webnovel

Motif Tersembunyi?

"Lancang!" sentak pak Yupi, geram melihat Yelin yang main menyosor itu, tapi Yelin tetap melanjutkannya, tak perduli dengan ocehan pak Yupi yang sangat mengganggu saja, karena menurut Yelin itu adalah berbuat kebaikan, kalau dia tak seperti itu, jelasnya cowok itu tak akan selamat, lagian itu juga anugerah buatnya jadi dimanfaatkannya, kapan lagi bisa mencium cowok yang setampan itu, padahal dia tak pernah berciuman sebelumnya, tapi rasanya sangat ahli menyesap dan mengecup gara-gara keseringan melihat drama.

'Wow bibirnya sungguh manis sekali, ini benar-benar keren, seperti aku yang memerankan pemeran utamanya sekarang, pokoknya jangan bangun dulu! Oke tampan! Aku mau mencicipi bibirmu ini dengan sangat lama, rasanya aku sungguh senang, dag dig dug jantungku ini.' Batin Yelin. Ia tersenyum tipis dan masih menyesap bibir merah lelaki itu.

Semua teman-temannya bahkan semua lelaki yang melihat itu matanya sungguh terbelalak dan sangat kesal, karena pernyataan ungkapan cinta mereka tiada satu pun yang diterima oleh Yelin dan selalu ditolaknya, tapi kenapa kalau dengan cowok ini sungguh berbeda, membuat Yelin sungguh menikmatinya dengan gairahnya.

"Yeliiiin lepaskan! Kamu itu sengaja bukan mau membantunya, tapi malahan kamu akan membunuhnya kalau seperti itu!" Pak Yupi terus berusaha menyadarkan Yelin dengan sangat cerewet. Namun, Yelin tak perduli dan masih menikmatinya, tapi ia sungguh terkejut saat lelaki itu langsung mendorongnya dengan cepat, sepertinya dia sudah terbangun, sehingga membuat Yelin terdorong ke belakang dan untungnya ia tak terjatuh, hanya duduk bersimpuh saja.

"Kau! Kenapa dekat-dekat denganku hah! Jangan macam-macam!" ancam lelaki itu dengan suara yang lemah, tapi nadanya terdengar membentak. Tangannya menunjuk ke arah Yelin sembari wajahnya garang, agar Yelin tak mendekatinya lagi. Dia mengusap bibirnya, setelah itu bersiap untuk mencabut anak panah yang masih melekat di dadanya. Dengan mata yang terpejam panah pun dicabutnya dan berteriak kesakitan.

"Aaaaaaaaa." Teriakan itu sungguh menggema, sampai-sampai semua ketakutan begitu pula dengan Yelin yang sungguh tak tega, mencoba mendekat kembali dan mengusap bahunya. Tapi langsung ditepis olehnya. Malahan lelaki itu langsung menaruh anak panah cabutannya yang sedikit berlumuran darah ke tangan Yelin. Dia pun mencoba bangkit dan langsung berjalan dengan terseok-seok berniat untuk menuju rumah sakit sendiri. Tanpa merepotkan orang lain.

Yelin hanya menggeleng. Namun, dia sungguh sangat takjub, bagaimana bisa sudah terkena panah masih saja bisa bangun dengan gagahnya, apa karena ciumannya yang membuat tenaga dan kekuatannya bangkit? Pemikiran itu sungguh membuat Yelin bangga karena berkat ciumannya lelaki itu jadi kuat. Sungguh pemikiran yang konyol. Yelin pun akhirnya ikut bangkit dengan memegangi anak panah yang diberikan oleh lelaki itu, ia pun berteriak.

"Raaaaaaj, mau ke mana? Izinkan aku untuk membantu kamuuuu!" Semuanya hanya melongo, tak ada yang menawarkan bantuan sedikit pun, karena terkejut melihat tingkah laku Yelin yang sangat tidak masuk akal itu, mereka seperti hanya menjadi penonton saja, bahkan pak Yupi juga hanya bisa geleng-geleng kepala, beliau yang dilewati Yelin yang berlarian untuk menyusul Raj, ikut berlari juga menyusul mereka, bagaimana tidak mengikuti, beliau sungguh khawatir karena Raj adalah anak dari pemilik kampus ini.

Raj yang masih berjalan terseok-seok, ia mengumpat tentang kelancangan yelin, seraya memegangi dadanya, rasanya ia benar-benar ingin pingsan kembali, tapi ke-gengsiannya sungguh besar, jadi ditahannya, bagaimana bisa bos mafia seperti dia pingsan, apa kata anak buahnya dan yang lainnya kalau seperti itu, bisa-bisa ditertawakan oleh semua orang.

Namun, kesakitannya yang sungguh luar biasa itu memang tak bisa ditahannya. Ia hampir terjatuh karena tersandung bebatuan, beruntung Yelin datang, berada di belakangnya dan langsung mendekapnya. Raj pun menoleh sedikit dan terkejut melihat lagi-lagi gadis ini saja yang mengganggunya.

"Kau lagi! Lagi-lagi kau! Mau kamu apa? Apa belum puas membuatku seperti ini? Lancang juga menciumku seperti itu tadi, apa motif tersembunyi kamu untuk mendekatiku hah! Jelaskan! Apa kamu adalah anak sang mafia juga dan berniat mengintai dan membunuhku?" Pertanyaan Raj itu benar-benar tidak masuk akal, membuat Yelin hanya bisa garuk-garuk kepala dibuatnya. Mafia? Mafia apa? Pikiran Yelin sungguh bingung. Ia pun hanya bisa tertawa setelah Raj menolak dekapannya dan berdiri sendiri dengan wajah pucatnya.

"Mafia? Haha mafia apa, aku sungguh tak paham dengan yang kamu ucapkan, lalu motif tersembunyi? Motif apa! Ada-ada saja, sekarang aku akan menjelaskannya, kamu tanya motif kan? Motifku untuk mencari pasangan hidup yang tampan seperti di drama-drama yang bisa bikin perasaanku meleleh, kalau untuk cowok seperti kamu, sepertinya termasuk, tapi karena kamu sangat dingin dan sungguh sangat sok, aku akan pikir-pikir ulang kali ya, dan kamu tau? Aku ke sini untuk membantumu, karena aku tidak sengaja melukaimu itu, lagian jangan galak-galak deh jadi cowok, itu tidak baik nanti cepat keriput dan tidak laku." Yelin terus mengoceh, tak melihat wajah Raj yang sudah semakin memucat, lagian Raj juga heran kenapa Yelin bisa mengenalnya, tapi siapa yang perduli itu, ia hanya menebak saja kalau Yelin tau namanya pasti dari semua orang yang mengenalnya karena ketenarannya.

Raj yang benar-benar tak kuat lagi. Ia akhirnya sempoyongan dan langsung didekap oleh Yelin yang masih ada di belakangnya. "Raj, Raaaaaj, banguuun! Tolooooong!"

Pak Yupi yang juga sudah berada didekat mereka ia langsung membopong Raj dan diikuti oleh Yelin yang ada di belakangnya, tak lupa Yelin menelepon ambulance untuk segera datang dan menyelamatkannya.

'Semoga dia baik-baik saja, Tuhaaan, meskipun dia nyebelin, tapi dia tampan, siapa tau berjodoh denganku, kalau boleh meminta jodohkanlah dia denganku, Tuhaaaan.' Batin Yelin dengan disertai senyuman tipis dan wajah cemasnya, memang begitulah Yelin, orangnya crewet dan apapun itu pastinya akan dilalui dengan senyuman, karena menurutnya kebanyakan bersedih itu tidak baik dan akan overdosis, kesedihannya pasti akan menyelimuti orang yang suka bersedih begitu pikirnya. Jadinya dia adalah orang yang selalu ceria, maka-nya temannya banyak karena semua orang menyukai keceriaannya itu.

Yesi yang juga bisa menyusul Yelin, dia pun bertanya kepadanya karena sungguh penasaran dengan temannya yang sepertinya sudah sangat akrab dengan orang yang dipanahnya itu. Tangannya langsung merangkul Yelin, merangkulnya lalu bertanya.

"Lin, bagaimana bisa kamu mengenal, Raj? Dia memang sungguh tampan sih seperti di drama Cina yang kamu tonton, iya aku sungguh ingat kalau agak mirip, tapi dia kan anak dari pemilik kampus ini, lalu sejak kapan kamu kenal dia? Kenapa kamu tidak cerita denganku? Keren dah kamu kalau seperti ini, aku mendukungmu, Sobat, top markotop dah." Yesi menyodorkan jari jempolnya tepat di depan mata Yelin.

Yelin yang mendengar itu semua langsung syok dan wajahnya sedikit memucat sambil menoleh ke arah Yesi, karena ia takut kalau nantinya akan dikeluarkan dari kampusnya. "A—apa! A—anak pemilik kampus? Bagaimana bisa? Aku harus bagaimana dong? Mati akuuuuu haaaaaa."

Next chapter