Selesai memeriksa dokter berpesan "untuk sementara tidak boleh mandi dulu sampai luka jahitan di perut nyonya Marco kering" setelah mengatakan itu, dokter keluar dari kamar.
Chloe membuka baju rumah sakit yang dia kenakan dan melihat ada dua tempat di perutnya yang di jahit. Lalu Chloe menatap suaminya yang telah kembali duduk di kursi di samping ranjang.
"separah apa lukaku ? apa aku juga di tusuk di perut ?"
"kamu sekarat, hampir kehabisan darah, pikir saja berapa parah kira-kira ? kamu punya dua tusukan pisau di perut, kalau aku terlambat datang mungkin kamu sudah di mutilasi" jawab Marco dengan wajah suram.
"lalu bagaimana kamu menemukanku ?" tanya Chloe tanpa basa-basi
Marco menatap istrinya dengan mata lembut dan menjawab dengan serius "karna hati kita terhubung"
"ppffffttt..." ludah Chloe, dia tidak menyangka bahwa suaminya yang berwajah batu bisa lihai menyemburkan kata-kata gombal.
Marco berdiri dan berpindah duduk di ranjang, dia meraih tangan istrinya lalu membelai wajahnya yang masih sedikit lebam "kamu tidak percaya ?"tanyanya dengan alis terangkat.
"terhubung oleh apa ? benang jahit ?" ledek Chloe dengan sudut bibir terangkat.
"terhubung oleh ini....." kepala Marco mendekat dan bibirnya menempel di bibir Chloe.
Ketika ciuman Marco makin panas Chloe berteriak "aauuuu.....lukaku"
Marco melepaskan bibir istrinya dan mengusap luka di sudut bibirnya "maaf...kamu terluka katna aku, lain kali ketika aku keluar kota aku akan membawamu"
"hah....? memangnya aku boneka yang bisa kamu tenteng kemana-mana ?" mata Chloe melotot "jangan menyalahkan dirimu sendiri, Jocelyn saja yang sakit jiwa, hah...kamu tahu waktu aku siuman pertama kali aku ketakutan pas lihat mukanya, aku pikir dia kuntilanak, bayangkan aku di kurung di kamar berdebu, penuh sarang laba-laba, lampunya tidak terlalu terang, terus Jocelyn muncul di depanku dengan wajah pucat, bibir semerah darah dan rambut panjangnya menutupi setengah wajahnya, wah....aku pikir yang menculikku kuntilanak, aku berteriak ketakutan, bahkan hampir kencing di celana" Chloe bercerita dengan semangat, seakan dia baru selesai nonton film di bioskop.
Marco tersenyum "kamu benar-benar tidak takut apa pun selain hantu ?"
"tidak juga, sekarang aku juga takut perempuan gila"
Marco masih menatapnya dengan penuh cinta.
"jadi di mana Jocelyn sekarang ?"
"di hotel prodeo"
"???????"
Marco terkekeh "nanti kamu pasti ketemu dia di persidangan"
"oh" Chloe baru paham kalau maksud suaminya hotel prodeo = penjara. "kamu akan menuntut sepupumu ?" tanya Chloe sambil mengamati ekspresi Marco.
"kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi, aku sudah memberi kesempatan padanya untuk pergi, dia sendiri yang mencari kematiannya" jawab Marco dengan dingin.
"apa kamu tidak kasihan padanya ? dia sepupumu dan dia sangat mencintaimu" Chloe masih mengamati perubahan emosi suaminya.
"heh....dia sakit jiwa" cibir Marco, lalu dia mendesah "sebenarnya mama juga turut berperan membuat dia seperti itu, dulu sebelum mamanya menikah dengan om Surya sering mengatakan bahwa dia akan menjadi menantu perempuannya dan selalu memaksaku untuk selalu menemaninya, setelah mamanya menikah dengan om Surya dia menjadi depresi, dia menyakiti semua gadis yang mencoba mendekatiku, aku membiarkan dia melakukan semua itu agar aku juga terhindar dari para gadis yang merepotkan itu, tapi ternyata Jocelyn menjadi salah paham, dia mengira aku membiarkannya melakukannya melakukan itu karna aku menyukainya, dia menjadi delusi"
"dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku telah menikah, penculikanmu yang pertama juga dia yang menjadi dalangnya" tambah Marco
"bukannya waktu itu dia di luar kota bersama kalian ?" tanya Chloe
"ya, dia ada di sana tapi dia sudah menyewa orang untuk menculikmu sebelum berangkat, dia bahkan menyewa orang untuk menusuknya di bar di hari kamu di culik untuk mencegahku kembali"
"yang lalu aku tidak menuntutnya karna kamu tidak terluka, aku hanya memperingatkannya, tapi ternyata dia membuat ulah lagi, kali ini dia berniat membunuhmu dan kabur ke luar negeri, aku datang tepat waktu, kamu bisa di selamatkan tapi anak kita tidak"
"apa ? anak ?" Chloe bertanya memastikan, takut kalau dia saah dengar.
Marco mengangguk dengan wajah suram.
"jadi aku hamil dan keguguran ?" sekali lagi Chloe memastikan, dan Marco mengangguk lagi.
Wajah Chloe langsung berubah, dia ingat saat Jocelyn menendang perutnya dia bisa merasakan perutnya sakit seperti di remas dengan kekuatan yang besar dan merasakan cairan lengket yang keluar dan merembes di pahanya, jadi itu adalah janinnya, calon anaknya ? seandainya dia tau kalau dia hamil tentu dia akan melindungi perutnya dan tidak membiarkan wanita gila itu menyakiti calon anaknya, tapi kedua tangan dan kakinya saat itu di ikat dan dia tidak tau kalau dia hamil. Memikirkan hal itu membuat perubahan di wajahnya tergambar jelas, kesedihan muncul di matanya.
Marco meraih kepala istrinya dan memeluknya, dia menepuk pundaknya pelan sambil berusaha menghiburnya "sudah jangan terlalu sedih, janin baru berusia tiga minggu, dia masih berupa gumpalan, dia tidak merasakan sakit, sekarang kamu perlu memulihkan diri"
Mendengar kata-kata suaminya Chloe justru makin sedih dan mulai menangis tanpa suara.
Marco mendorong kedua pundak istrinya dan menyeka air matanya "dokter mengatakan kamu bisa hamil lagi setelah beberapa bulan, jadi setelah kamu sehat aku akan berusaha lebih keras lagi, kita akan melakukannya semalaman, atau seharian, kalau perlu kita tinggal di rumah saja tidak perlu pergi bekerja sampai kita berhasil membuat bayi"
Chloe memelototi suaminya dengan mata merahnya "Marco, pasti di dunia ini kamu satu-satunya suami yang otaknya kotor"
Marco membalas pelototan istrinya dengan tampang tak bersalah "aku hanya berusaha menghiburmu" belanya
"mana ada penghiburan vulgar begitu, memangnya kamu penjahat kelamin ?"
"yah...jangan salahkan aku, itu salahmu yang selalu menggodaku"
"kapan aku menggodamu, otakmu saja yang mesum 'omes', sepanjang hari kamu mirip serigala kelaparan" kali ini wajah Chloe memerah karna marah
"bagiku kamu mirip daging segar yang siap di santap, mana mungkin aku melewatkannya" seringai muncul di wajah Marco dan dia bergerak mendekati Chloe.
Chloe memelototi suaminya dengan niat menghentikannya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Ny. Suri masuk "Marco, apa kamu tidak bisa sedikit mengendalikan dirimu ? Chloe masih sakit dan kamu sudah berniat memakannya"
Marco sudah hampir mencium istrinya, mendengar Ny. Suri dia langsung menoleh dan menatapnya dengan tatapan membunuh "kenapa pagi-pagi mama sudah di sini ?" keluhnya dengan dingin.
"mama mengantar makanan untuk kalian, untung mama sampai tepat waktu, kalau tidak kamu pasti akan melecehkan istrimu" Ny. Suri berjalan mendekat, meletakkan rantang di meja samping ranjang, dan melemparkan tas ke arah Marco "pergi bersihkan dirimu, baumu mirip kutu busuk" usir Ny. Suri
Marco menangkap tas dan berdiri dari ranjang, dia berjalan ke kamar mandi, sebelum menutup pintu dia berkata "jangan dekat-dekat dengan istriku, mama cuma boleh berdiri satu meter dari ranjangnya" lalu dia menutup pintu kamar mandi.
Ny. Suri melotot tidak percaya, apa-apaan anak ini, dia memperlakukan ibu yang melahirkannya seperti kuman. Mengabaikan peringatan Marco Ny. Suri duduk di kursi di samping ranjang dengan mendengus sebal.
💞💞💞💞💞💞
Kakek Margono duduk di ruang baca, di tangannya ada beberapa lembar kertas berisi informasi tentang Jocelyn.
Kulitnya yang keriput makin berkerut saat beliau mengerutkan keningnya. Beliau membaca informasi dengan serius, setelah selesai kakek Margono memegang melipat tangannya di dada dan mengelus dagu keriputnya, matanya tampak dingin, entah apa yang tengah beliau pikirkan.
"pak tua, ayo kita berangkat" nenek Margono berdiri di ambang pintu sambil memegang gagang pintu.
"hhmmm ....." gumam kakek Margono, beliau memasukkan kertas-kertas tadi ke dalam laci meja dan menguncinya, lalu berdiri.
"apa yang kamu rencanakan ?" tanya nenek Margono, setelah mereka duduk di mobil.
"apa ?" kakek Margono menoleh menatap istrinya pura-pura bingung "tidak ada" tambahnya untuk meyakinkan.
Nenek Margono tersenyum "aku sudah menjadi istrimu sudah lebih dari setengah abad, aku bahkan bisa menebak isi pikiranmu dari kedipan matamu, jadi jangan coba-coba menyembunyikan apa pun dariku"
"buktinya kamu tidak tahu waktu aku menjadikanmu bahan taruhan" ledek kakek Margono
"itu karna aku yang lengah, kalian menyembunyikannya dengan baik, tapi toh akhirnya aku tahu" nenek Margono merengut. "jangan mengubah topik, katakan apa yang kamu pikirkan, aku tahu ini pasti berhubungan dengan apa yang terjadi pada cucumu"
Kakek Margono menghela nafas pasrah, lalu dia mengangguk pelan.
"katakan padaku informasi siapa yang melakukannya dan kali ini biarkan aku yang membereskannya" kata nenek Margono dengan senyum di bibirnya.
Kakek Margono menatap istrinya tidak percaya, istrinya yang selalu lembut akan mengatasi orang yang mengintimidasi cucunya. "apa yang akan kamu lakukan ?"
Senyum nenek Margono makin lebar "nanti kamu akan tahu sendiri"
Kakek Margono merasa merinding melihat senyum lebar istrinya yang tidak wajar, sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi pada wanita jahat itu.