Lelaki itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga Yelin tak bisa melihatnya, dia sudah tidak memijat kaki Yelin lagi dan malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sungguh dia telah keceplosan, bagaimana bisa dia bilang kalau mengenal gadis yang ada di depannya ini, bisa-bisa kedoknya akan terbongkar dengan cepat, tapi tenang tidak boleh gugup. Dia berfikir sejenak dengan memutar kedua bola matanya, dan seperti ada penerangan dalam otaknya untuk bisa menjawab pertanyaan Yelin sekarang. Meskipun entah jawabannya itu jitu atau enggak yang penting bisa terlolos dari pertanyaan yang menjebak itu.
Dia tersentak ketika Yelin melambaikan tangannya tepat di depan matanya, karena Yelin sungguh tidak sabarnya untuk menunggu jawaban dari lelaki itu. Yang malah lelaki itu melamun sekejap.
"Ehhh hehe maafkan aku, Yelin, aku sesaat melamun, ohhh itu ... aku mengenalmu dari, Raj, bukannya kamu pacarnya?" ucap lelaki itu dengan asal, dia sudah berfikir matang-matang sedari tadi, kalau itu adalah jawaban yang terbaik agar tidak ditanya lagi. Namun, ia salah karena jawabannya itu membuat Yelin semakin penasaran dan bertanya terus-menerus.
"Raj? Maksudmu Raj yang tampan itu? Apa dia bilang begitu kepadamu? Bilang aku pacarnya? Benarkah? Astagaaaa senang sekali hati ini," balas Yelin dengan hebohnya. Senyumannya langsung merekah. Kedua tangannya langsung menggoyangkan pundak Lelaki itu, merasa tak percaya. Lelaki itu hanya mengernyit, dugaannya ternyata salah, sepertinya Raj dan Yelin tidak berhubungan dan itu akan semakin menarik untuk membuat mereka dekat lalu mematahkannya hingga hancur sehancur-hancurnya. Dia yang sedari tadi hanya bisa menebak, mencoba meyakinkan dirinya sendiri dengan bertanya kepada Yelin kembali.
"Iya Raj, dia adalah temanku, kenapa kamu kaget sekali? Apa kalian tidak sedang berpacaran? Tapi kenapa Raj bilang kalian pacaran? Apa dia berbohong padaku?"
Yelin yang mendengar pertanyaan yang agak mencurigakan dari lelaki itu, langsung mengerutkan dahinya seperti berfikir keras. Ia memicingkan kedua bola matanya, menatapi setiap inci wajah dan seluruh badan lelaki itu dari puncak atas hingga ujung kaki, kali ini menurutnya dia tidak boleh salah ucap, karena sepertinya lelaki ini gelagatnya mencurigakan dan aurahnya mengandung tidak baik. Lalu Yelin hanya bisa terkekeh dan bertanya kembali kepada lelaki itu. Supaya bisa membalas dengan tidak ada kesalahan. Berniat mensurveynya terlebih dahulu, dia menduga kalau lelaki ini punya rencana tidak baik.
"Nama kamu siapa, Mas, kalau boleh tau?" tanya Yelin yang sudah melepaskan kedua tangannya dari pundak lelaki itu, sekarang tangan itu mencoba memijat sedikit kakinya yang terkilir itu, gara-gara mengobrol terus sampai melupakan kakinya yang masih sakit.
"Ohhh namaku, Santa, aku temannya, Raj, apa masih sakit kaki kamu?" Santa yang melihat Yelin memijat kakinya seperti itu, ia jadi tidak tega dan tangannya mencoba meraih kaki Yelin kembali berniat untuk membantunya. Namun, Yelin menepisnya dan menggeleng, tandanya dia sudah menolak, tak menerima kebaikan dari seseorang lagi.
"Kenapa aku sudah tidak boleh membantumu lagi? Semua ini kan salahku, apa tidak enak pijatanku?" lanjut Santa lagi karena mendapat penolakan dari Yelin. Yelin hanya cengengesan, tapi sebetulnya dibalik cengengesannya dia mencoba memikirkan ini semua, dia pun membatin.
'Apa ada motif tersembunyi ya dari lelaki yang bernama Santa ini? Dari yang aku pernah tonton dan lihat di drama-drama, cowok kalau mengaku teman biasanya kebanyakan musuhnya, sepertinya firasatku kali ini tidak salah, aku harus menjauhinya dan meyakinkannya kalau aku pacar Raj saja, dengan begitu dia tidak akan menggangguku lagi, dia juga sepertinya suka kepadaku dalam pandangan pertama, sebelum dia terjerumus cinta yang lebih dalam kepadaku mending aku menghindarinya lagi, lelah aku selama ini terus menolak semua lelaki.'
Sungguh ucapan Yelin sangat percaya diri sekali, tak pernah tak luput dari itu semua, bagaimana tidak? Karena biasanya banyak lelaki yang menyukai dan menembaknya, tapi ditolaknya, giliran sekarang Santa hanya bertanya dia juga berfikiran seperti itu, jadi sudah terbiasa untuk percaya diri, katanya kewaspadaan itu penting, lagian gelagat Santa juga begitu jadi tak salah kalau pikiran Yelin ke mana-mana.
"Yelin, heeeey kamu malah melamun, rumah kamu di mana memangnya? Ayo aku antar pulang ke rumahmu, aku papah kamu," ajak Santa, yang dibalas oleh Yelin dengan penolakan yang sungguh luar biasa tidak masuk akalnya.
"Ehhh kamu mau mengantarku? Jangan! Tidak usah, rumah aku tidak jauh kok, lagian ibuku galak, kalau kamu mengantarku bisa-bisa kamu langsung disuruh menikahiku, kan gawat." Santa yang mendengar itu hanya memainkan kedua bola matanya ke kanan dan ke kiri, bingung juga dengan ucapan Yelin itu. Menurut Santa gadis ini benar-benar agak terganggu jiwanya, jadi ucapannya suka melantur dan tanpa rasa takut kepada orang baru dikenalnya, dia terus nerocos tidak jelas. Namun, meskipun begitu agak menarik juga karena mudah didekati. Tidak sesulit yang Santa kira.
"Begitukah? Apa Raj juga tidak pernah datang ke rumahmu?" Lagi-lagi Santa memojokkannya tentang Raj, jadi Yelin langsung saja membalas dengan mencoba memanasinya, biar Santa terbungkam dan terbakar hatinya, begitu menurut Yelin yang merasa Santa mulai menyukainya.
"Raj? Aku sama Raj tidak lama berpacaran, baru satu bulan, lalu kita bertemu biasanya di bukit ini, belum pernah ke rumah, kata Raj belum siap menikahiku, mau mengumpulkan uang dulu buat melamarku begitu, dia adalah makhluk Tuhan yang paling romantis, kamu mengenalnya dengan baik kan? Dia benar-benar baik bukan?"
Santa yang mendengar penjelasan Yelin itu dahinya berkerut dan mencoba mencerna semua apa yang dikata olehnya. Namun, menurutnya itu adalah bagus, karena dengan begitu tak usah mendekatkan Yelin kepada Raj lagi, karena keduanya sudah berpacaran, jadi tinggal menjalankan rencana sesungguhnya. Tapi melihat wajah Yelin yang begitu ceria dan wajah manisnya, rasanya membuat Santa tak tega untuk menyakitinya suatu saat nanti. Dia mencoba menepis rasa itu dan langsung berkata-kata kepada Yelin untuk menghilangkan rasa itu.
"Ohhh jadi begitu? Semoga hubungan kalian langgeng ya ... aku do'akan yang terbaik, iya memang temanku itu sangat baik kok, kamu beruntung memilikinya, kamu harus bisa menjaga dirinya dari semua yang jahat dengannya."
Yelin yang mendengar itu sungguh penasaran, lagian salah Santa sendiri mengucapkan hal yang tak semestinya, keceplosan terus dan terus. "Musuh? Memangnya Raj punya musuh ya? Siapa? Apa kamu? Kamu apa jahat kepadanya?" tebak Yelin yang sungguh melantur ke mana-mana. Sampai-sampai eluh Santa berjatuhan di dahinya, capek juga berbicara dengan cewek yang sungguh bawel rasanya. Akhirnya Santa yang sudah lelah dia langsung berpamitan saja kepada Yelin dengan berpura-pura banyak kesibukan.
"Eh iya aku ada kesibukan, aku mau pulang, Yelin, maafkan aku yang membuatmu terkilir ya, aku sungguh tidak sengaja, lagian kamu juga tidak mau aku antar pulang, ini aku kasih kartu namaku." Santa akan pergi dengan menyodorkan kartu namanya, baginya semua ini tadi bukan suatu kebetulan tapi memang disengajanya untuk mencari Yelin, kini dia tau semuanya dari Yelin. Senyumannya menyeringai ketika sudah berjalan menjauh dari Yelin.
"Santa Malhotra?"