Normal Pov
"Lili" Jennie segera tersadar saat tubuh Lalisa ambruk didepannya.
Saat Jennie ingin berteriak meminta pertolongan Jisoo datang dengan Irene dan Seulgi.
Irene segera memanggil petugas piket.
Seulgi membantu mengangkat tubuh Lalisa yang sudah berbaring di lantai ke kasur sebelah Jennie.
Jisoo menatap Jennie dengan penuh tanya.
"Lalisa hanya kelelahan dan sedikit syok, mungkin pagi ini dia belum sarapan sehingga tekanan darah dalam tubuhnya menurun secara tiba-tiba dan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dan pingsan seperti tadi. Tidak ada yang terlalu serius, jika sudah siuman pastikan untuk segera makan ne" kata seorang dokter sekolah yang sudah selesai memeriksa Lalisa.
Lalisa dipindahkan ke ruangan lebih khusus/private karena permintaan Jisoo agar Lalisa istirahat lebih nyaman.
"Terima kasih dokter" ujar Irene. Dokter pun pergi meninggalkan ruangan.
"Kamu tunggu Lalisa ne, biar aku yang membelikannya makanan" Seulgi
"Jamkkanman" Irene
"Wae?" Seulgi
"Kita tunggu Jisoo saja, Lalisa juga belum sadar. Aku takut jika terjadi sesuatu" Irene memegang tangan Seulgi.
Seulgi mau tidak mau mengurungkan niatnya dan mendekap Irene untuk memberikan rasa tenang karena Seulgi tau bahwa irene memiliki trauma.
FLASHBACK
Saat itu Irene kecil memutuskan untuk menunggu kakeknya sendirian karena eomma-nya pergi kekamar mandi. Tiba tiba saja Irene mendengar alat detak jantung kakeknya berbunyi acak.
Irene kecil hanya menangis dalam kebingungan harus berbuat apa. Untung saja tidak lama eomma-nya segera kembali dari kamar mandi.
Segera semua dokter dan perawat memasuki ruangan dimana kakeknya berbaring. Irene hanya bisa diam membeku menyaksikan peristiwa yang cukup mengerikan didepannya.
Eomma Irene segera memeluk Irene yang syok. Untung saja Tuhan masih memberikan umur panjang pada kakeknya.
Setelah kejadian itu membuat Irene sedikit trauma jika harus menemani seseorang sendirian.
FLASHBACK END
Diruangan sebelumnya Jisoo menunggu dokter memasangkan perban pada pergelangan kaki Jennie yang terkilir. Jennie meringis sepanjang perban itu dililitkan.
"Apakah itu sakit?" Jisoo tidak tahan mengeluarkan pertanyaannya karena melihat wajah jennie menahan kesakitan.
"Sedikit unnie" jawab Jennie yakin
"Tadi aku melihat kau tersenyum sepanjang Lili menggendongmu, apa kau yakin itu sakit?" ledek Jisoo yang membuat pipi Jennie perlahan memerah.
Karena tanpa sadar Jennie kembali mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu saat dirinya berada dalam gendongan Lalisa.
Tidak lama kemudian wajah jennie berubah menjadi kawatir karena mengingat keadaan Lalisa yang tidak sadarkan diri dan dipindahkan keruangan lain. Walau Jisoo menjelaskan bahwa itu semua untuk kenyamanan Lalisa tapi Jennie tetap kawatir karena belum memastikan kondisi Lalisa sekarang.
"Bagaimana kodisi Lili unnie?" Jennie.
"Lili ada di ruangan sebelahmu, kau mau kesana untuk memastikkannnya sendiri?" Jisoo.
Dijawab anggukan oleh Jennie.
"Dokter apa Jennie boleh berjalan?" Jisoo
Dokter sekolah hanya mengangguk dan memberikan sekrup kepada Jisoo untuk membantu Jennie berjalan.
"Terima kasih dokter" Jisoo.
Dirungan Lalisa berada, Lalisa perlahan membuka matanya dan melihat dua sahabatnya berdiri disebelah kasurnya.
"Lili, gwenchana?" tanya Irene.
"Ne gwenchana, unnie" Lalisa.
"Apa yang terjadi antara kau dan Jennie?" tanya Seulgi
Lalisa pun menceritakan semua kejadian kepada kedua unnie-nya itu. Irene dan Seulgi hanya bisa tertawa mendengar cerita Lalisa.
"Mungkin yang kau dengar itu suara Jenni, kan Jennie termasuk kucing. Kucing liar" Seulgi.
Irene pun tertawa, membuat semua yang berada dalam ruangan itu juga tertawa.
Tiba tiba saja pintu ruangan terbuka, masuklah Jisoo diikuti Jennie dengan tangan kanannya yang memegang sekrup membantunya berjalan.
"Aku dengar namaku disebut. Ada apa?" Jennie dengan wajah dinginnya.
Semua hanya diam tidak menjawab pertanyaan Jennie. Jisoo yang tau suasana canggunpun mengalihkan perhatian untuk bertanya perihal kondisi Lalisa.
"Apa Lili sudah merasa baik baik saja?" Jisoo.
"Sudah unnie, sepertinya ini karena Lili tidak sarapan pagi tadi" Lalisa hanya menyengir.
Jennie yang mendengar jawaban Lalisa merasa heran dan bersalah. Terheran karena Lalisa bisa mengangkatnya yang sudah jelas bobot tubuhnya lebih berat dibanding Lalisa dan jarak antara lorong utama dan uks cukup jauh. Merasa bersalah karena harus merepotkan Lilinya sampai pingsan.
"Apa Lili yakin dengan kondisi Lili, Lili sadarkan habis mengangkat siapa?" tanya Jisoo
"Yak! KIM JISOO!" teriak Jennie yang merasa tersinggung.
Jisoo hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lili baik baik saja unnie" jawab Lalisa mantap.
"Lili kembali ke kelas saja, ne" Lalisa
"Ani, tetaplah di sini. Beristirahatlah! . Aku akan menemanimu" Irene
"Eoh, unnie Lili tidak mau kalau merepotkan unnie" Lalisa.
Karena melihat wajah Lalisa yang ditekuk Jisoo pun mengambil alih suasana.
"Apa kau benar benar tidak apa apa Lili?" Tanya jisoo memastikan
"Lili baik baik saja. Chu unnie bisa lihat sendiri kan?" Lalisa yang menampilkan senyuman mautnya.
"Kenapa jadi aku yang sedang tidak baik baik saja, jantungku terasa habis lari marahton" batin Jennie melihat senyuman Lalisa.
"unnie akan pegang kata katamu. Tapi tetaplah istirahat di sini biar Jennie menjagamu ne. Irene, Seulgi ayo kita kembali kekelas. Kajja" sebelum Jisoo benar benar meninggalkan ruangan Jisoo membalikkan badannya.
"Jennie Kim, aku terus memantaumu" ucap Jisoo serisus dengan memberikan ekspresi yang menakutkan.
Jisoo, Irene dan Seulgi pun menuju kelas masing masing.
Ada satu hal yang mengganjal dipikiran Seulgi seolah olah dia melupakan sesuatu yang sangat penting. Tapi dia lupa dia telah melupakan apa.
Saat bel berbunyi tiba tiba Seulgi saja berteriak.
"YAK, Paboya Seulgi" sedari tadi dia mencoba mengingat hal yang terasa menjanggal. Ternyata dia baru ingat jika dia lupa membelikan makanan untuk Lalisa.
"Bisa tidak mulutmu itu dikondisikan" Irene malu menjadi tontonan semua mata karena teriakan Seulgi.
"Kau juga Irene" Seulgi
"Aku?" Irene
"Iya, kenapa kau tidak mengingatkanku untuk membeli makanan untuk Lalisa? Bukankah dokter menyarankan agar Lalisa segera makan setelah siuman" jelas Seulgi.
Irene terdiam sesaat dan kembali sadar dengan wajah yang panik.
Wendy dan Joy yang tidak tahu apa apa hanya bisa saling pandang. Jisoo yang mengamati sahabatnya itu hanya bisa menyunggingkan senyumannya. Psikopat kau Jisoo, hehehe.
"Sudah jangan kawatir ada Jennie" Jisoo menampikan smirknya.
"Bagaimana tidak kawatir kau tau sendirikan kondisi Lili dan Jennie?" Irene
"Sudah, kita kesana saja dulu untuk memastikan keadaannya. Irene jangan lupa kabari yang lain di grup ya" jisoo
Jisoo yang ditemani Irene, Seulgi dan Rose pun menuju ke UKS, tepat saat Jisoo membuka pintu. Jisoo dan yang lainnya melihat Jennie dan Lalisa yang bangun dari tidurnya di satu ranjang yang sama.
"Yak unniee, kau apakan Liliku?" Rose
~to be continued