webnovel

Pernikahan Dingin

Beberapa jam setelah bertunangan: ___ Sepasang mata kecoklatan dan tajam itu tidak melepaskan Keyla dari pandangannya. Dan untuk pertama kalinya mata Stevan Antonius dan Keyla Laksama saling bertemu meski hanya untuk beberapa detik. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan seorang pria?" tanya Stevan menyelidik. Ia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Keyla yang masih terpaku. Ketika tubuh kekar Stevan mulai mendekat, tanpa sadar Keyla pun berjalan mundur. Semakin dia mendekat, Keyla terus mencoba untuk melangkah ke belakang. Dan akhirnya dibelakangnya tak ada lagi ruang untuk menjauh. Tembok itu membentang di sana. Stevan tak berbicara apa-apa lagi selain sorot mata tajam yang mengintimidasi. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan pria?" tanyanya untuk kedua kali lalu kedua tangannya bertumpu pada tembok untuk mengapit Keyla. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan pria?" tanya Stevan untuk ketiga kalinya. Dan nadanya terlihat sangat serius. Jantung Keyla tidak berhenti berdegup sekaligus takut. Sorot matanya berbeda dari sebelumnya dan tangan kirinya mencengkram pundak Keyla hingga ia meringis kesakitan. "Apapun yang terjadi, jangan pernah melepaskan pakaianmu di depan laki-laki yang bukan suamimu," lanjutnya lagi dengan nada yang tiba-tiba menjadi lebih lembut. *** Di usianya yang ke 25 tahun, Keyla dijodohkan dengan pria asing yang tidak ia kenal bernama Stevan Antonius. Pria yang dingin, tak banyak bicara dan selalu berhasil membuat hati Keyla berdebar keras. Akankah pernikahan mereka menjadi pernikahan hangat dan bahagia? Atau justru sebaliknya?

Maitra Tara · Urban
Not enough ratings
52 Chs

Malam Pertama Sesungguhnya

"Good morning, my wife," ucap Stevan yang mengecup kening Keyla.

"Hmmm? Jam berapa sekarang?" tanya Keyla dengan nada suara yang masih mengantuk. Matanya terasa berat dan bengkak karena acara malam pertama mereka yang gagal. Meskipun begitu, Stevan sama sekali tidak kecewa. Dia bisa mengerti Keyla dan tak menyalahkan istrinya karena kehilangan keperawanannya sebelum mereka menikah.

"Tujuh," balas Stevan menyingkirkan helaian rambut di kening Keyla dengan lembut. Dan tanpa sadar, Keyla mendekatkan bibirnya pada bibir Stevan yang kemerahan.

"Aku malu sekali. Seharusnya aku bangun lebih pagi daripada kamu."

"Mandilah. Setelah itu kita sarapan." Stevan berkata kemudian berniat beranjak dari ranjang.

"Tunggu!" Keyla memegangi tangan lelaki itu yang terasa dingin dan Keyla bisa merasakan otot-otot tangan Stevan yang kuat. "Kamu marah?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com