webnovel

Pernikahan Pura-pura (lanjutan dari akun ayla_amethyst)

Chloe terbangun di ranjang rumah sakit dan kehilangan memorinya selama tiga tahun terakhir. "sayang kamu sudah bangun" "siapa kamu ?" "aku suamimu" Chloe mengamati pria tampan yang menatapnya dengan cemas. "aku pasti mimpi, aku tidur lagi" katanya lalu merebahkan dirinya, menutup matanya sambil berpikir 'lelucon apa ini, kenapa setelah bangun dari pingsan dia langsung menjadi istri orang asing, bagaimana dengan Andrew tunangannya ???? aahh....ini pasti mimpi"

Nilam_Kurniawati_6896 · History
Not enough ratings
85 Chs

Bedanya Suka Uang dan Mata Duitan

Marco masih melanjutkan negosiasi dengan pak Alex tapi matanya terus melirik istrinya yang tengah berpelukan dengan orang yang paling dia waspadai.

'bagaimana bisa manusia ini berkeliaran di mana saja Chloe berada ? apa dia sengaja menguntit kami ?' geram Marco dalam hati, Marco meremas cangkir kopi di tangannya sampai Laura yang duduk di sampingnya bergidik ngeri.

Pak Alex dan Helen anaknya menyadari kegelisahan Marco. Pasangan ayah dan anak itu duduk membelakangi arah Chloe meninggalkan mereka.

Jadi mereka membalikkan badan untuk melihat apa yang membuat Marco yang berwajah batu, gelisah, dan tampak Chloe tengah berpelukan dengan seorang wanita berambut pirang, wanita tersebut bahkan tidak segan-segan mencium ke dua pipi Chloe, lalu mengelus perutnya.

Wanita berambut pirang itu datang dengan seorang pria jangkung dan tampan. Mereka duduk dengan dua orang pria yang sudah berumur.

"eh.....pa....bukankah itu opa ?" Helen mengenali salah satu pria berumur itu sebagai kakek dari pihak ibunya. "apa pria di depannya temannya ?"

"hhmmm....."gumam pak Alex "tunggu...bukankah dia pak Margono ?" pak Alex berbisik pada Helen "pergi sapa kakekmu, minta dia mengenalkan pak Margono denganmu, kalau kita bisa bekerjasama dengan beliau maka perusahaan kita akan mendapatkan banyak keuntungan"

Helen melirik ayahnya ragu, dari sorot matanya seakan dia bertanya 'apa dia sehebat itu ?'. Terlebih lagi Helen enggan pergi meninggalkan kesempatan untuk mendekati Marco. Ya dia naksir Marco sejak pertemuan pertama mereka beberapa hari lalu dan dia berniat membangun kerjasama dengannya sehingga ada alasan baginya untuk sering bertemu dengannya. Tapi hari ini dia benar-benar mendapatkan kejutan, dia tidak menyangka kalau Marco sudah menikah, memang kesalahannya beberapa hari yang lalu saat bertemu dengannya, kare terlalu bersemangat dan terpesona dengan wajah tampannya dan sikap dinginnya, dia tidak memperhatikan cincin kawin di jarinya.

'cepat pergi, aku akan mengatasi urusan di sini' bisik pak Alex, saat melihat keraguan di mata anaknya.

Helen melirik Marco yang masih menatap ke arah istrinya dengan geram, lalu dia menghela nafas dan beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Pak Alex tersenyum samar, dia menatap kepergian anaknya, lalu menatap rombongan yang menjadi tujuan anaknya. Gadis berambut pirang itu duduk di samping pak Margono dan memeluk beliau dengan manja, Chloe duduk di samping gadis itu.

Pak Alex sempat mendengar rumor bahwa pak Margono punya cucu perempuan kesayangan, dia sangat memanjakan cucunya ini dan menuruti semua keinginannya, kalau Helen anaknya bisa menjalin persahabatan dengan cucu pak Margono tentu jalan untuk bekerjasama dengan perusahaan pak Margono akan makin lebar.

Sepeninggal Helen, pak Alex kembali fokus pada Marco.

"pak Marco kenal dengan pak Margono ?" pak Alex mencoba untuk mengorek keterangan dari orang berwajah batu yang duduk di depannya.

Marco hanya menjawab pertanyaan yang di lontarkan pak Alex dengan anggukan.

"sepertinya istri pak Marco sangat akrab dengan cucu pak Margono" pak Alex melanjutkan.

Mata Marco menyipit menatap dua wanita yang duduk dengan kakek Margono sambil berangkulan.

"saya mendengar rumor bahwa pak Margono punya cucu kesayangan, apa pun permintaan cucunya akan di berikan, dan cucunya memiliki penilaian investasi yang akurat" Pak Alex berkata sambil memperhatikan ekspresi Marco, mencoba menebak apa yang di pikirkan pria di depannya. "pak Marco pasti beruntung, menikah dengan teman akrab cucu pak Margono, terlebih kalian dari kota yang sama pasti pak Marco ada hubungan kerjasama dengan perusahaan pak Margono"

Mata Marco kembali menatap pria paruh baya di depannya. Dari caranya bertanya sepertinya pria ini tidak mengenal kakek Margono, dia hanya mendengar rumor. Sebenarnya Marco berniat untuk mengajukan pertanyaan pada pria ini tentang tamu yang mengunjunginya beberapa saat yang lalu. Sebelum tamu itu mendatanginya, pak Alex sudah setuju dengan tawaran yang di berikan perusahaannya, tapi setelah tamu itu datang dan saat untuk menandatangani perjanjian kerjasama dia mulai membuat masalah.

Tapi melihat sekarang dia sangat tertarik dengan cucu kesayangan kakek Margono, Marco mengubah strateginya untuk membuat pria di depannya menandatangani perjanjian itu sekarang juga. 'Maaf sayang aku menjual namamu untuk keuntungan perusahaan' sesal Marco dalam hati.

"pak Alex....." Marco akhirnya membuka suara "sepertinya ada kesalahpahaman, perempuan berambut pirang itu bukan cucu pak Margono, dia hanya hantu yang suka gentayangan kemana-mana, cucu kesayangan pan Margono adalah wanita manis di samping hantu itu"

Pak Alex jelas kaget mendengar penjelasan Marco "jadi maksud pak Marco......" pak Alex membalik badannya dan melihat wanita manis yang di maksud Marco tengah berdebat dengan pak Margono.

"dan sebagai info tambahan" Marco kembali bersuara, dia sangat menikmati keterkejutan pria di depannya "perusahaan kami tidak bekerjasama dengan perusahaan pak Margono, tapi cucu kesayangan pak Margono adalah pemegang saham terbesar kedua di perusahaan kami, jadi kalau bapak masih bersikukuh dengan permintaan bapak beberapa hari ini, mohon maaf kalau kita mungkin tidak bisa bekerjasama bahkan di kemudian...."

"oke. saya akan tanda tangan" kata pak Alex memotong perkataan Marco.

Laura tersenyum melihat lawan bosnya ini. Sejak beberapa hari yang lalu dia sebenarnya sebal dengan tingkah pasangan orang tua anak ini, kelihatan jelas sekali kalau si bapak mencoba merampok pak bos dan si anak mencoba mendekati pak bos....Haah...untung istri bos muncul sebagai malaikat penolong. Laura mengeluarkan dokumen dari dalam tas dan mendorongnya ke depan pak Alex.

Dengan segera pak Alex menandatangani dokumen tanpa membuat ulah lagi.

"jadi pak Marco, apakah bapak menikahi ibu Chloe karena dia cucu kesayangan pak Margono ?" tanya pak Alex tiba-tiba setelah dokumen selesai di tanda tangani, senyum culas tersungging di bibirnya.

Laura langsung bergidik mendengar pertanyaan yang di lontarkan pak Alex. Laura melirik ekspresi bosnya yang secara samar mulai berubah, mode dewa siwa muncul, pak bos yang bucin terhadap istrinya akan murka di tuduh menikahi istrinya karna maksud mengambil keuntungan untuk perusahaan. Dalam hati Laura menebar bunga, berkabung atas pak Alex.

"tidak semua orang licik seperti anda, memanfaatkan orang lain untuk kepentingan pribadi, saya tidak tau apa hubungan anda dengan Ny. Jesica, tapi satu hal yang saya tekankan, saya tidak akan melepaskan siapa pun yang mencoba menyakiti keluarga saya"

"si....si...siapa Jesica....saya tidak kenal, pak Marco jangan menuduh sembarangan" pak Alex tergagap mendengar jawaban Marco yang penuh ancaman dan mencoba mengelak.

Marco mengeluarkan beberapa lembar foto dan melemparnya ke atas meja.

Pak Alex memungut foto tersebut dengan tangan gemetar. Tampak jelas di dalam foto adalah dia dan Jesica sedang bercumbu di sebuah hotel.

"masih mengatakan tidak kenal ? apa perlu bantuan saya untuk menyegarkan ingatan anda ?"

Laura terpana melihat foto yang di lempar pak bos ke atas meja, meski hanya sekilas dia bisa melihat gambar tidak senonoh di dalamnya. 'Tapi tunggu dulu, wanita di dalam foto adalah Ny. Jesica ? Ny. Jesica yang itu ? Ny. Jesica ibu dari Jocelyn ? yang berarti istri pak Surya....?apa-apaan ini ?' Laura merasakan detak jantungnya meningkat karna informasi yang di dapat barusan. Kehidupan orang kaya memang penuh skandal, tapi sebagai seorang sekretaris dia harus mematuhi satu aturan tutup mulut dan jangan pernah ikut campur dalam kehidupan pribadi para atasan, atau dia akan kehilangan sumber keuangan keluarga.

💞💞💞💞💞

"Ming Liang, kenalkan ini cucuku yang paling menyebalkan" seloroh kakek Margono, memperkenalkan Chloe pada teman baiknya yang ber etnis tionghoa bermarga Ming.

Chloe yang duduk di samping Febiola yang masih memeluknya mengulurkan tangan pada kakek bermata sipit di depannya.

"maaf kemarin ketika kamu menikah engkong tidak bisa datang" kata engkong Ming akrab, seakan Chloe adalah cucunya.

"tidak apa engkong, yang penting doa restunya dan angpaonya nyampek" jawab Chloe.

"berandal ini" tegur kakek Margono "kamu lihat sendiri kan anak ini benar-benar mata duitan" keluh kakek Margono pada temannya yang hanya di tanggapi dengan tawa.

"bukankah itu nurun dari kamu ha....ha.....ha....." goda engkong Ming Liang

"tentu saja tidak, aku suka uang bukan mata duitan" sangkal kakek Margono

"bukannya sama" Chloe ikut menimpali, engkong Ming Liang mengangguk setuju.

"tentu saja beda" kakek Margono tetap tidak mau mengalah "aku suka uang dan aku bekerja keras untuk mendapatkannya, kamu mata duitan dan kerjanya hanya merampok"

"kapan aku merampok ? bukannya kakek selalu memberikannya dengan sukarela ?" jawab Chloe acuh

"sukarela ? kamu selalu menipuku, dasar berandal licik" kakek Margono memelototi cucunya.

Chloe mengangkat bahunya sambil menjawab dengan santai "yah...kelicikanku di warisi dari siapa tentu kakek yang paling tahu"

Mendengar jawaban Chloe, kakek Margono terdiam dan kehilangan kata-kata, bukankah anak ini terlalu lihai menyindir orang.

"ha...ha...ha..." Engkong Ming Liang terbahak "nak.....kamu orang kedua yang sanggup membuat pria tua di depanku ini kehilangan kata-kata"

Chloe menanggapi dengan senyum "terima kasih pujiannya"

"opa..." Helen datang menyapa engkong Ming Liang.

"oh...kamu juga di sini ? kamu sudah datang dari tadi ? dengan siapa kamu datang ?"

"aku menemani papa untuk negosiasi kerjasama dengan perusahaan keluarga Wiguna" Helen duduk di samping engkong Ming Liang, dia melirik Willy yang ada di sisi lain samping engkongnya.

"Gon kenalkan ini cucuku, terakhir kali kamu bertemu dengannya waktu dua umur 5 tahun, sebelum dia di boyong oleh orang tuanya ke luar negeri.

Helen berdiri dan menjabat tangan kakek Margono.

"jadi dia anaknya Ling ling ?" Engkong Ming Liang mengangguk. "cantik, kayak mamanya" puji kakek Margono. "jadi apa kesibukanmu Helen ?"

"saya membantu papa mengurus perusahaan"

"Ming Liang betapa beruntungnya kamu memiliki cucu yang berbakti, mau membantu mengurus perusahaan keluarga, tidak seperti seseorang yang kerjanya hanya main saja" kakek Margono melirik Chloe, yang di lirik cuek bebek.

Febiola yang sudah terbiasa dengan pertikaian kakek dan cucu itu tersenyum dan mencoba menenangkan kakek Margono "kakek ingat darah tinggi kakek"

Kakek Margono mendengus sambil menepuk lembut tangan Febiola di lengannya "yah setidaknya kakek masih punya cucu yang penyayang sepertimu"

"mengakui seseorang sebagai cucu tidak cukup dengan omongan, Bi kamu harus minta setidaknya 5% saham dari perusahaan kakek tua itu" kata Chloe sambil terus memainkan ponsel.

"dasar berandal, apa di dalam otakmu isinya hanya uang ?" geram kakek Margono.

"hhmmm....kakek tau itu"

"anak ini betul betul....." kakek Margono berdiri mengangkat tangannya siap memukul kepala Chloe, tapi suara bariton menghentikannya.

"kakek...berhenti memukul istriku" Marco berdiri di belakang istrinya.

Mendengar suara suaminya, Chloe meringis. Kakek Margono menatap Marco dan mengomel "kamu terlalu memanjakannya, lihat saja nanti dia akan membuatmu sakit kepala kalau kamu tidak mendisiplin dia" kakek Margono kembali duduk.

"aku atau kakek yang memanjakan dia ?" sergah Marco sambil menatap kakek Margono penuh tuduhan, sedangkan yang di tatap melengos dan pura-pura tuli.

Engkong Ming Liang lagi-lagi terbahak melihat interaksi teman baiknya dengan cucu kesayangannya.

"dan kamu Willy apa yang kamu lakukan di sini ? kenapa kalian gentayangan di sekitar Chloe terus, apa kalian tidak punya kehidupan sendiri ?" Marco mulai menyerang Willy yang sejak tadi duduk tenang menyesap kopi sambil menikmati drama kakek-cucu yang mirip tom and jerry.

"kami hanya singgah sebentar untuk minum kopi, kebetulan ketemu dengan kalian, sebentar lagi pesawat kami berangkat" Willy melirik jam tangannya.

"lalu kenapa kalian masih duduk santai di sini ?" lagi-lagi Marco bertanya dengan nada sarkasme.

"ck....ck.....ck....kamu ini benar-benar pria picik, jangan bilang kamu berkata seperti itu karna sejak tadi aku memeluk Chloe...asal kamu tahu saja, kalau bukan saran dariku istrimu tidak akan memberikan hadiah ulang tahun....pffftt...." tangan Chloe menutup mulut Biola sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, wajah Chloe sudah memerah malu.

Chloe menarik Febiola dan mendorongnya pergi "Will.....bawa istrimu pergi...nanti kalian ketinggalan pesawat"

"hei.....C...kenapa kamu mengusirku ? bukankah yang aku katakan benar ? kalau bukan ide brilianku....." Chloe mendorong sahabatnya menuju pintu keluar "hei...C...tunggu...aku bahkan belum meminta uang saku dari kakek"

"nanti dia akan transfer ke rekeningmu" jawab Chloe sekenanya, sambil terus mendorong sahabatnya keluar.

"oke kami pergi dulu" pamit Willy "cup" Willy menyempatkan mengecup puncak kepala Chloe saat dia melewatinya.

"kalian...." teriak Marco geram, dia ingin mematahkan leher Willy dan tunangannya sekarang juga agar tidak menggoda istrinya lagi.

up.....up........berlomba dengan jaringan he.....he.....he........

Nilam_Kurniawati_6896creators' thoughts