1 Awal Perjalanan

Hari ini akan menjadi awal dari kehidupan baru untuk Hagin Nariya, setelah lulus dari SMP dia melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk ke luar kota. Hagin Nariya menjalani kehidupannya bersama Ayah tercinta, sedangkan ibunya telah meninggalkannya ketika dia berusia 5 tahun, semenjak itu dia hidup bersama Ayahnya.

Pagi yang cerah memberikan semangat baru untuk Hagin, dia melihat Ayahnya yang terlelap tidur karena kelelahan. Melihat samsak tinju di kamarnya, Hagin mulai melakukan beberapa gerakan tinju dan dia kombinasikan dengan beberapa tendangan. dia telah berlatih tinju dari SD dan kemampuannya telah berkembang pesat.

Pukulan demi pukulan dia gunakan, dimulai dari jab hingga uppercut. Meskipun berlatih tinju, Hagin tidak pernah ikut klub tinju, dia hanya menirunya dari televisi serta beberapa video yang dia ambil dari internet.

Menyelesaikan latihannya, Hagin segera memasak makanan untuk sarapan. Dia dan ayahnya cukup berkecukupan sehingga mampu tinggal di rumah sendiri. Setelah menyiapkan sarapan, Hagin membangunkan Ayahnya, dan membawanya ke meja makan untuk sarapan.

"Pa.. aku akan melanjutkan sekolahku di luar kota, dan aku ingin masuk ke SMA Hanju." setelah mengambil beberapa suap nasi, Hagin mengatakan pada Ayahnya tentang keinginannya untun sekolah di SMA Hanju.

"Ah...SMA Hanju... ya kamu bisa sekolah disana namun jaga dirimu." Ayah Hagin tidak menentang keinginan Anaknya dan memilih mendukungnya meskipun dia sendiri tahu sekolah macam apa itu SMA Hanju.

"Hahaha... tentu saja, Pa. Aku akan menjaga diriku, bagaimana mungkin aku tidak menjaga diriku. Tapi... apa ini baik-baik saja, Pa?" tanya Hagin untuk memastikan jawaban dari Ayahnya.

"Tentu saja, apakah ada yang salah dengan itu. Apa kau pikir Ayahmu ini tidak tahu sekolah Macam apa SMA Hanju itu."

"Ah... baguslah kalau begitu aku jadi bersemangat. Besok aku akan pergi ke kota Seul." Menyelesaikan sarapan di meja Hagin pergi menuju kamarnya dan mulai mengepak pakaiannya.

Selesai mengepak pakaian, Hagin mulai berselancar di internet dan mencari informasi tentang SMA Hanju. Saat dia mencari informasi di internet, dia menemukan sebuah artikel yang menarik di mana artikel itu mengulas tentang kondisi terbaru SMA Hanju.

SMA Hanju terletak di kota Seul bagian timur, di kenal sebagai sekolah berandalan karena murid-murid dari sekolah itu menimbulkan berbagai keributan. Berita yang paling terkenal dari SMA Hanju terjadi pada tahun lalu ketika mereka bertarung dengan sekolah lain.

Namun dari perkelahian mereka timbul seorang korban dari siswa sekolah lain, dia mengalami luka parah setelah bertarung dengan salah satu pemimpin kelompok berandalan dari SMA Hanju. Meskipun menderita luka parah nyawa dari orang itu masih dapat tertolong. Dari kejadian itu mulai timbul dendam antar dua sekolah yakni SMA Hanju dengan Akademi Marcen yang berada di barat kota Seul.

Ketika membaca artikel tentang SMA Hanju, Hagin cukup terkejut karena siswa yang mendaftar ke SMA Hanju meningkat dari tahun lalu dan tahun ini murid baru yang mendaftar ke SMA Hanju berkisar ratusan orang.

Setelah puas mencari informasi di internet, ponsel Hagin bergetar dan dia melihat pesan dari Sahabat baiknya. Segera dia membaca pesan itu lalu ekspresi terkejut terlihat di wajahnya, Hagin tidak menduga jika sahabat baiknya akan masuk ke dalam SMA Hanju bersama dengan dirinya.

Hagin membalas pesan dari sahabatnya dan menanyakan mengapa dia memilih untuk masuk ke dalam SMA Hanju padahal dia sendiri tahu bagaimana kacaunya sekolah itu. Hagin memilih SMA Hanju sebagai sekolahnya karena biaya yang murah serta dia sendiri tidak terlalu memusingkan pelajaran SMA karena sudah menguasainya sejak SMP.

Beberapa saat kemudian ponselnya kembali bergetar, melihat pesan dari sahabatnya dia mengerti jika sahabatnya memilih untuk menimba ilmu di SMA Hanju karena memiliki masalah dengan ekonominya dan SMA Hanju ialah sekolah yang cocok untuknya.

Hagin tidak bisa membantu sahabatnya perihal keuangan karena dia sendiri tidak bisa membantu persoalan ekonomi keluarganya, itu juga salah satu alasan Hagin Nariya memilih SMA Hanju sebagai sekolahnya karena dia ingin meringankan beban yang Ayahnya tanggung.

Hagin membuat janji dengan Sahabatnya untuk pergi bersama ke kota Seul. Selesai membereskan pakaiannya, Hagin keluar dari rumah dan pergi ke minimarket terdekat untuk membeli makanan ringan. Jarak antara rumahnya dengan minimarket cukup dekat sehingga dia memilh berjalan kaki untuk pergi ke tempat tersebut.

Sesampainya dia di minimarket, Hagin segera memilih-milih makanan ringan yang ia inginkan, beberapa di antara mereka adalah snack yang cukup populer seperti chiatos, dan bengbang.

Beberapa saat kemudian Hagin yang telah membayar makanan ringannya beranjak dari supermarket menuju sebuah taman sambil menenggak minuman bersoda.

Hanya butuh waktu sebentar untuk Hagin tiba di taman. Matanya menoleh ke segala arah untuk mencari sebuah bangku taman. Ia sangat menikmati suasana tenang di taman sambil memakan makanannya, Hagin berpikir tentang kehidupannya di SMA Hanju.

Dia mengkhawatirkan kehidupan di SMA Hanju, Hagin tidak takut akan pertarungan namun dia terlalu enggan untuk memulai sebuah pertarungan dan hanya menikmati ketenangan saja. Sedangkan murid yang bersekolah di SMA Hanju akan selalu bertarung satu sama lain, dan Hagin ingin menghindarinya.

Cukup lama baginya berpikir tentang kehidupan yang akan dia jalani di SMA Hanju nantinya. Beberapa hal ia khawatirkan seperti adanya sebuah pertarungan, di sekitar rumahnya memang ada beberapa sekolah, namun biayanya jauh lebih tinggi daripada SMA Hanju, sehingga dia memilih ke luar kota dan menimba ilmu di SMA Hanju.

Setelah puas dengan suasana di taman Hagin pulang ke rumah, butuh waktu 30 menit untuk dia sampai di rumah dari taman.

Ia masuk ke dalam rumah, namun dia tidak melihat sepatu ayahnya, segera saja Hagin membuat makan malam. Selesai membuat hidangan simpel dia menaruhnya ke meja makan akan tetapi di meja makan terlihat sebuah kertas dan beberapa lembar uang.

Mengambil kertas dan uang di meja makannya, Hagin Nariya pindah ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Sambil membuka isi kertasnya dia menyuap beberapa sendok ke mulutnya, membaca isi kertas tersebut tetes air mata perlahan turun dari matanya.

Kertas itu ternyata sebuah surat dari Ayahnya, isi surat itu menyiratkan agar Hagin menikmati masa SMA-nya. Ayahnya mendukung Hagin untuk bersekolah di SMA Hanju meskipun sekolah itu dikenal sebagai sarang dari berandalan.

Meskipun Sang Ayah tidak tahu alasan apa Hagin memilih SMA Hanju sebagai pelabuhan selanjutnya, dia hanya berharap yang terbaik untuk Hagin dan mendukung sepenuhnya keputusan Hagin.

Hagin meneteskan air matanya ketika membaca isi surat itu, dia tahu Ayahnya jarang untuk berbicara dengannya dan hanya mengucapkan beberapa patah kata untuknya namun di dalam hatinya yang paling dalam dia tahu jika Ayahnya sangat menyayanginya.

avataravatar
Next chapter