webnovel

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

"Menikahlah denganku maka ku bebaskan semua hutang-hutang orang tuamu! kau tidak perlu takut, pernikahan ini hanya sementara, sebut saja pernikahan kontrak." Diva, gadis yang baru saja pulang dari study di luar negeri di kejutkan akan permintaan orang asing itu, terlebih saat dirinya menatap wajah orang tuanya yang nampak tak berdaya. "Me-menikah?" Gadis itu terdiam beberapa saat, dia sangat-sangat tidak ingin namun melihat ketidakberdayaan orang tuanya membuatnya mau tak mau harus menerima itu semua. "Kontrak pernikahan selama dua tahun, setelahnya kau ku bebaskan. Ekonomi keluargamu kembali normal dan kau akan ku ceraikan!" "Ce-cerai?" "Ya. Gampang bukan?" Lelaki itu melempar surat perjanjian di atas meja. "Cepat tanda tangani dan besok kita akan menikah!" Dengan wajah angkuhnya dia melenggang dari hadapan semua orang. "Urus mereka!"

Nabila_Putrii · Urban
Not enough ratings
401 Chs

Fitting Baju

Pagi-pagi sekali Kenzo sudah di perintah sang mama untuk segera menjemput Diva, lelaki itu berdecak kesal. Kenapa semua orang sangat menyukai wanita menyebalkan itu.

"Cepat Kenzo, setelah ini kita akan fitting baju!" ujar Emeli, wajah wanita cantik itu sangat berbinar menandakan jika dia sudah tidak sabar bertemu dengan Diva.

Caesar yang melihatnya pun tersenyum senang, dia mendekat mengusap pelan kepala istrinya. "Kau bahagia?"

"Sangat, makasih." Emeli mengecup singkat pipi suaminya, Kenzo yang melihatnya memutar bola mata malam, dia sangat benci melihat kedua orang tuanya mesra-mesraan di depannya.

"Kenzo cepat bangun, setelah menjemput Diva kamu akan ikut papa untuk meeting dengan klien."

"Loh kok gitu pa, nanti gimana? Kenzo kan juga harus ikut fitting baju." Emeli menyahut, Caesar mengusap pelan kepala istrinya.

"Hanya sebentar sayang, setelah mengantarmu nanti biar dia ikut meeting bersamaku, hanya tiga puluh menit."

"Baiklah, Kenzo. Cepat jemput Diva, biar kita bisa sarapan bersama!" Kenzo mengangguk melangkah dengan kesal, kenapa Diva sangat di istimewa kan oleh keluarganya

Kenzo masuk ke dalam mobil mengambil ponselnya di saku dia akan mengabari Diva terlebih dulu karena dia tidak ingin jika di suruh menunggu lama.

Kenzo: bersiaplah! aku sudah perjalanan ke rumahmu. Sampai sana kau harus sudah siap! jangan membuatku menunggu, atau kau akan ku hukum!

Setelah mengirim pesan itu Kenzo segera melenggang melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.

****

Diva yang baru selesai memasak melihat notifikasi pesan yang di kirim sepuluh menit yang lalu dia membuka pesan itu membacanya dengan bola mata yang membulat.

"Gila!" Setelahnya Diva langsung berlari menuju kamar mandi, sepertinya Kenzo sebentar lagi akan sampai.

"Dia memang tidak bisa tidak berbuat hal gila, lelaki menyebalkan. Awas saja kau!" dengus Diva.

"Diva, kamu di mana nak. Ada Tuan Kenzo di luar!" teriak mamanya.

"Ya ma, Diva lagi mandi." Setelah selesai dengan acara mandinya dia segera memakai bajunya, menyisir rambutnya dengan cepat tanpa memoles apapun ke wajahnya.

Diva memilih membawanya di tas, karena dia akan berias nanti di mobil, Diva keluar dengan penampilan sederhana dan wajah yang natural tanpa make up.

"Ayo!" Kenzo melenggang pergi setelah berpamitan pada orang tua Diva, Diva menyusul berjalan di belakang Kenzo dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Kau telat lima menit! membuang waktuku saja, sebagai gantinya kau akan ku hukum nanti!" ucap Kenzo datar.

"Kau gila, kenapa sebelumya kau tidak mengabariku. Tidak bisakah kau sehari saja tidak berbuat hal gila dan seenaknya!" maki Diva.

"Berani kau melawanku!" ucap Kenzo dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa tidak? memang kau makan apa sehingga membuatku tak berani melawanmu?" ucap Diva menantang.

"Kau!" Kenzo merasa geram namun memilih tidak meladeni wanita yang bisa membuatnya darah tinggi.

Diva mengeluarkan alat make up nya, mulai memoles wajahnya dengan make up dan juga mengoles bibirnya dengan lipstik.

Kenzo menolehnya kilas. "Untuk apa kau bersolek? ingin menggoda saudaraku seperti kemarin?" sinis Kenzo.

"Kalau bisa kenapa tidak? ku pikir memiliki dua lelaki kaya sangat menyenangkan, jika aku bosan denganmu aku bisa bersama dengannya." Diva menatap menantang ke arah Kenzo rasanya dia tidak perlu takut menghadapi lelaki seperti Kenzo.

"Kau benar-benar!" Rasanya Kenzo sungguh kesal dengan jawaban Diva, bagaimana nanti ketika mereka tinggal serumah tidak bisa dia bayangkan akan sesial apa hidupnya.

Mobil memasuk pekarang rumah besar Kenzo, setelah mobil berhenti Kenzo juga Diva segera keluar, seperti kemarin Diva merangkul lengan tangan Kenzo dengan senyum manis di bibirnya.

Kenzo menatapnya datar, selalu merasa kesal dengan wanita yang ada di sampingnya ini. "Berhentilah menebar senyum kau ingin memikat siapa di rumah ini, hah!" bisik Kenzo lirih namun mencekam.

"Kenapa kau selalu berpikir buruk tentangku, terus maumu gimana? kau ingin aku diam menatap datar ke semua orang seperti dirimu?" Sebal Diva.

"Hm." Diva mendengus kesal namun senyumnya mengembang saat melihat Emeli di hadapannya.

"Mama." Diva memeluk hangat tubuh Emeli, dia sangat menyukai Emeli melihat Emeli seketika mengingatkannya pada mamanya.

"Hai sayang, ayo kita sarapan dulu setelah itu baru ke butik. Mama akan antar kamu cari gaun pengantin yang indah buat kamu."

Diva duduk di meja makan dia sempat mengambilkan makanan untuk Kenzo, sengaja Diva mengambilkan nasi yang banyak pada Kenzo.

"Makan yang banyak sayang, biar kamu semangat kerjanya." Diva tersenyum manis kepada Kenzo dengan satu alis terangkat.

Kenzo menatapnya tajam namun sebisa mungkin dia mengiyakan ucapan Diva. Kenzo menatap datar ke arah makanan yang sungguh banyak Diva ambilkan.

Dia benar-benar keterlaluan, awas saja kau!

Semua menikmati sarapan pagi ini, sedangkan Kenzo sudah merasa kenyang sedangkan makanannya masih tersisa banyak.

"Sayang, kenapa tidak kau habiskan?" Diva kembali bersuara membuat Kenzo rasanya ingin mencekik wanita itu sekarang juga.

"Aku sudah kenyang, kau terlalu banyak mengambilkannya." Kenzo bersuara dengan nada rendah meski dia sangat geram pada kelakuan Diva.

"Oh maaf, baiklah aku juga sudah selesai." Diva meletakkan sendoknya lantas mengambil air putih meminumnya.

Semua orang telah menyelesaikan acara makannya, masing-masing mulai bangkit menjalankan aktivitas mereka masing-masing.

"Ayo sayang!" Emeli mengandeng tangan Diva membiarkan suaminya juga Kenzo berjalan di belakang mereka.

Kenzo sebagai supir dia yang menyetir dengan Diva di sampingnya sedangkan Emeli dan Caesar duduk di belakang.

Di perjalanan hanya terisi perbincangan Emeli juga Diva sedangkan para lelaki hanya diam mendengarkan.

Mobil melaju dengan cepat membelah keramaian ibu kota, sampai mobil Kenzo berhenti di sebuah butik besar dengan nama 'Butikana' itulah butik besar langganan Emeli pemilik butik itu adalah temannya.

Emeli dan Diva turun setelahnya mobil Kenzo melaju menuju kantor, Emeli mengandeng tangan Diva untuk masuk.

"Kana!" ucap Emeli pada temannya, mereka berdua berpelukan, cipika-cipiki seperti teman lama bertemu.

"Emeli, kau ingin mencari apa?" tanya Wanita cantik itu.

Emeli menunjuk ke arah Diva, membuat temannya turut melihat ke arah Diva. "Aku ingin mencarikan gaun pengantin untuk calon menantuku, bisa kah kau carikan baju yang bagus untuknya?"

"Wah dia calon menantumu? sangat cantik. Di mana kau menemukan gadis secantik ini?" ucap wanita itu.

"Terimakasih tante." Diva tersenyum manis lantas Kana pemilik butik itu mulai mencarikan gaun pengantin yang cocok untuknya.

"Lihatlah gaun ini sangat cantik bagaimana cantik?" Kana memperlihatkan gaun pengantin putih yang panjang dengan hiasan manik-manik di sekitar dadanya, juga mutiara yang bertebaran di bagian rok bawah.

"Sangat cantik, bagaimana? apakah kamu mau sayang?" Diva yang baru saja melihatnya sudah di buat jatuh hati pada gaun pengantin itu.

"Sangat indah, ma. Diva mau!" ucapnya dengan binar di matanya, jika pernikahan ini atas dasar cinta sungguh Diva akan sangat bahagia namun pernikahannya kali ini atas dasar keterpaksaan, atau dirinya tak lebih dari gadis penebus hutang.