webnovel

Kembali atau Aku Akan Menghajarmu

Setelah menelpon Chloe kembali duduk bersila tapi tiba-tiba perutnya berbunyi berisik

Krrrrruuuukkkk

Semua mata menatap Chloe, dengan muka malu-malu Chloe mengelus perutnya

"tidakkah kalian merasa bersalah karna tidak memberiku makan ? kalian sudah menculikku, kalian harus bertanggung jawab, kamu" Chloe menunjuk pria besar yang hidungnya patah "carikan aku makanan, cepat !"

Pria itu menatap Nando meminta persetujuan

"pergi pergi carikan dia makanan dari pada kaki ketigamu patah" jawab Nando sambil mengibaskan telapak tangannya mengusir pria besar itu.

Chloe tersenyum puas "bagus bagus"

Beberapa saat kemudian si pria besar datang membawa kantong hitam berisi lima bungkus nasi

"apa ini ?" tanya Chloe menimang bungkusan di tangannya

"nasi uduk" jawab pria besar, Chloe membuka bungkusan itu dan kerutan di dahinya muncul

"cuma segini ? mana kenyang ?"

"yah cuma itu yang ada"

Chloe membuka bungkusan di tangannya dengan cemberut dan mulai makan namun baru beberapa suap dia menoleh ke arah Nando

"gak ada kopi ?"

Hah ?

Gubrak

Nando membanting bungkusan di tangannya, sepertinya memang ada sekrup yang longgar di kepala gadis ini, apa dia tidak menyadari bahwa mereka ini penculik bukan pemilik warung makan.

"kenapa melotot ? kalau tidak ada tinggal bilang saja, kenapa pake marah" gumam Chloe sambil kembali memakan nasinya"

"aku benar-benar menyesal menculikmu, merepotkan ! uang kami belum di bayar lunas, tapi kami sekarang malah nombok buat ngurusin kamu" gerutu Nando

"memang kalian di bayar berapa untuk menculikku ?" tanya Chloe

"itu rahasia bisnis kami"

"berapa ? katakan ?"

"tidak"

"berapa ?" Chloe meletakkan nasinya dan melipat jari-jari tangannya

"dua puluh juta" jawab Nando cepat

"apa ?" Chloe tercengang "semurah itu ?"

"dan itu bukan hanya menculik tapi kami boleh melakukan apa pun yang kami suka padamu" Darto menjelaskan dengan polos, teman-temannya langsung menatapnya dengan tatapan membunuh "apa ?" tanya Darto polos melihat reaksi teman-temannya, lalu dia melihat ekspresi Chloe berubah, bulu kuduknya langsung berdiri

"katakan siapa yang membayarmu ?" geram Chloe, dia mencengkeram kerah baju Nando

"en.....kami tidak bisa memberitahukan"

"begitu ? apa kamu yakin ?" kata-kata Chloe penuh ancaman, cengkeramannya makin kuat, dia mengangkat tangannya yang lain siap mengirimkan tinju

"seorang perempuan" Chloe menahan tangannya di udara, mengangkat sebelah alisnya "saya cuma tau dia perempuan, tapi tidak tau namanya, itu kesepakatan kami"

"berikan ponselmu" perintah Chloe, Nando merogoh sakunya dan menyerahkan ponselnya pada Chloe, dengan santai Chloe menerima ponsel dan memasukkannya ke saku celananya, lalu melepaskan Nando.

"kapan uang kalian akan di bayar penuh ?" tanya Chloe mengambil kembali nasinya

"setelah kami menyelesaikan pekerjaan kami" jelas Nando

"kalian sudah menculikku berarti seharusnya uang kalian sudah di bayar" kata Chloe santai tanpa melihat ke empat penculik itu.

Mereka saling pandang, tidak ada yang berani menjelaskan bahwa orang yang membayar mereka bukan hanya ingin dia di culik tapi juga di perkosa sampai setengah mati dan di lempar ke jalanan.

"oke ! aku sudah selesai makan, ayo kita lanjutkan permainan kartunya sampai penyewa kalian membayarkan uangnya lunas"

"eh ?"

"apa ? kalian tidak mau main kartu lagi ?" tanya Chloe, sorot matanya penuh ancaman

"mau ! kami mau" jawab mereka serempak

sial ! sepertinya mereka menculik perempuan gila, ya perempuan ini pasti gila, bukankah orang gila selalu merasa lapar dan cepat marah ? dan gejala itu yang di miliki perempuan ini.

Mereka memulai lagi permainan kartu dan kali ini mereka sangat tidak beruntung karna sejak permainan di mulai Chloe selalu menang.

"bos kayaknya kali ini bos beruntung, makanya bos menang terus" kata Darto berusaha menjilat

"bukan beruntung, ini karna aku serius, aku marah karna di beri harga yang begitu murah, harusnya kalian meminta setidaknya lima puluh juta" Chloe melempar kartunya ke lantai "aku menang lagi"

"sial"

Mereka masing-masing sudah kalah dua juta dan setiap putaran selanjutnya Chloe menaikkan taruhan.

"kami menyerah bos, kami sudah bangkrut" kata pria besar sambil melempar kartu di lantai lalu dia berdiri

"duduk ! satu putaran lagi" perintah Chloe, pria itu tak bergeming "aku bilang duduk"

Pria itu tetap mengabaikan Chloe, dia berbalik dan berjalan hendak meninggalkan ruangan.

"hei.....kembali.....atau aku akan menghajarmu" ancam Chloe.

Pria besar berbalik dan dengan arogan dia menatap Chloe "baik kita berkelahi, kalau aku menang kamu tidur denganku bagaimana ?" tantang pria besar itu penuh ejekan.

Chloe diam, dia mengamati pria besar itu untuk mengukur kekuatannya dan mencoba menerka titik lemahnya, lalu dia mengangguk "oke ! tapi kalau akau yang menang jatah bayaranmu semua untukku" lumayan batin Chloe, bisa buat beli iphone 11 ahaiii.....

"oke ! deal" jawab pria besar sambil mengayunkan tinjunya tanpa peringatan, tapi Chloe menghindar dengan mudah, pria besar mengayunkan lagi tinjunya yang lain dan Chloe kembali menghindar, secara bertubi-tubi pria besar mengirimkan tinju tapi Chloe dengan gesit menghindar, sampai pria besar mulai terengah-engah, saat itu lah Chloe mengirim tendangan dari samping ke arah lengan, pria besar menangkap kaki ramping Chloe dengan mudah, dia tersenyum menang, tapi Chloe menyeringai dengan bertumpu pada kaki yang bebas Chloe melompat dan memutar badannya mengirim tumitnya menghantam tulang pipi pria besar sampai terdengar suara tulang retak. Refleks pria besar melepaskan kaki Chloe, membuat badannya jatuh ke lantai, namun Chloe dengan cepat kembali berdiri.

"bagaimana sudah mengaku kalah ?" tanya Chloe sambil menghampiri pria besar yang memegang pipinya yang bengkok

"terlalu dini untuk kalah" dia mengirimkan tinju lagi ke arah kepala Chloe tapi dia menunduk sambil menendang tulang kering pria besar "aduh" teriak pria itu sambil membungkuk memegangi tukang keringnya, kesempatan itu di gunakan oleh Chloe untuk menghantam dagunya dengan lututnya "blehh" pria besar melepeh dua giginya yang patah.

"mengaku kalah ?"

"jangan harap" pria besar berdiri sambil mengusap darah dari mulutnya, tapi sebelum dia bergerak Chloe menendang selangkangannya dengan sepenuh jiwa dan raga "aaaaaaaaaaa..." pria besar langsung jatuh meringkuk sambil memegangi kaki ketiganya dan pingsan.

Chloe berbalik dan bertanya dengan santai pada ke tiga penculik yang lain "bagaimana masih ada yang mau menolak main kartu ?"

Mereka dengan kompak menggelengkan kepala dan berebut untuk mengumpulkan kartu dan melakukan suit untuk memilih siapa yang menggocok duluan. Chloe tersenyum lalu kembali bersila di tempatnya semula seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

🍒🍒🍒🍒🍒

Ketika mereka mulai bermain dengan santai tiba-tiba terdengar terdengar suara pintu di tendang dan beberapa orang berseragam polisi berlari masuk ke dalam kamar sambil berteriak

"jangan bergerak, tempat ini sudah di kepung"

Melihat para polisi berhamburan masuk Chloe menjejalkan kartu di tangannya pada Nando yang duduk di sampingnya

"saya tidak bersalah pak, mereka yang memaksa saya main kartu" kilah Chloe

"....." siapa memaksa siapa ? apa ini yang di bilang lempar batu sembunyi tangan ?

Ketiga penculik itu menatap Chloe tidak berdaya, lain kali kalau menerima orderan sebaiknya mereka memeriksa kondisi mental korbannya lebih dahulu, kalau tidak mereka bisa berakhir seperti sekarang, bukannya untung mereka malah buntung.

Seorang pria jangkung nan tampan berjalan masuk dengan langkah lebar dan mantap menuju ke arah Chloe. Tanpa basa basi dia menarik Chloe berdiri dan memeluknya

"eh Marco, kenapa kamu ada di sini ?" tanya Chloe dengan polosnya.

Marco melepaskan pelukannya dan menatap Chloe lalu dia berjongkok dan menaikkan Chloe ke atas pundaknya

"saya bawa dia ke mobil, untuk para penculik bapak-bapak bisa mengurusnya" Kata Marco dengan nada sopan tapi tegas pada para polisi, lalu dia berjalan keluar sambil memanggul Chloe di pundaknya.

"ehm Marco turunkan aku" protes Chloe

"diam !" perintah Marco dingin

Chloe terdiam, dia bergidik mendengar gertakan suaminya, apa dia marah padaku ?

Next chapter