webnovel

Bab 1

Sejak saya kelas 5 SD (thn 1998), saya mempunyai seorang sahabat dimana dia adalah kakak kelas saya sekaligus anak dari pemilik yayasan dimana saya bersekolah. Walau kami berbeda jenis kelamin, berbeda latar belakang keluarga.. Itu bukan suatu alasan untuk memutuskan persahabatan kami. Suka, duka, dan hal-hal gila yang selalu kami lalui.. Kami saling membutuhkan dimana saya butuh seorang abang dan dia membutuhkan adik. Kami berjanji akan selalu bersama.. Hingga suatu hari (thn 2001) ia harus pergi untuk melanjutkan SMA dan Kuliah di negeri orang..

Sedih dan hancur yang saya rasakan, saya hanya bisa menunggu karena waktu itu saya belum mempunyai handphone, email atau sejenisnya hingga kami putus komunikasi..

10 tahun berlalu, sepuluh tahun pula saya masih menunggu dan mencari keberadaannya.. Hingga saya menyerah, dan tak berharap dia kembali.

Pada akhirnya tepat Januari 2011, si Jelek.. Panggilan sayang saya untuk "Bagas" si abang kesayangan ini.. Menemui saya bahkan menjadi rekan saya sekantor..

Huft, rasa rindu yang tak terbendung membuat kami terlarut di sebuah cafe di jakarta usai kami pulang kerja. itulah hari pertama kami berjumpa setelah 10 tahun tidak berkabar.. Jelek yang sudah mempunyai calon istri (Amel) karena di jodohkan orang tuanya dan saya yang juga sudah mempunyai tunangan (Surya).

Suatu ketika mobil si Jelek yang saya tumpangi usai kami makan makan malam bersama mogok di waktu yang bersamaan dengan hujan deras.. Derasnya air hujan lah yang menjadi saksi benih-benih cinta kami. Genggaman tangan, belaian serta kecupan Hingga tatapan kami bukan lah lagi sebagai sahabat semasa SD, dibawah heningnya malam kami berciuman. Bukan hanya sekali itu saja kami berciuman, namun tiap kesempatan selayaknya sepasang kekasih.

Makin hari kami makin menikmati kebersamaan, tentu dengan mengatur jadwal kami dengan pasangan kami hingga 1 tahun berlangsung.

Suatu hari kami pergi bermalam di luar kota, usai kami jalan-jalan dengan mengelilingi keindahan kota jogja.. Kami menyewa sebuah kotage yang mempunyai 2 kamar tidur lengkap lainnya. Rasa lelah tak menghentikan kami untuk terus bercumbu di ruang tv, hingga petir lah yg menghentikan kami. Lalu saya memutuskan untuk mandi air hangat karena suasana hujan dan dinginnya kota jogja malam itu.

Di depan meja rias, Saya hanya mengenakan handuk usai mandi lalu terlarut dalam lamunan. Dimana saya merasakan cinta yang terpendam pada abang Jelek saya, rasa takut kehilangan namun tidak ingin memiliki, rasa berdosa kepada Amel dan Surya. Namun tersadar lah saya ketika si jelek memeluk lembut tubuh saya yang hanya mengenakan handuk.

Bisikan Cinta dari nya membuat saya terlarut dalam cumbu hingga handuk yang membalut tubuh saya terlepas. Dengan pasrah dan menikmati tiap sentuhan lembut dari sahabat masa kecil saya, saya melepas kesucian yang selama ini saya jaga. Setelah itu hampir tiap sebulan sekali kami bermalam di luar kota tanpa di ketahui pasangan kami.

Rasa cinta kami semakin mendalam, hingga saat kami makan malam di suatu restoran. Si Jelek meminta saya menjadi istrinya, saya menolaknya. Bukan karena saya tidak mencintai nya, hanya saja saya memikirkan Amel yang 2 bulan lagi akan menjadi Istrinya, terlebih saya tidak bisa menyakiti hati Surya yang sedang kemotrapi karena mengidap Kanker otak stadium 3.

Bagas yang awalnya kecewa akhirnya mengerti bahwa kami tidak bisa bersatu saat itu. Dan malam itu kami berjanji akan mempunyai anak bersama walau tidak menikah. Memang terdengar gila, namun hanya itulah jalan agar kami tidak kehilangan.

2 bulan setelah makan malam itu, Bagas menikahi Amel. Saya dan Bagas saling memperkenalkan pasangan kami jauh sebelum pernikahannya dengan Amel terjadi agar Amel dan Surya mengerti bahwa kami sahabat sejati, namun sebenarnya agar kami bisa bersama seperti makan bersama, nonton atau kemana pun tanpa mereka curiga.

3 Bln setelah pernikahan Bagas dan Amel, saya menerima lamaran dari Surya yang sudah tau dan menerima saya sudah tidak suci.

Malam pertama yang saya lalukan tidak sedasyat gejolak yang Bagas lakukan saat mencumbu saya. Saya berhenti bekerja setelah menikah, membuat saya tidak bertemu Bagas selama 1 bulan seperti biasanya selama satu kantor.

Rindu yang begitu besar membuat Bagas dan saya nekat bermalam di kotage dimana kami pertama kali melakukannya saat Suami saya yang sedang bertugas keluar kota. Di kotage yang sama, kami bercumbu hampir tiap detik dan tiap sudut kotage tersebut. Kami melakukannya berkali-kali, saya masih sangat menikmati tiap sentuhan dari sahabat kecil saya.

Dua minggu setelah itu, saya hamil. Saya ataupun Bagas sadar sekali bahwa itu adalah anak kami tanpa di curigai Surya. Saya melahirkan darah daging Bagas, saya mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari Surya dan Bagas.

Hingga saat ini saya masih melanjutkan hubungan saya dan Bagas, Bagas sering mengunjungi Sammy anak kami ada atau tidak ada Surya. Jika tidak ada Surya, saya dan Bagas masih sering bercumbu.

Saya menyadari benar kalau yang dan Bagas adalah dosa besar. Namun, kami ingin tetap bersama dan tidak ingin kehilangan 1 sama lain.