kalau jawab gini" jawab Benu sambil menyuruh Gerry. "Oke oke, eh... pergi pergi. Nanti gw tambahin deh kalau lu pergi" suruh Gerry
"Cih, awas lu kabur bocah" Kata anak SMP sambil mengancam dengan tinjunya. "Oke, santai santai" Kata Gerry sombong
"Sudahkan Ben. Udah, gak usah beri tau dah kalau lu berubah atau nggak. Dari sifat elu aja sama, perut pun juga sama. Hahahaha" Ejek Gerry
"Berisik lu. Ger mana makanan gw. Kan kita pernah buat perjanjian, setiap lu nyuruh gw elu haru beri gw makanan"
Kata Benu kesal dengan kelakuan Gerry
"Nih, maaf ya guys. Gw kira kalian dah berubah" jawab Gerry sambil tertawa kecil. "Eh iya, elu ngapain pura-pura baik ke Ness? Kan lu tau dia tuh anak cupu" Remeh Gerry.
"Ya, buat seru seruan lah" jawab Mello singkat. "Yang seru seruannya gimana?" Tanya Gerry
"Kami kadang ditraktir sama Ness, lumayan. *Krunch* *kres*Dan juga gara gara dia juga kita lumayan banyak teman. Bisalah kita bawa temen temennya ke tim kita *krunch*. kan ada lu Ger.... Hahaha" tawa Benu sambil makan kripik
"Mending lu selesaikan dulu makan lu. Berisik tau gak, kalau lu ngomong sambil makan" jawab Gerry kesal sambil menepuk kepala Benu ketika makan. Benu tak peduli dan melanjutkan makannya. "Intinya nih ye, kalian semua manfaatin dia dulu kan?" Tanya Gerry gak sabar. "YOI" jawab serentak Mokka dan Benu
'Saat Ness sudah Mengetahui semuanya'
"Ka-kalian, si-sialan" jawab singkat Ness yang banyak mengartikan sesuatu terhadap temen pengkhianatnya.
"Heh..... Ness"
*Srek*
"ELU KIRA GW BAKAL LEMBEK KE LU. MENTANG MENTANG ELU PERNAH JADI TEMEN GW. eh iya ya, kan hanya elu doang yang nganggap gw teman. Cuih cuih..... mulut gw ngomong apa sih" Jawab Mokka mengejek Ness sambil menarik kerah baju Ness sampai sobek hanya karena genggamannya.
"Udah udah. Dia itu mana paham. Kan dah gw bilang pikirannya hanya satu. Di dekat malah dikira teman, bersama dikira sahabat. Elu kira semudah moncong lu kira. Hahahaha..... Bisa bisanya ada orang sepolos ini" tawa Gerry sambil menepuk kepalanya seperti melihat orang tolol ketika jatuh dari tangga.
"Yok guys, kita pergi. Sebelum pergi, tendang si cupu ini 1 tendangan sekeras mungkin" suruh Gerry. "SIAP BOS" jawab serentak Mokka dan Benu.
*Bugh* dan *krek* bunyi suara dari arah rusuk yang ditendang cukup keras dari Mokka "Arghhhhhh, sakittttt... Sialan kalian"
*Dugh* dan *brok* suara arah dari tangan kanan Ness yang diinjak seperti menginjak ditanah pada saat lagu Pramuka ketika bilang Hentak Tanah. Dan apalagi ini si gembrot Benu.
"TANG-TANGAN.... UHHHH. Ahhhh, SAKIT. TOLONG..... TOLONG....." Suara Ness kesakitan yang bukan main.
"Eh, waduh dia teriak lagi" khawatir Benu ketika dia teriak
"Santai Ben, kita cukup menendangnya di arah kepala. Seperti ini"
*BRUAK* *Dugh* dan *KRAK*
Bunyi suara yang sangat keras, kepalanya terhentak Kedinding, dan suara tulang tengkorak Ness yang sangat besar. Mengenai hidung, membuat hidungnya mungkin patah
"Kan, langsung pingsan" kata Gerry sombong. "Ya gak adil lah. Katanya tendangan tapi elu lutut anjir" jawab Mokka kesal sambil mengacungkan jari tengah ke Gerry.
"Yang penting gak berisik. Sudahlah, yok pergi" kata Gerry berjalan Kedepan tanpa memedulikan orang yang dilukainya.
Ness terbangun dari pingsannya.
"Ugh-... Sial..... bangsat....." Ness mengucapkan kata kotor pertama kalinya
"Jadi in-.... egh... Pe-perasaan marah..... Se-sekarang aku tau rasanya... kegh" Perasaan baru Ness yang dia dapatkan. Tapi, ketika perasaan marah itu mau meluap, luapan itu menjadi reda. Dia menutup kemarahan dengan kesabaran yang dimilikinya.
Dia akhirnya mencoba untuk berdiri dari tempatnya. Tetapi, karena tubuhnya hancur gara gara berandalan itu. Dia pun susah bangun dari tempatnya.
*KRAK* *Krek* Bunyi tulang Ness ketika dia mau bangun.
"Egh... Hah.. hah hah hah" sakit Ness yang akhirnya bangun dari tempatnya.
Yang dia pikirkan saat ini bukanlah keluh kesal dengan kesakitannya. Tapi berpikir tentang cara dia untuk alasan ke orang tuanya dari tulang, luka, memar serta kerusakan tubuh lainnya agar tidak ketahuan kalau itu luka yang diperbuat oleh Gerry And Friends.
"Aduh... aduh...., gimana nih *hiks* ugh-.. alasan apa nih *Hiks*" Bingung, nangis, serta takut yang dihadapi Ness.
Ness akhirnya mendapatkan ide untuk pura pura ketimpa barang yang ada di gudang sekolah. Dia pun pelan pelan pergi kesana. dan akhirnya Ness pun berhasil dengan alasan yang masuk akalnya
Orang tua Ness akhirnya tidak curiga kepadanya. Tetapi, itu tidak memalingkan pandangan mereka kalau Ness dibully. mungkin alasan ini tidak bisa dipakai oleh Ness lagi ketika dia mendapatkan bullyan fisik yang sangat fatal.
setelah 1 bulan terlewati, Ness bisa sekolah kembali. Disinilah kesengsaraan Ness dimulai
Ness pun selalu mendapatkan bullyan dari Gerry and friends. Tetapi, Ness selalu menutup perasaannya ketika dia dibully. Akhirnya, Ness tidak lagi menangis. Mungkin juga ini adalah tangisan terakhirnya, dan tidak akan terjadi lagi. Dia sudah terbiasa bullyan Gerry. Tetapi, tetap saja Ness selalu gemetar ketika melihat Gerry.
Setiap dia mendapatkan Bullyan fisik yang sangat fatal baginya. Ness kadang pura pura kecelakaan seakan akan itu alami. Tetapi, kadang orang tuanya tidak percaya dengan itu. Akhirnya, Ness pun mencoba menahan seluruh rasa sakit ditubuhnya ketika dia dapat bullyan fisik.
Disebabkan menahan sakit terlalu lama, tubuh Ness semakin tidak wajar sebagai manusia pada umumnya. Mungkin dia terluka, tetapi dia menahan Indra perasanya dan makin lama dia tidak merasakan sakit lagi. Gara gara itu, Ness tidak merasakan yang namanya indera perasa ditubuhnya.
Tetapi, lukanya tetap ada di tubuhnya dari luka dalam maupun luka luar. Luka ini bisa membuat umur Ness semakin pendek setiap waktu. Dia tidak memberi tahu ke orang tuanya tentang ini.
Ness kadang ingin sekali memukul Gerry, tapi apalah dayanya yang selalu gagal ketika melakukannya. Gerry rupanya pernah belajar karate dan taekwondo. Ness sering melihat didepan rumahnya Gerry secara diam diam.
Dia mempunyai guru pribadi profesional untuk menemani latihannya. Ayah Gerry ingin sekali mengajarkan Gerry bertarung, agar untuk menjaga diri dari kejahatan yang selalu ada dimana-mana pikir ayahnya. Tapi, kalian sudah tau bagaimana sifat si Gerry ini. Dialah penjahatnya sendiri.
Dikarenakan Gerry mempunyai guru pribadi, Gerry sangat cepat mempelajari teknik-teknik dasar bahkan bela diri ketika dia melawan orang dewasa. Semua sudah dipersiapkan oleh ayahnya yang selalu banyak uang disakunya. Uang... Uang.... Uang..., Dunia yang selalu bergerak kalau ada uang. Ness pun semakin tidak berani macam maca dengan Gerry.
Ketika Gerry sudah berada sekolah di tingkat SMP. Akhirnya, dia mendapatkan orang Genius bela diri. Karate dia mempunyai sabuk cokelat yang berarti urutan terlemah sampai terkuat yaitu Ketujuh dari satu(putih) sampai sembilan(hitam) dan taekwondo mempunyai sabuk merah yang berarti kelima dari satu(putih) sampai enam(Hitam)
Banyak yang takut dengannya karena dia jago berkelahi. Tapi ada beberapa yang membuat Gerry babak belur ketika SMP, yaitu kakak kelasnya yang kesal dengan kelakuannya.
Kalian mau tau apa yang terjadi dengan dia selanjutnya? Dia di usir dari guru bela dirinya, dan banyak mengasingkannya. Tidak hanya itu, dia kadang kesekolah dengan keadaan babak belur di mukanya. Sampai sampai dia tak tahan lagi dan bunuh diri pada akhirnya.
Ada beberapa orang yang bernasib sama dengannya. Kebanyakan mereka pindah sekolah bahkan Negara dan beberapa bunuh diri karena tidak bisa pindah disebabkan keluarganya yang mempunyai kebatasan ekonomi atau bisa dibilang miskin.
Itu yang selalu dipikirkan Ness. Dia selalu berpikir *kalau kalah, gw dibully. Gw menang, gw gak tau apa yang mereka lakukan selanjutnya*. Dia pun dilema dengan sifat penakut dan pikirannya.
Dan akhirnya, dia merahasiakan ini terhadap orang tuanya lagi. Dia takut, apa yang dilakukan Oleh Gerry kalau dia marah terhadap orang tuanya Ness. Dan akhirnya, inilah mengapa Ness tidak mau melawan Gerry.
'Hari dimana Ness mengingat masa lalunya'
Ness disitu hanya pasrah ketika Gerry sudah ada didepannya. Dan Ness mencoba menebak *Dia mengenggam kursi di tangannya, berarti dia mencoba memukul ku dengan itu selanjutnya*
Gerry mengenggam kursi itu dan mengangkatnya sehingga *Bruagh* suara benturan kursi ke arah Ness. Sekali lagi, kena tepat dikepalanya membuat dia pingsan seketika di meja belajarnya.
"MAMPUS KAN LU" ucap Gerry senang lega. "Yok lah guys. oh ya sebelum itu, woy yang dikelas sama nih bocah. Bilang kalau dia disuruh sama gue ketempat seperti biasa kalau dia bangun. Kalau dia gak Kesana, kalian yang dapat PUKULAN gw satu satu" ancam Gerry ke satu kelas
Gerry pun pergi dan melambaikan tangannya seperti pahlawan yang sudah menyelamatkan dunia.