webnovel

1 - Pergi ke Klub Malam

Adeline bukan tipikal orang yang suka berpesta dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di klub malam seperti kebanyakan dari teman-temannya. Ia lebih suka menghabiskan waktu senggangnya setelah bekerja dengan menonton film atau membaca novel yang ia beli di toko buku. Mungkin setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk membuang rasa lelah setelah bekerja, Adeline tidak merasa aneh dengan itu dan ia memahaminya. Seperti lingkup kerjanya misalnya, karena kebiasaan mereka yang suka menghabiskan waktu di klub malam, jika ada acara ulang tahun atau lainnya, maka mau tidak mau Adeline harus datang sebagai bentuk formalitas pertemanan.

Ya, mau tidak mau Adeline harus menekan ketidaksukaannya pergi ke klub malam karena ia tidak mungkin mangkir ketika diundang ke acara itu. Seperti halnya malam ini, Adeline harus menghadiri pesta ulang tahun yang diadakan oleh salah satu teman kantornya di sebuah klub malam. Ia sudah bersiap untuk berangkat, gaun yang ia pakai tidak terlalu terbuka, Adeline memakai dress hitam bertali spagetti yang menghias leher jenjangnya. Riasannya mengikuti tema gaunnya saat ini, karena ia akan pergi ke pesta, tentu saja Adeline tidak mungkin memakai riasan tipis.

Adeline pergi ke tempat acara dengan menaiki taksi yang ia pesan secara online, ia tidak mau ribet malam ini dengan pergi mengendarai mobilnya sendiri. Adeline memang tinggal sendirian di apartemennya setelah mulai bekerja di kantornya semenjak setahun yang lalu. Meski papanya memiliki perusahaan sendiri, Adeline lebih memilih mengejar karirnya dengan usahanya sendiri sebagai wanita kantoran. Dan untungnya keluarganya membiarkan keinginannya.

Jika membahas mengenai keluarganya, Adeline memiliki keluarga yang sangat menyayangi dan mendukungnya ketika ia melakukan apapun. Mereka adalah definisi support sytem yang sesungguhnya. Papanya adalah pria pekerja keras yang menjadi pengayom keluarganya, mamanya adalah ibu rumah tangga yang amat peduli dan perhatian kepada anak-anak dan suaminya, sementara kakak perempuannya adalah role model Adeline hingga saat ini.

Angeline Williams. Ya, nama mereka terdengar mirip. Mungkin orang awam yang melihat betapa miripnya nama mereka akan mengira jika Antonio Williams memiliki putri yang kembar, tapi pada kenyataannya tidak. Kedua orang tuanya memberi nama yang identik dengan alasan yang simpel, mereka tidak mau repot-repot memikirkan nama putri mereka, hanya mengganti huruf 'g' menjadi 'd' di nama tengah mereka dan nama mereka sama cantiknya. Meski itu terdengar konyol, tapi Adeline berterima kasih kepada mama dan papanya sudah mau membesarkannya dengan penuh cinta.

Kembali dengan kakaknya yang bisa menjadi role modelnya, tentu saja Adeline memiliki alasan. Kakaknya adalah wanita terkeren yang pernah Adeline temui. Bukan hanya sekedar cantik, Angeline adalah wanita dewasa yang juga mandiri. Berbeda dengan dirinya yang memilih bekerja di kantoran, kakaknya itu merupakan model yang namanya juga dikenal oleh banyak orang. Siapa yang tidak mengenal seorang Angeline Williams? Namanya tentu tidak terdengar asing di industri hiburan, kakaknya terkenal bukan hanya model yang berjalan anggun di arena catwalk memeragakan rancangan busana desaigner terkenal, tapi juga dikenal orang dengan sebutan model yang berpendidikan.

Angeline lulusan S1 jurusan arsitektur di universitas Cambridge dan saat ini tengah melanjutkan studi S2 nya di universitas yang sama. Ada banyak hal di dalam diri Angeline yang membuat Adeline sangat amat membanggakan kakaknya itu. Sangking banyaknya, Adeline tidak bisa menyebutnya satu per satu. Pokoknya di matanya, Angeline adalah wanita yang hebat dan selamanya akan begitu.

Kembali lagi dengan dirinya yang akan menghadiri pesta ulang tahun teman sekantornya di klub malam. Ia sudah tiba di lokasi. Jangan tanya betapa ramainya klub malam itu, bukan hanya tamu undangan yang hadir untuk meramaikan tempat itu, para pengunjung lainpun juga nampak bercampur menjadi satu.

"Adel!" Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Adeline menoleh dan akhirnya bertemu juga dengan si pemilik acara.

"Lia, happy birthday!" ucap Adeline menyambut Lia yang menghampirinya sekaligus memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadanya. Tidak lupa sekalian ia memberikan kado yang ia bawa untuk wanita itu.

"Thank you, Del! Aku senang sekali akhirnya kau datang juga." Lia nampak senang menyambut kedatangan Adeline, wanita itu menuntun Adeline untuk mengikuti irama musik, namun Adeline menolak.

"Lia, don't embrassing me."

"Kenapa? Ini menyenangkan, Del! Come on!"

"Tidak, lebih baik kau menyambut tamu lainnya, aku lebih suka duduk di pojokkan," katanya jujur. Baginya ia sudah datang kesini setidaknya ia sudah menjadi teman yang baik karena tidak mangkir dari undangan wanita itu.

"Adeline, aku mengundangmu untuk bersenang-senang di pestaku!" Lia masih berusaha membujuk Adeline untuk menikmati pestanya, namun Adeline tetap menolak keras ajakan wanita itu. Dia bahkan sudah memasang ekspresi 'tolong biarkan aku melakukan bussiness ku sendiri' dan Lia pun menyerah.

"Baiklah, terserah kau saja. Tapi please, aku ingin semua undangan menikmati pestaku dan kau juga, Adeline!"

"Jangan khawatir, Lia. Aku akan menikmati pestanya, tapi caraku berbeda dari yang lain. So, ya!"

"Lakukan apapun yang kau mau! Kau bisa minum jika kau menginginkannya!"

"Oh, terima kasih atas tawarannya. Tapi aku tidak minum, Lia."

Lia menggelengkan kepalanya merasa kewalahan dengan Adeline yang terus menolak tawarannya. "Oke, kau bisa minta milkshake saja ke bartender. Kau memang aneh, Del!"

Setelah mengatakan hal itu, Lia pun pergi meninggalkan Adeline sendirian sesuai permintaan wanita itu. Adeline pun menghela nafas lega, ia segera mencari posisi paling aman dan nyaman di klub malam itu. Ya, tempat duduk paling pojok dan tidak tersentuh oleh manusia-manusia lainnya disini.

Adeline merasa seperti baru saja terbebas dari dalam penjara, ia jauh merasa lebih baik sekarang. Berada di antara hiruk pikuk itu membuat Adeline mengidap anxiety berlebihan. Sudah Adeline katakan sebelumnya, ia sangat tidak suka berada di klub malam ini. Jika dimasukkan ke dalam sebuah grup, mungkin Adeline termasuk ke dalam grup nerd dan introvert yang notabenenya suka dengan ketenangan tanpa adanya gangguan. Tapi sekali lagi, Adeline tidak punya pilihan untuk tidak pergi ke pesta ini karena Lia adalah temannya.

Adeline berusaha untuk menikmati pesta dengan caranya, ia juga memesan milkshake vanilla sebelum memilih duduk di kursinya dan tentu saja hal itu membuat si bartender geleng-geleng kepala. Pasalnya tidak ada milkshake di daftar menu, dan sang bartender membuatkan milkshake itu dari susu kental manis yang biasanya digunakan untuk bahan tambahan di minuman.

Duduk di pojokkan, minum milkshake dari susu kental manis, ini adalah cara tersendiri untuknya menikmati pesta ini. Dan rasanya tidak terlalu buruk, tapi Adeline tidak akan datang lagi kecuali ada acara penting.

Semakin larut klub malam itu makin didatangi oleh pengunjung lain, suara bising dari alunan disk jockey ditambah suara orang-orang yang berjoget mengikuti musik membuat telinga Adeline pengang.

"Rasanya aku ingin keluar dari sini," ucapnya mengeluh.

"Bolehkah aku duduk disini?" Tiba-tiba suara berat itu mengintrupsinya. Adeline mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah pria itu, namun temaram lampu klub malam itu tidak membiarkannya melihat dengan jelas siapa dia. Dari suaranya, Adeline tidak mengenal siapa pria itu.

"Tentu," jawab Adeline akhirnya. Meski ia merasa terganggu karena didatangi orang asing, tapi ia tidak bisa menolaknya begitu saja. Mungkin pria itu sama seperti dirinya, lebih memilih menjauh dari hiruk pikuk klub malam karena tidak suka dengan tempat ini. Tapi mengapa dia bisa berada disini?

"Apakah kau tamu Lia?" tanyanya memastikan.

"Bukan, aku pengunjung disini. Aku melihatmu sendirian, jadi aku pikir kau butuh teman."

Adeline menggeleng. "Aku datang kemari karena temanku mengadakan pesta disini, jadi aku tidak punya pilihan untuk menghindar karena aku tidak suka klub malam."

"Kenapa? Ini tempat yang menyenangkan," jawab pria itu.

"Mungkin menyenangkan bagi yang suka keramaian, tapi tidak untukku."

Pria itu terdengar terkekeh. "Kau sangat berbeda dengan wanita-wanita yang pernah aku temui."

"Aku bukan tipe penyuka pesta, jadi ya begitulah."

"Jacob," ujar pria itu memperkenalkan diri. Adeline yang diajak berkenalan pun akhirnya menyebutkan namanya.

"Adeline."

"Senang berkenalan denganmu, Adeline."

"Me too," jawab Adeline singkat. Dan percakapan mereka pun terus berlanjut, Adeline merasa menemukan teman yang pas tanpa ia sadari jika bahaya sudah mengintainya.