webnovel

Episode 9

Mahesa dan pelayan Nawang Wulan syok mendengar penolakan dari Zein, rumor tentang sikap dingin dan tak berperasaan kini mereka telah melihatnya sendiri.

"Maaf, Yang Mulia. Tuan Putri sangat mencintai Anda, tidakkah menurut Anda, apa yang Anda katakan tadi sudah keterlaluan," sahut pelayan Nawang Wulan mencoba mengingatkan Zein.

"Kau tidak memiliki hak apapun bicara, jadi jangan lancang!" Sergah Mahesa.

Zein memutar tubuhnya melihat sosok pelayan tersebut, sang pelayan memberanikan diri untuk menatap paras rupawan sang Pangeran.

"Apakah aku harus menikahi semua gadis yang menyukai ku?"

Pertanyaan dari Zein seakan menampar wajah pelayan tersebut hingga membuatnya tertunduk malu.

"Tidak pantas bagi seorang pelayan mengangkat kepala di hadapan seorang Pangeran Mahkota, karena bisa dianggap sebagai suatu tindakan tidak hormat," lanjut Zein.

Sang pelayan melebarkan matanya, tangan berkeringat dingin karena takut. Ia berharap majikannya akan angkat bicara untuk melindungi dirinya.

Zein Zulkarnain kembali membalikkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Mahesa berjalan selangkah mendekati pelayan tersebut kemudian berbisik," Jangan pernah lancang di hadapan Pangeran Mahkota." Setelah itu ia memberi salam penghormatan terhadap Nawang Wulan sebelum akhirnya menyusul Zein.

Nawang Wulan mengangkat kepala, terlihat air mata berderai membasahi pipi putih tersebut, tatapannya hanya tertuju pada punggung sang Pangeran yang semakin jauh.

"Kenapa Pangeran langsung menolak? Bukankah kita memang sudah dijodohkan?" Pelayan tersebut merasa prihatin dengan apa yang menimpa majikannya. Tetapi ia juga tidak bisa melakukan apapun untuk membantu sang Majikan, karena malu hanya seorang pelayan kecil.

Kamar para pelayan...

"Ezra, apakah Pangeran tidak kembali?" Tanya Arsy membuat Ezra mengerutkan kening aneh.

"Apakah kau merasa Pangeran sudah kembali setelah menggendong mu?" Balas Ezra mencibir.

Arsy terkekeh pelan." Kau benar, kalau begitu kita harus segera keluar dari sini. Aku tidak ingin putri Ne Shu parah dan mengaduk macam -macam pada Selir sekar."

Ezra mengangguk membenarkan ucapan sahabatnya."Kau benar, tapi ... Bagaimana kalau kita minta pada Pangeran untuk menjadi pelayan pribadinya?"

Ucapan Ezra ada benarnya, Zein Zulkarnain memang terlihat dingin tapi sebenarnya dia bukan penguasa yang kejam.

"Aku setuju, baiklah kalau begitu lebih baik kita keluar dan mencari Pangeran."

Ezra mengangguk, mereka segera keluar dari kamar tersebut.

Paviliun Meigui...

Prang ...

Ne Shu menjatuhkan semua barang-barang yang ada di meja riasnya, rahangnya mengeras dan wajah merah padam.

"Ne Shu, apa yang terjadi?" Sekar Wangi terkejut melihat kamar Putrinya berantakan.

Ia mendengar Zein menyelamatkan Arsy saat sang buah hati memberikan hukuman pada pelayanan tersebut itulah alasan dirinya datang.

Ne Shu membalikkan tubuh dan menatap sang Ibu dengan mata merah penuh amarah, gadis itu berlari dan menghambur ke dalam pelukan sang Ibu.

"Ibu, aku sangat kesal. Hari ini aku berniat memberi hukuman 50 cambuk pada pelayanan Arsy, tapi Kakak pertama datang dan menghentikannya. Aku sangat kesal melihat Kakak pertama sangat sayang pada pelayan rendahan itu."

Sekar Wangi membalas pelukan sang buah hati, hatinya ikut marah mendengar cerita putri kesayangannya tersebut.

"Pangeran Mahkota memang sangat keterlaluan, bisa-bisanya dia ikut campur antara majikan dan pelayanan."

Perlahan Ne Shu melepaskan pelukannya pada sang Ibu dan memandang wanita itu sedih."Ibu, tolong berikan ku keadilan."

Sekar Wangi mengangguk."Kamu tenang saja, Ibu pasti akan memberikan keadilan untuk mu."

Ne Shu merasa sangat senang, rasanya tidak sabar melihat Arsy dihukum.