webnovel

You Dead!

"Aku bukan Anna mu," cetusnya. Nathan langsung menoleh kearah dimana beberapa surai lembut rambut Tsuyoi sentoki itu menempel pada kerah miliknya saat Nathan melonngo—mengintip cermin ajaib tadi.

Nathan lantas memalingkan wajah seraya memainkan lidahnya didalam mulut taatkala Anna mengerling padanya, "Jangan melihat isi pikiranku lagi," tekan Nathan. Padahal Ia berniat akan menyimpan sendiri apa arti dari kata annn annn tersebut.

"Sudah kubilang reaksi spontan," bela Anna. Semuanya menjadi terasa canggung lantaran Nathan yang akan memimpin komando dalam diamnya. Meski Ia berbelok kekiri sedangkan pengikutnya kekanan, membuat Nathan gemas sekali sebab lagi-lagi menjadi ekornya Anna.

Tidak ada lagi perbincangan saat senja mulai mengundurkan diri, semuanya menjadi semakin menggelap sampai teriakan Anna mengundang gelak tawa Nathan di hutan belantara tersebut.

Anna terlonjak kaget hingga terpleset gara-gara arwah seorang pilot sekoyong saja menggantung dihadapannya. Lucu sekali menurut Nathan, kenapa Anna kaget oleh mahluk yang berada di level paling bawah dari Hone-Onna. Seperti melihat king kobra yang terbirit ketika melihat cacing.

"Ketawa sampai gigimu mengering!" cetus Anna. Nathan mengangguk ringan menahan bibirnya agar tidak mengejek wanita yang Ia bantu berdiri. Akan tetapi Tsuyoi Sentoki itu justru dengan cepat langsung memberi nasihat kepada arwah tersebut agar tidak melakukan hal serupa kepada siapapun juga.

Nathan bergernyit karena sungguh itu tidak penting! Anna malah mengoceh dan bersungut-sungut akibat rok putihya menjadi kotor. Sampai Nathan menggelengkan kepala lantaran pilot tersebut meminta maaf padanya. Sungguh! Luar biasa Tsuyoi sentoki itu.

"Udahlah, kok nyalahin hantu," Nathan tidak sabar. Jam tangan berwarna silver miliknya itu tengah menunjukan pukul tujuh malam. Lalu mereka belum menemukan apapun yang menjadi tujuan datang kemari padahal sudah dari siang hari—mencari.

"Wajahnya menyeramkan Nathan, woah aku saja sampai merinding," sewot Anna. Jawaban Tsuyoi Sentoki itu membuat Nathan ragu, sebenarnya Anna itu siluman apa bukan, terlebih lagi wanita itu mengedarkan pandangan gusar seraya mengusap kedua lengan atasnya.

Di gunung salak ini, setiap sudut pohon terdapat arwah yang menatap mereka. Padahal saat Anna mendaki gunung ciremai hanya bertemu satu dua—kemudian hanya bertemu Jiwa gentayangan orang-orang jaman dahulu kala.

Apalagi Anna merasakan, bahwa orang-orang yang ada disini sebagian besar memiliki tragedi mengerikan dengan nasib buruk dan tragis menimpa mereka.

Itupun akan terjadi padanya suatu hari nanti, dimana pada saat ramalan mulai berjalan, kemudian pertumpahan darah terjadi. Anna harus menjauh dari Nathan sebelum semuanya menjadi lebih cepat menghampiri.

Lamunannya terbuyarkan kala kain berat berwarna hitam tengah menutupi kedua pundaknya. Nathan tersenyum manis walaupun tadi siang dia merutuk lantaran salah memakai kostum, namun ternyata berguna sekali saat malam hari.

"Ayo," ajak Nathan. Anna masih tertegun kala tangan psikopat itu mengenggam lengannya untuk berjalan sesuai komando pria itu. Namun Anna malah tenggelam bersama dengan tubuh yang tertutup jas hitam milik Nathan. Adegan tersebut persis mirip dengan film school love yang Ia tonton bersama Seirina.

Nathan Narendra pun dengan awasnya menyuruh Tsuyoi sentoki berhati-hati saat ada di kawasan tanah landai. Entah apa yang membuat wanita itu tenggelam dengan pikirannya, sangkat sepatu kets tersebut menginjak permukaan licin sampai Maya terperanjat dan hampir saja jatuh jikalau Nathan tidak menariknya hingga Tsuyoi Sentoki terjerembab di dada bidang pria tersebut.

Anna menengadah menatap Nathan dengan seksama... anggap saja waktu seolah berjalan lambat saat lengan Nathan dengan eratnya berada di pinggang Anna.

"Kenapa? Deg degan?" lontar nathn. Anna mengerjap cepat hingga mendorong raga Nathan ketika pria itu menggodanya. Memejamkan mata seraya mengusap dada sabar. Jangan sampai ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

"Siluman bisa lakukan jasa titip organ tubuh yah?" Nathan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat Anna tergelak tawa. Mengusap sudut mata seraya melanjutkan perjalannya tanpa menghiraukan Nathan yang memungut jasnya.

Nathan juga tidak tahu mengapa Ia harus repot-repot mengikuti Anna sampai tersesat di gunung tanpa memikirkan jalan pulang. Nathan Narendra bahkan lupa mengenai Crystal serta Alam yang sama membutuhkan dirinya.

Meski lagi-lagi, Nathan malah fokus pada wanita yang saat ini berdecak karena pohon kesekian yang Dia periksa masih tidak ada siluman Hamadriad nya. Nathan memperhatikan. Enam kuntilanak mulai mengikuti mereka dan terus bertambah setiap Dimay melanjutkan perjalanan.

Semakin larut malam, semakin padat saja warga penghuni gunung salak.

Nathan bahkan sempat menerobos kerumunan arwah dan bertanya mengenai siluman Hamadriad sampai mereka semua terbirit dan sembunyi sebab tawa Anna meriuhkan suasana.

Nathan Narendra terlihat seperti orang bodoh di matanya.

"Cari yang bagaimana si?" tanya Nathan. Dia mulai kesal karena pencarian ini tak akan membuahkan hasil jika harus memeriksa satu persatu pohon diantara ribuan tumbuhan tersebut. Anna masih terkekeh menahan kelucuan betapa bodohnya pria yang Ia bawa.

Hamadriad merupakan kaum Nimfa yang selalu melekat pada pohon. Tumbuhan tersebut akan bersuara menggema jika dihuni siluman pecinta damai itu.

Baru setelah mendengar penjelasan Anna, Nathan Narendra menutup matanya. Membiarkan insting dan pendengaran bekerja. Nathan tersenyum kecil kala menangkap suara deru napas anna yang paling mendominasi.

Menggigit bibir gemas taatkala detak jantung Tsuyoi Sentoki itu seirama denganya. Sama-sama kelelahan sampai menerobos jauh melewati para tuyul yang berlari riang. Pendaki yang menyalakan api unggun kemudian... "Disana," ucap Nathan.

Anna berdecak lantaran Nathan menunjuk pohon tanpa spesifikasi yang jelas sampai Anna bingung apa yang psikopat itu tatap. Pohon beringin, atau pohon beringin yang berada di sampingnya, atau pohon beringin yang ada di sampingnya lagi.

Membuat Nathan menghela napas sabar, kemudian menarik wanita itu menaiki beberapa tanah miring, lurus sampai bisa mereka pastikan telah menguras keringat berlebih hari ini.

"Okey! Yang ini," ucap Nathan. Anna langsung menghela napas seraya memejam pusing. Jauh sekali barusan Ia berjalan, seraya mempercayai Nathan dengan ikut-ikut saja. Apalagi si Narendra itu membawanya pada pohon berukuran setengah dari badannya padahal yang cermin tunjukan bahkan sepuluh kali lipat dari badan nathan.

"Bukannya lebih dari satu?" Nathan Narendra mencoba meyakinkan Anna. Sampai membuat wanita ini mengangguk dan mengetuk malas batang pohon tersebut. Ia menatap Nathan dengan sebalnya.

Tsuyoi sentoki itu mengangkat kedua bahunya dan hanya memancarkan air muka tidak menyenangkan saking malasnya membuka mulut untuk mendebat Nathan. Baru saja Anna melangkah—pergi. Sebuah suara membuat semua penghuni menoleh ke arah pohon sampai Anna pun ikut tercekat.

Dengan cepat Tsuyoi sentoki mengutarakan maksud kedatangannya pada Hamadriad tersebut menggunakan bahasa yunani. Anna mengajaknya melakukan sebuah ikatan, dengan meminta akar pohon Oikonomos yang berguna untuk menyimpan energi. Kemudian Anna akan membalasnya dengan melindungi pohon yang Hamadriad tempati.

Spontan Nathan Narendra menarik Anna saat sesuatu menyembul dari dalam pohon tersebut. Awalnya keluar seperti ranting, namun semakin cepat berubah menjadi jari-jemari sampai terus mencuat hingga Nathan terus menekan tubuh Tsuyoi Sentoki berada di belakang punggungnya

"Aman, tenang," lontar Anna. Nathan tertegun taatkala melihat wanita berambut coklat dengan kulit putih namun wajahnya seperti dahan pohon tersebut. Menyembul—sampai perpotongan pinggang, sisanya masih menyatu dengan batang tersebut.

Anna langsung berbicara kembali dalam bahasa yunani dengannya. hanya Nathan Narendra yang sibuk mengagumi lekuk tubuh sampai penyatuan siluman itu dengan pohon. Hal-hal luar biasa semenjak kedatangan Tsuyoi Sentoki itu membuat hidup Nathan semakin menarik.

Beberapa belas menit kemudian, perbincangan mereka terjadi begitu lama. Anna mengintruksikan Nathan Narendra yang bersabar—agar menghampirinya, "Dia butuh darah manusia," jelas Anna.

Nathan mengedipkan maniknya teratur bergantian melihat Tsuyoi Sentoki beserta Hamadriad. Jadi ann ann nya ini ingin Nathan melakukan apa? "Bunuh diri?" tanya Nathan polos.

Kedua siluman itu terkekeh gemas sampai Anna menarik lengan Nathan lantas menusuknya dengan pisau yang Ia keluarkan dari tamashi. Sedetik kemudian menyodorkannya pada Hamadriad.

"Hanya setetes," jawab Anna. Hamadriad itu pun sama menjulurkan ranting dengan sehelai daun, sampai membuat Nathan bergidik geli lantaran daun tersebut merupakan mulut Hamadrian. Lantas menjilat lengannya secara perlahan.

Selang beberapa detik, pohon tersebut menyodorkan buah seperti ceri berwarna putih tulang. Anna menganjurkan nathan agar memakannya dengan mengangguk lucu seraya tersenyum manis sampai membuat Nathan ingin mencubit pipitnya.

Ini di butuhkan supaya Nathan tetap terjaga saat energinya terserap untuk pembuatan akar oikonomos. Katanya.

Nathan Narendra lantas memakan buah manis tersebut. Mengunyahnya dengan semua ketidaknyaman yang terjadi, sebab semua mata memandangi dirinya dengan serius.

Bersamaan dengan Nathan Narendea yang menelan buah tersebut. "Katakan bersedia," tutur Anna tiba-tiba.

"Hm? Arghhhsss..." Nathan meremat dadanya yang terasa sesak. Sontak melihat sebagaimana gelang samar berwarna coklat beserta hijau membuat garis tak beraturan pada seluruh tubuhnya.

"Katakan kau bersedia membuat ikatan dengannya Nathan," lontar Anna. Nathan Narendra mundur beberapa langkah seraya meremat jantungnya. Jungkir pada tanah landai ketika tersandung bebatuan. Nathan langsung muntah darah saat Anna mencercanya agar Nathan Narendra mengatakan bersedia.

Wanita licik itu berusaha memutuskan perjanjiannya dengan cara mengikat Nathan pada siluman lain. Buah yang Nathan telan merupakan darah Hamadriad hingga berhasil membuat Nathan bertukar darah untuk syarat wajib menjalankan ritualnya.

"Sialan!" rintih Nathan. Anna benar-benar mengelabuinya di balik senyuman manis tersebut. Sampai kilatan cahaya hijau dan coklat saling berkecamuk dalam tubuh Nathan. Mereka menanti, siapa yang akan bertengger menjadi pemilik raga yang saat ini mengerang lantaran menahan pergulatan dua cahaya dalam tubuhnya.

"Katakan Nathan, kau bisa mati."

Bersambung