5 Mencari Informasi

Begitu pulang dari kedai kopi Andre langsung browsing mencari tanah yang akan dijual. Ia mengincar tanah yang strategis dan memiliki nilai jual yang tinggi. Ia kemudian menandai beberapa daerah yang dianggap cukup mewakili. Sehingga ketika proposal sudah ada Ia tinggal menyesuaikan dengan budget yang ada.

Rendi juga sudah mulai memilih rekanan arsitek untuk mendesign apa yang Ia inginkan. Ia sendiri diam-diam belajar design visual secara otodidak. Sehingga Ia mudah memberikan gambaran kepada arsitek tentang apa yang Ia inginkan.

Saking asyiknya merancang dan merencanakan pusat perbelanjaan pesanan dari Andrea tidak terasa sudah pukul 11 malam. Rendi menguap, Ia menutup laptopnya setelah nge-save beberapa materi di internet yang Ia perlukan.

Rendi tersenyum puas sambil berbaring di tempat tidurnya. Karena gerah Ia melepaskan dulu kaos atasnya. Dadanya yang lebar dan bidang terekspos dengan nyata. Sedikit kotak-kotak tapi tidak terlalu kekar. Hanya memang Rendi tidak terlalu mengolah tubuhnya agar terlalu kekar. Ia terlalu sibuk untuk berolahraga dengan berat. Paling Ia hanya menggunakan sepeda statis di rumah.

Hening, sunyi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Yang lainnya pasti sudah pada tidur. Kakeknya sudah pulang dari tadi. Kakeknya huh Kakeknya itu, terkadang suka bertingkah berlebihan. Beda sekali dengan karakter Ayahnya yang pendiam. Kakek Rendi tuh seperti buah kelapa makin tua makin jadi.

Kalau sudah ada keinginan tidak ada satupun yang berani melawan. Kumisnya saja sebesar tangan bayi. Bikin keder semua orang yang melihat. Kalau Ia berpakaian hitam-hitam mungkin orang lain mengira Ia si Jampang dari Betawi. Yang sering jadi bulan-bulanan kakeknya ya Rendi. Wajah Rendi yang imut-imut memang membuat Ia jadi sedikit ditindas di Keluarganya.

Ketika semua pria dikeluarga Ayahnya tampil bagaikan pendekar dari Zaman Majapahit, yaah mirip-mirip Gajah Mada-lah. Eh nyelip Rendi yang bagaikan anggota grup boyband Alay. Walaupun Rendi berupaya menunjukkan kejantanannya tetapi wajahnya yang imut-imut memang menghapus semua imej laki-laki kekar nan gagah.

Banyak yang menyuruh Rendi untuk ikut daftar pemilihan bintang sinetron atau ikut audisi nyanyi atau menjadi model catwalk atau model iklan. Tentu saja Rendi menolak. Tampilannya yang imut-imut kan emang udah kodrat dari sana. Ia sendiri merasa sangat jantan. Lagipula Ia tidak ingin mengekspos ketampanannya untuk mencari uang.

Dan ketika Kakeknya memberikan perusahaan pada Rendi banyak yang menyangsikan kemampuan Rendi. Dan banyak saudaranya yang bertaruh bahwa sebentar lagi perusahaan yang dikelola Rendi akan bangkrut

Itulah sebabnya Rendi melampiaskan dengan bekerja dan menunjukkan kepada semua orang bahwa Ia mampu mengembangkan perusahaan seperti yang lain. Dan hasil kerja kerasnya memperoleh hasil. Perusahaannya lah yang sekarang berkembang paling pesat.

Rendi membalikkan badannya dengan resah, Ia tiba-tiba teringat perjodohan oleh Kakeknya. Sial Rendi tidak bisa menolak keinginan Kakeknya. Kakeknya pake ngancam-ngancam mau mutusin hubungan kekeluargaan segala. Emangnya Ia karyawan kontrak yang kadang suka diputus seenaknya saat menjelang lebaran biar pengusaha ga kena kewajiban bayar THR.

Jasmine nama gadis itu. Rendi berpikir keras. Mengira-ngira seperti apa orangnya. Apakah Dia pecicilan seperti Serena atau anggun seperti Anisa Kakaknya Serena. Rendi menghembuskan nafasnya dengan resah. Bagaimana Ia menyembunyikan muka terhadap teman-temannya dan para kolega nya kalau ketahuan Ia menikah sama anak SMA. Bisa jatuh reputasi dia. Aduuh...Ya Tuhan..Ya Alloh..Ya Rab... lindungilah hambamu yang lemah dan tidak berdaya ini. Rendi berdoa sebelum matanya terpejam dan terlelap ke alam mimpi.

***

Ketika selesai sarapan pagi Rendi menghadang adiknya. "Serena.. Kakak anterin Yu.. ke Sekolah" Tiba-tiba Rendi menawarkan jasa baiknya.

"Ah... Ketahuan. Kakak pasti mau cari informasi tentang Jasmine" Sarena langsung menebak maksud kakaknya. Rendi jadi merah padam. Ia melirik ke ayah dan ibunya yang masih sarapan. Untungnya Ayah dan Ibunya pura-pura tidak mendengar.

Rendi menyeret Serena menjauhi ruang makan. "Kalau kau memberikan Aku informasi yang cukup Kau akan mendapatkan Handphone terbaru"

"Serius Kak?" Serena menegaskan.

Rendi menganggukkan kepalanya. "Yang mahal yah..."

"Siap" Kata Rendi sambil mulai masuk ke dalam mobilnya. Ia menarik tangan adiknya untuk segera masuk ke dalam mobil. Gunawan sopir pribadinya langsung menjalankan mobilnya.

"Nah berikan Kakak informasi nya."

Mata Serena berkilat-kilat. "Ia baru pindah dari Kota J. Ia dipindahkan dari kota J ke kota B karena Ia tidak naik kelas."

"Apa??" Mata Rendi langsung berkunang-kunang.

"Kenapa Ia tidak naik kelas? Apa Ia bodoh atau idiot atau bagaimana?" Tekanan darah Rendi langsung naik drastis. Kepalanya jadi pusing. Mata kabur, nafas megap-megap kaya ikan dikeluarkan dari air.

"Ia sering berkelahi menghajar teman laki-lakinya"

"Apa???" Dada Rendi langsung terasa sesak.

"Apa dia preman atau pelajar?" Tanya Rendi lagi.

Serena tertawa terbahak-bahak. "Tadinya Aku juga mengira Ia preman sekolah tapi setelah berteman dengannya Ia cukup mengasyikkan. Aku jadi sering di keluarkan dari kelas oleh guru gara-gara ngejailin guru bareng dia"

Cukup sudah Rendi ga tahan lagi. Itu gadis atau Monster? Mengapa terdengar sangat mengerikan.

"Dik...Kamu becanda doang kan?" Kata Rendi sambil menatap adiknya dengan tajam.

Serena mengedipkan matanya. "Ya..iyalah..Aku cuma bercanda doang...wk...wk..wk..Kakak ketipu"

"Pi..uuuh.." Rendi menghembuskan nafas lega.

Ketika Serena turun dari mobil. Rendi memberikan tambahan uang saku. "Asyiiik.. makasih Kakak. I Love You" Katanya sambil masuk ke gerbang sekolah.

Serena melambaikan tangan pada kakaknya sambil berkata dalam hati.' Ia kira Aku bohong. Padahal yang Aku ceritakan adalah benar..ha..ha..ha.. pasti seru kalau Kakak Rendi menikah dengan Jasmine. Hidupnya akan bewarna.' Serena tertawa-tawa sendiri. Ia juga senang bakalan dapat teman. Sungguh Jasmine adalah teman terbaiknya saat ini.

Gunawan memutar arah mobil ketika hampir saja mobilnya menyenggol sebuah motor besar yang tiba-tiba belok tiba-tiba ke arah pintu gerbang. Motor itu sedikit oleng dan hampir saja terjatuh. Ciiit...Rem mobil diinjak dengan tiba-tiba. Rendi hampir terpelanting. Rendi membuka kaca jendela mobil untuk mencari tau apa yang terjadi.

Rendi terkejut melihat pengendara motor yang hampir tertabrak itu ternyata murid perempuan. Ia terlihat menggunakan rok seragam panjang serta didalamnya mengenakan legging sehingga pahanya masih tertutup walaupun Ia duduk diatas motor Kawasaki ninja. Dia mengenakan helm full face. Rambutnya yang hitam tergerai ke punggung. Jaket kulitnya tampak keren membalut tubuhnya.

"Wey...kampret..yang bener aja lu kalau bawa mobil, awas lu ya ketemu Gua lagi. Gua bakar nih mobil..Untung aja Gua lagi kesiangan. Jadi Gua anggap selesai sampai disini." Teriak gadis itu sambil tetap duduk di atas motor. Lalu tanpa menghiraukan Gunawan dan Rendi yang shock berat. Gadis itu menjalankan lagi motornya memasuki gerbang sekolah.

"Masya Alloh Bos. Anak zaman sekarang. Kelakuannya begitu mengerikan. Anak perempuan pake motor besar. Ngejalanin motornya serampangan. Apa ga takut jatuh. Mungkin dikiranya dia kucing yang punya nyawa sembilan" Gunawan ngomel-ngomel sambil melanjutkan mutar arah dan perlahan meninggalkan sekolah Serena.

Rendi sendiri langsung keringatan Ia merasakan firasat yang tidak enak. Entah mengapa Ia seperti ada ikatan batin dengan gadis itu. "Aaargh..." Kepalanya hampir mau pecah.

avataravatar
Next chapter