Marco baru keluar dari ruang meeting saat sekretarisnya memberi tahu bahwa Ny. Suri sedang menunggu di ruangannya.
Marco membuka pintu dan melihat Ny. Suri duduk di sofa sambil membuka-buka majalah
"ma....ada apa ?"
Ny. Suri mengangkat kepalanya dan menjawab "memangnya kalau tidak ada keperluan mama tidak boleh datang ?"
Marco duduk di kursi kerjanya dan melirik Ny. Suri "mama datang mau ketemu aku atau Chloe ?"
Ny. Suri tersenyum "aku sudah ketemu dan ngobrol sama dia tadi"
Bibir Marco berkedut "ngobrol apa ?" tanya Marco curiga
"rahasia...." jawab Ny. Suri misterius
Telpon di meja kerja Marco berdering
"hmmm" Marco menjawab acuh seperti biasa
"pak, sekretaris Laura datang mau ketemu" jawab Yola
"hmmm...suruh masuk"
"oke"
Tak lama pintu terbuka dan Laura sekretaris Marco dari Pt. Maju Jaya masuk dengan seorang wanita berpakaian kantor ketat mengikuti di belakangnya.
"ini dokumen yang harus di tanda tangani, dan ini nona Natasya GM baru di departemen perencanaan" Laura memperkenalkan wanita di belakangnya
"Hallo pak saya Natasya senang bertemu lagi" sapa Natasya dengan hormat.
Marco tidak mengacuhkannya, Ny. Suri mengerutkan alisnya saat mendengar suara Natasya. Dimana suaranya wanita ini pernah di dengar.
Ny. Suri mengamati penampilan Natasya dengan alis makin berkerut.
Marco membolak-balik dokumen di tangannya "apa ini maksudnya ?" tanyanya sambil melirik Laura
"en...itu bapak tahun ini yang jadi penanggung jawab acara ulang tahun perusahaan, bapak dan direktur perencanaan" jelas Laura dengan ragu-ragu
"tunggu.....dari tadi kamu menyebut direktur perencanaan maksudmu Anton ?"
"en....pak Anton sudah di pindahkan ke cabang di Batam pak, yang menggantikan beliau ibu Jocelyn"
Marco mengangkat kepalanya dari dokumen, dia menatap Laura lalu beralih ke Ny. Suri seakan bertanya 'mama tau itu ?'
Ny. Suri mengangkat kedua bahunya.
"sejak kapan ?"mata Marco kembali beralih ke Laura
"sekitar dua minggu"
"oke karna kamu sibuk, mama pergi dulu" Ny. Suri berdiri dari duduknya dan berjalan keluar, sebelum membuka pintu beliau berbalik dan berkata "nanti malam kalian makan di rumah ?"
Marco mendengus "tidak" jawabnya singkat
Ny. Suri menghela nafas, membuka pintu dan berjalan keluar, namun ada senyum misterius di bibirnya.
Sepeninggal Ny. Suri Marco mengangkat kepalanya dari dokumen dan bertanya dengan acuh "kalian sudah makan ?"
"sudah"
"belum"
Laura dan Natasya menjawab dengan jawaban yang berbeda secara bersamaan.
Laura melirik Natasya yang menjawab 'belum', dia bisa menebak niat wanita ini, dia berniat mendekati bosnya, dalam hati Laura berharap Natasya tidak akan mengalami sakit hati akut, karna kata-kata dan metode bosnya untuk menolak wanita yang mendekatinya bisa sangat tidak berperasaan.
"mana makan siangku...? hah.....aku akan membunuh Stefan si brengsek itu....." Chloe tiba-tiba menerobos masuk tanpa mengetuk, dia tidak menyangka kalau ada tamu di kantor suaminya, kata-kata kasarnya terputus saat melihat dua wanita duduk di depan meja kerja suaminya.
Marco menatap istrinya dengan sakit hati "sudah jam berapa ini ? kenapa kamu baru datang ?"
"aishh...jangan tanya" Chloe berjalan menuju ruang istirahat "lanjutkan kesibukanmu" lanjutnya sambil masuk ke ruang istirahat dan menutup pintu
Marco meraih ponselnya dan menelpon Yola
"ya pak ?" sapa Yola
"kamu sudah selesai makan siang ?"
"sudah pak"
"lalu di mana makananku ?"
"sementara saya panasi pak"
"hmmm"
Setelah mengakhiri panggilan Marco menyerahkan beberapa dokumen yang telah dia tanda tangani "Laura kalian kembali dulu, sisa dokumen yang lain nanti biar Yola yang antar"
"baik pak" jawab Laura sambil mengambil dokumen dan memasukkannya ke dalam tas
"eh bapak tidak jadi mengajak kami makan ?" tanya Natasya dengan berani, Laura meliriknya tidak suka
Sebelum Marco menjawab Yola masuk membawa nampan berisi makanan di tangannya, bertepatan dengan Chloe yang keluar dari ruang istirahat
"wah apa menu makan siangku hari ini" Chloe mengekor di belakang Yola dengan lidah hampir terjulur, setelah Yola meletakkan makanan di meja Chloe langsung membuka penutup makanan dan dengan liur hampir menetes "ahh....ceker ayam pedas...ini memang yang aku butuhkan sekarang, trimakasih Yola"
Yola tersenyum melihat istri bos "semua perempuan di dunia pasti iri setengah mati padamu"
"kenapa ?" tanya Chloe sambil menggigit kaki ayam
"dengan nafsu makanmu yang luar biasa tapi badanmu tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan lemak, perempuan mana yang tidak menginginkan itu ?" jelas Yola, sejak kembalinya dia dari bulan madu hubungannya dengan Chloe menjadi akrab, mereka lebih mirip teman dari pada istri bos dan bawahan, karena akhirnya kebenaran terungkap, bahwa barista di coffe shop di bawah adalah istri pak bos yang tidak boleh di remehkan.
"itu karna aku rajin olah raga" jawab Chloe santai.
"ehemm....." Marco berdehem dengan tatapan berarti ke arah istrinya.
Chloe menyadari kesalahan kata-katanya yang ambigu dan melotot ke arah suaminya yang selalu berpikiran cabul.
"kalian boleh pergi" perintah Marco pada Laura, Natasya dan Yola.
Marco berjalan mengitari meja kerjanya menuju ke arah istrinya "Yola" Marco memanggil Yola yang sudah berada di ambang pintu.
Yola berhenti dan membalikkan badan "ya pak, ada yang lain ?"
"barang yang aku pesan sudah datang ?"
"akan saya cek di resepsionis sekarang pak"
Marco mengangguk, Yola menutup pintu. Marco meraih tangan istrinya yang hendak memasukkan ceker kedalam mulutnya dan menggigit ceker itu "hei...itu punyaku" Protes Chloe
"cepat habiskan itu, setelah itu kita berolah raga untuk membakar lemak" seringai Marco.
"ahh...aku salah bicara, sudah jangan pikir yang macam-macam, setelah ini aku masih harus lanjut kerja" kata Chloe dengan wajah memerah, seringai Marco makin lebar.
💞💞💞💞💞
"siapa gadis tadi ?" tanya Natasya pada Laura begitu mereka masuk ke dalam lift. "apa itu tadi adik Marco ?"
Mendengar Natasya memanggil Marco hanya dengan nama saja Laura mengerutkan alisnya "ku rasa itu pacarnya" jawab Laura dengan sengaja. Sebenarnya dia juga tidak tau siapa gadis tadi, tapi melihat cara bos memandang gadis tadi menunjukkan bahwa gadis itu spesial di mata bos.
Laura sudah bekerja dengan Marco selama enam tahun dan kenal betul karakter bosnya. Bosnya yang biasanya tanpa emosi tapi tadi dia benar-benar menunjukkan tatapan lembutnya pada gadis itu.
"Natasya kamu masih baru dan kelihatannya kamu berniat mengejar pak Marco, aku saran kan lebih baik kamu urungkan niatmu"
"kenapa ?" cibir Natasya "kamu juga suka sama Marco ? makanya kamu mengintimidasiku biar aku mundur ?"
"aku sudah menikah, aku menyuruhmu mundur untuk kebaikanmu, jangan sampai kamu malu dan sakit hati saat pak Marco menolakmu ?"
"apa Marco sedingin itu ? tapi justru semakin dingin seseorang makin menarik untuk mengejarnya, selain itu Marco adalah pria yang layak untuk di kejar"jawab Natasya dengan mata penuh harapan "tadi kamu tidak yakin apakah gadis itu pacarnya ? berarti aku masih ada harapan, selama janur kuning belum melengkung masih ada lampu hijau untuk mengejar, bahkan sekali pun sudah menikah masih ada kata cerai dalam pernikahan, lagi pula aku masih lebih cantik dari gadis tadi, dia hanya terlihat lebih muda saja dariku"
Laura menatap Natasya dengan mata berkedut, dalam hati dia berdoa 'mudah-mudahan wanita ini tidak mencoba sesuatu yang lucu yang membuat pak Marco murka dan memecatnya, Natasya tidak tau kalau pak Marco sudah di kejar oleh berbagai macam wanita cantik dan sukses tapi tidak ada yang bisa membuat dia memiliki tatapan lembut seperti yang di berikan pada gadis tadi, tapi aku jadi penasaran siapa gadis tadi, ah...nanti kalau Yola datang mengantar dokumen dia akan menanyakannya'.
"eh....tapi ngomong-ngomong kenapa Marco bekerja di sini ? bukannya dia adalah direktur dan anak dari jos besar ?" tanya Natasya penasaran
"Pt. Maju Jaya adalah perusahaan keluarga pak Marco, beliau menjabat direktur hanya karna keluarganya yang memaksanya, tapi ini adalah perusahaan miliknya sendiri, yang di dirikan sendiri mulai dari nol, seluruh gedung ini adalah miliknya" jelas Laura
"uwaahhh.....keren...berarti Marco bukan hanya cakep tapi dia juga orang muda yang tajir melintir, aku makin semangat nih, aku akan mendapatkannya dalam waktu dekat, aku harus menjadi nyonya Marco" kata Natasya dengan semangat membara.
Laura menatapnya dan berkata dengan prihatin "aku sudah memperingatkanmu, sebaiknya kamu jangan bermimpi memanjat terlalu tinggi, nanti kalau jatuh salah-salah lehermu yang patah"
Natasya mengabaikannya, dia masih larut dalam mimpi indah sebagai nyonya Marco yang kaya raya.