webnovel

Shut Up!

"Ce-pat." Rintih si pengawal, itu artinya mereka baru saja pergi, dia dan semua pengawal yang ada di area mengikutinya, sedangkan Jodi menjadi satu satunya orang yang menolong para korban ini, memang selalu begitu posisinya, dia menelpon belasan ambulance, tentu saja mereka sudah bekerja sama dengan Nathan.

memilah, siapa yang masih bisa di selamatkan atau yang seperti sekrang ini sedang di periksa Jodi, nadinya lemah, kedua kakinya patah,lalu tebasan leher membuat dia terpaksa di tembak mati, agar tidak lagi menerima derita terlalu lama.

Itulah kenapa banyak yang mau bekerja dengan Nathan, bahkan separuhnya adalah orang orang kelam yang kini berpakaian rapi dan bersetelan bagus hanya karena berada di atap teduh milihnya.

"Diam!" Teriak Nathan saat mereka sampai di hutan, memejamkan mata adalah hal yang bisa di andalkan saat ini, hanya satu jalan menuju rumah,dan tadi mereka melewatinya, berarti Henry menggunakan jalur hutan.

"Ku bilang DIAM!" bentak Nathan , dia hanya mendegarkan deru nafas tim nya yang terengah, fokus lagi, menerobos melewati suara burung hantu, suara serigala yang mendengus lalu

arkhh..

"Anna!" Nathan langsung berlari menghampiri, begitpun Alam dan para pengawalnya mengikuti, mengandalkan cahaya bulan, menyeimbangi kecepatan serigala, masa bodoh dengan para pelindungannya tertinggal jauh, Alam saja sudah cukup,dia handal dalam menyamakan langkah, mengatur nafas yang di tarik dan buang dengan kasar, dia hafal tempat ini, pelarian Anna sebelumnya.

Rawa.

Dor dor

Nathan dan Alam menembak empat pengawal Henry yang hendak membuang Anna di rawa, dia tersungkur di tanah, dan meronta untuk segera di lepaskan.

Rontaan kecil karena panik melihat lumpur yang kini mengeluarkan banyak gelembung di permukaan. Tali sama yang mengikat Anna sewaktu di jepang, kini Nathan baru menyadari bahwa tali itu bercahaya.

"Cepat!" Tekan Anna pucat.

energinya terserap habis oleh tali pengikat, Nathan mengeluarkan pisau,membebaskan Anna namun pandangannya teralihakn pada sosok yang keluar dari permukaan rawa, baru rambut karena sepertinya mahluk itu kesulitan memunculkan diri.

Dengan tergesa Anna menarik kedua rahang Nathan agar fokus padanya, sedangkan Alam, sukses tercengang ketika dia melihat sesuatu di permukaan Rawa

"Ikuti!" Rintih Anna kuat.

"Pepromeno apodekto." Ini sebuah ucapan, sebagai Nathan yang akan berlapang dada di beri sebuah kekuatan dari leluhurnya.

"Nathan!" Tekan Anna lagi, Alam gemetar, kini dapat melihat sepasang Mata hitam dengan setitik warna putih melotot padanya dari rawa sana.

"Pepromeno apodekto." Ucap Nathan, mendadak tubuhnya terasa ringan, dan Anna secepat kilat mengecup bibir Nathan, kini dia dapat melihat cahaya oren keluar dari mulutnya, tertarik masuk oleh Anna dan wanita ini mendadak bugar tidak pucat seperti barusan. Hanya sekilas menyedot energi, Anna mengambil tanah lalu melemparnya ke rawa.

Duar.

Seperti granat mini, siluman yang baru muncul kepalanya mengerang, memanggil bala bantuan yang kini hampir di sepanjang rawa gelembung keluar.

"Crystal dalam bahaya, selamatkan dia." Jelas Anna, menarik Nathan pada dua bilah pohon yang ada di sisi kanan dan kiri dirinya, Anna membaca sebuah Mantra, membuat angin menerpa hebat penyihir satu itu, tubuhnya terangkat melayang beberapa centi, lalu ada kilatan petir berwarna hijau di sekitar Nathan.

Pria itu fokus pada rawa yang kini menampakan lima rambut dari rawa, campur aduk memikirkan Alam yang semakin gemetar, apa dia akan aman bersama Anna? Karna crashh..

Kilat cahaya menyambar tubuh Nathan lalu menciut hilang.

Anna menghampiri Alam, memberi penuturan untuk fokus dan mengatakan mantra yang sama dengan kakaknya. Alam memejam, dia takut melihat banyak mata menatap padanya, mengatakan mantra lalu membuka mata.

"Bantu aku, Deimos." Ucap Anna, Alam mengerutkan kening untuk kata Deimos, ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, nampak terasa ringan dan suasana pun terasa biasa saja. Dia hanya kagum kini melihat Anna berjumbah merah terang, bahkan biasa saja ketika melihat Anna dengan sebelah wajahnya berubah hanya tulang belulang saja.

"Harus bagaimana?" Tanya Alam, mereka menungu, siluman yang terlalu lama untuk bisa keluar dari lumpur saja.

"Pakai ilmu beladirimu." Jelas Anna. Mereka bersiap, melawan lima monster dengan titik kelemahan terdapat "Dileher" ucap Alam memberi tahu secercah cahaya merah pada leher mereka, sesama siluman tidak bisa melihat kelemahan, sedangkan Nathan dan Alam, mereka adalah orang terpilih.

--

Nathan memejam untuk cahaya terlalu terang hingga kini meredup, dia di tengah jalan Raya sekarang, beraspal dan basah.

Tit tit

Mobil di belakangnya melaju kencang, Nathan tak sempat menghindar.

Brak

Lumayan membuat Nathan kaget dan hanya bisa menutup mata, mengetahui sesuatu terjadi, kini dia mengamati, sebuah jep berkecepatan 70km per jam ternyata di hentikan oleh lengannya.

"Uh wow?" Nathan mengagumi diri sendiri, kap mobil hancur beserta dua orang di dalamnya tidak sadarkan diri terantuk.

ternyata ada lima mobil lagi di belakang dan mereka berhenti. Matra yang di berikan Anna membuat Nathan terkekeh, seperti hulk saja, mobil yang baru saja dia tahan ringan bagai kapas, dengan mudah Nathan memblokir jalan dengan memposisikan mobilnya.

"Aku kenal kau." Ucap Nathan dengan menaikan kedua sudut bibirnya. dia menatap mobil kedua dengan seseorang yang duduk santai di bagian penumpang. Itu adalah sekertaris Henry, tidak ada takutnya, karena seseorang keluar menyeret Crystal

dan menodongkan pistol pada kepalanya.

"Menyingkir." Jelas si sekertaris.

Nathan n diam, bingung sekarang harus apa. Dia terlalu serampangan tanpa strategi, mendadak payah dan lemah ketika senjata menyentuh pelipis adiknya, akhirnya Crystal masuk ke mobil lagi. Dan Nathan menyingkir dari jalan memberi mereka keluasan pergi daripada adiknya mati di tembus besi panas.

Di terjang saja mobil yang Nathan posisikan untuk menghalangi jalan hingga menyisakan dia dengan 12 orang senjata api yang siap tembak.

Dor.

Nathan mengeryitkan dahi ketika baru saja besi panas di tembakan padanya, namun peluru itu jatuh tanpa sebab di depannya. Dor, percobaan kedua yang di lakukan anak buah Henry kini membuat Nathan tersenyum.

"Tahan tembakan ternyata."gumam Nathan maju. Dirinya di hujani peluru yang langsung berjatuhan tepat di sebelum bisa menyentuh kulit Nathan, ah, hal itu membuat Nathan semakin bangga pada Anna, kini dia juga mengambil pistolnya, menembak satu persatu orang yang bahkan mengerang karena tertancap satu peluru, tahu begini tidak Nathan biarkan crystal pergi.

--

Mereka berlomba untuk paling cepat keluar dari Rawa, manusia penunggu yang di penjarakan di dalam sana, bahkan ada rantai di kaki yang sudah di putus entah oleh siapa, merangkak menghampiri Anna dan Alam.

Tanpa pakaian, dan tampak seperti cacar di seluruh tubuh, wajah busuk dengan seluruh badan keriput.

Salah satunya melompat pada Alam hanya saja terhalang Maya dengan mencekik leher si manusia Rawa ini "Dapatkan jantungnya!" Tekan Anna memberi contoh, jleb

Begitu saja memasukan lengan pada dada, manusia rawa itu mengerang, bahkan mencakar tangan Anna, bersamaan dengan cahaya Merah di leher monster itu terus menyala semakin lama semakin terang dan brash.

Anna cabut jantungnya, hingga mendadak lebur menjadi abu lalu hilang.

Tinggal empat, giliran Alam yang kini menggunakan ilmu beladirinya, begitpun Anna, hanya saja di campur sihir, badannya terkadang melayang menghindari serangan, tidak ada kemampuan khusus dari penunggu lumpur ini, hanya saja, sekalinya tergores, maka busuknya akan menyebar ke seluruh tubuh, begitupun Anna, dia lupa, hingga berakhir dengan tangannya lambat laun membusuk dan dia kesakitan.

Crak,crak

Alam mencabut jantung yang langsung berubah menjadi serbuk melayang entah kemana,sedangkan si pemilik masih terus mencoba meronta, Alam berhati hati, untuk tidak tergores sedikitpun, di pukul dengan tendangan maut pada leher berhasil membuatnya jadi abu. Begitupun Anna yang melempar ranting lalu menancap di leher si siluman.

Hanya dua lagi, Maya merasakan tangan kananya berdenyut, naik ke siku. Crak..

Alam menerobos dada siluman yang baru saja akan menerkam Anna dari belakang punggung, gadis itu sibuk membaca Matra agar memperlambat pergerakan virusnya, bisa bisa dia lambat laun menjadi penunggu di sini.

Dor

"Nathan!" Anna memekik.

Dia merasakan Dirgan terkena tembakan, Alam yang melihat Anna histeris dengan cepat membereskan dua siluman lagi, Anna tertatih, memaksa lengannya untuk membuat portal transfortasi lagi.

"Ayo Alam!" Ajak Anna, Alam berlari mendekat setelah meleburkan siluman terakhir. Mereka pergi, pada sebuah jalanan, Dor..dor.. masih ada baku tembak di sini, Nathan dengan dua orang, sisanya terkapar tak bernyawa, jubah merah Anna juga sudah menghilang, kini dia berwujud manusia.

Alam secara diam diam membidik dua orang itu, Dor

Kepalanya memuncratkan darah, begitupun satu lagi, tepat di tengah jidat.

"Kak?" Alam berteriak agar kakaknya tidak menembak, Nathan melambaikan tangan di balik jip yang sudah tembus puluhan peluru.

Nathan terkena tembak di perut, dia menekannya saat ini.

"Magicnya memudar?" Nathan terkekeh, dia senang melihat kedua orang ini masih hidup.

"Itu bukan senjata biasa bodoh!" Seloroh Anna lemah dia kehabisan energi, dan untuk tenaga terakhir, Anna membuat transfortasi lagi untuk sampai di kamar dalam sekejap. Brugh

Nathan mengerang dia jatuh di atas ranjang, hanya Alam yang nampak baik baik saja, sedang Anna berusaha bangkit, tranport itu memerlukan tenaga besar, memindahkan jiwa dari tempat satu ke tempat lain berulang kali membuat Anna di titik lemah.

"Koper."pinta Anna lesu pada Alam, Nathan masih saja meringis, ini peluru ganda dan terasa sangat aneh karena tubub Nathan terasa sangat pnas serta perih berlebih 10x lipat dari peluru biasa, dan merupakan akibat dari terlalu percaya diri, Nathan pikir selama dia bergelut maka pelurunya tidak akan tembus.

Tanpa banyak ini itu, Alam membawa kopernya, hanya saja kerah kaosnya di tarik Anna, mengecup bibir Alam hingga mereka bertiga terbelalak.

Nathan spontan menarik lengan Anna, dia baru saja mengecap sedikit tenanga Alam "apa yg kau lakukan!" Tekannya.

"Aku butuh energi."ucap Anna kembali memegang rahang Alam yang masih membatu, ini cara cepat, harus lewat mulut jika ingin menguras dengan cepat.

"Milikku." Protes Nathan, ini bukan waktunya bersikap seperti ini.

"Kau terluka." Ucap Anna menepis namun di tarik lagi oleh Nathan, dia sendiri yang mendorong leher Anna untuk menyatukan bibir mereka berdua.

"Hisap!" Pinta Nathan, baiklah Anna menghisapnya, Nampak cahaya oren membuat Alam terkejut, jadi selama itu begitu? Karna setelah Anna hisap semua cahaya oren, Nathan ambruk.

Anna mengoles cepat tangan Nathan dengan bubuk berwarna silver, begitupun pada lengan Alam dan memintanya untuk memegang tangan Kakaknya, itu merupakan bubuk jantung keturunan heno onna beberapa abad lalu, agar bisa di pakai menyalurkan tenaga jika tidak memiliki kekuatan penghisap, Alam membagi tenaganya dengan Nathan, cahaya oren menyelimuti lengan mereka berdua, hanya saja bergerak lambat.

Anna juga membubuhkan tetesan air pada lengannya, sedikit meringis karena kulit lengannya mengkerut lalu beringsut pulih seperti sedia kala.

"Apa itu?" Tanya Alam, karena air yang baru saja Anna pakai juga di cipratkan pada luka Nathan setelah menyikap bajunya.

"Air mata siren." Jawab Anna, jadi teringat lagi mengenai tujuan hidupnya untuk menyelamatkan teman teman Maya.

"Dasar jalang!" Umpat Anna, dia butuh banyak air mata siren untuk mengobati Nathan, dia tertembak peluru Doku yang merupakan racun yang melebur setelah terkena kulit dan bisa melumpukan sistem saraf dalam sekejap, mungkin berbeda setelah terkena Nathan, reaksinya lambat karena saat ini, Nathan meneriman kekuatan yang cepat Maya segel kembali.

Brugh

Akhirnya Alam ambruk dan jatuh ke lantai, Anna berjuang sendiri kini, dia membaca Mantra, berubah lagi menggunakan jubah merah yang selalu muncul jika di saat saat Anna menggunakan kapasitas kekuatan lebih tinggi, begitpun pertukaran dengan usianya, dia sendiri juga tidak paham berapa usia yang sudah dia buang saat ini, dia akan mengetahuinya saat sudah selesai memakai.

Tubuh Nathan sedikit melayang, di selimuti cahaya berwarna hijau, perlahan merembes masuk dalam luka terbuka Nathan, dan beringsut membaik, Anna kehilangan separuh tenaga yang bahkan tidak terisi penuh, bersusah payah menggapai wajah Dirgan lalu menghisap racunnya untuk pindah pada tubuh Anna.

Semuanya campur aduk, Anna berusaha keras mengambil alih semua racun yang tidak bisa di tangani manusia, tetap terjaga meski degungan dongeng sialan Mengingatkannya tentang legenda jepang kuno.

heno onna pertama yang muncul di dunia, terhianati oleh keturunan Ares dengan akhir pelik dan menyakitkan, sebuah ramalan dengan kutukan di ucapkan heno onna pertama untuk keturunannya, darah yang nanti Ares pilih, akan menjadi pasangan heno onna untuk menyelamatkan dunia paralel, wanita penghisap energi itu Akan membunuh orang pilihan Ares hingga bersimbah darah dan membakarnya.

Uhuk.

Anna muntah darah, bisikan ramalan itu menghentikan aksinya, brugh pada akhirnya semua ambruk.

To Be Continued...