Nggak bisa gitu la pak, masa pelaku sama korban hukumannya sama." Protes Cia
"Yang korban bukan kamu."
"Maksud saya penolong." Koreksi Cia dengan muka cemberutnya.
"Tapi caramu salah. Sikapmu sudah termasuk sikap pembulian juga." Dhika menatapnya tajam.
"Darimana jalannya pak?" Cia nggak perduli, dia harus memperjuangkan hak asasinya sebagai manusia.
"Jangan membantah dan dengarkan saja dengan baik lalu lakukan." Cia mendengus kasar. Liat aja dia nggak akan mau buat tulisan tangan itu. Enak aja, dia nggak salah kok hukumannya sama walaupun jumlahnya beda.
Dia udah nebak, kalau di Dhika yang selesaikan masalah nggak pernah beres.
Dhika cuma bisa menghela napas ketika melihat tatapan protes istrinya. Dia harus mendisiplinkan gadis ini agar jinak padanya.
"Cia, jangan protes lagi. Apa yang pak Dhika bilang benar. Lagipula 100 lembar tidaklah banyak." Cia melotot.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com