webnovel

Episode 7

Episode 7

Arsy dan Ezra melebarkan matanya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya artinya anak dan Ibu sama-sama jahat. Ezra hendak protes karena tidak tega membayangkan sahabatnya dipukul menggunakan papan tapi ditahan oleh Arsy, karena tidak ingin sahabatnya itu terkena masalah kalau harus membela dirinya.

Ezra hanya bisa terdiam menerima semua dengan rasa terpaksa disaat para pelayan membawa sang sahabat pergi untuk dihukum, ia segera pergi setelah mereka tidak terlihat mencari keberadaan sosok Pangeran bersurai kuning keemasan Panjang karena yakin bahwa sang Pangeran akan menyelamatkan sang sahabat.

Acara perayaan …

Berbagai murid dari perguruan terkenal dan terkemuka seluruh penjuru negri berkupul di alun-alun kerajaan, mereka menempati tempat yang telah disedikan tidak lupa para utusan dari berbagai negara juga turut diundang seperti para Pangeran kerajaan tetangga juga para Putri yang cantik jelita.

"Salam, Yang Mulia," sapa Nawang Wulan saat berpapasan dengan Zein. Sang Pangeran Mahkota hanya mengangguk sedikit kemudian kembali berjalan tanpa menyadari bahwa Putri cantik tersebut akan dijodohkan dengannya.

Zein melangkah ke arah kerumunan penonton dari rakyat kecil meski telah disediakan tempat khusus untuk dirinya, di tempat itulah ia menikmati pertandingan babak penyisihan .

Diam-diam Nawang Wulan mencuri pandang dari sang Pangeran, ia tersenyum sendiri mengingat bahwa dirinya akan dijodohkan dengan Zein.

Dari atas singgahsana, Jaya Negara dan Prameswari tersenyum simpul melihat sang buah hati yang berada di tengah-tengan kerumunan rakyat kecil , pandangan mereka bergulir pada Nawang Wulan, gadis cantik itu terus mengikuti sang buah hati hingga ikut berdiri di tengah kerumunan rakyat menyaksikan babak penyisihan.

"Yang Mulia, bagaimana pendapat Anda tentang perayaan ini?" tanya Nawang Wulan sambil memperhatikan pertandingan di atas panggung.

"Bagus."

Nawang Wulan menoleh ke samaping mendengar jawaban singkat Zein, pandangan mata itu tidak sedikitpun ke arahnya melainkan ke arah pertandingan seakan dirinya sama sekali tidak ada.

"Saya merasa sangat senang dan merasa menjadi wanita paling beruntung karena akan menikah dengan Yang Mulia."

Zein mengerutkan kening mendengar ucapan Nawang Wulan, ia menoleh ke samping dengan dahi berkerut."Apakah ada sebuah kesalah pahaman di sini?"

Nawang Wulan menatap Zein penuh tanda tanya, ia pikir kalau pria tersebut sudah mengetahui kalau mereka telah dijodohkan tapi melihat ekspresi Zein sepertinya tidak tahu apapun.

Drag…

Drag …

Ezra terus berlari mencari keberadaan sosok pria bersurai kuning keemasan Panjang."Yang Mulia Pangeran Mahkota!" Dia berterian memanggil dengan harapan pemilik gelar tersebut akan mendengar teriakan darinya.

Tanpa perduli rasa lelah dan letih, kaki terasa mau lepas ia tetap berlari semua dilakukan demi sahabat tercinta.

Mahesa mengalihkan perhatiannya mencari sumber suara yang memanggil majikannya, terlihat Ezra berlari kebingungan dengan wajah panik dan khawatir, ia pun keluar dari kerumunan penonton dan menghampiri gadis tersebut.

"Nona, kenapa kau berteriak? Apakah ada masalah?"

Ezra menghentikan larinya, nafasnya terengah-engah dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskan, yang ia tahu hanya ingin bertemu dengan Zein Zulkarnain.

"Tuan, saya harus bertemu dengan Yang Mulia Pangeran Mahkota. Hanya Yang Mulia yang mampu menolong Arsy."

"Arsy?" beo Mahesa bingung.

"Tuan, tolonglah saya. Biarkan saya bertemu Yang Mulia, Arsy akan dihukum dengan 50 pukulan papan. Dia akan tiada kalau pukulan itu dilakukan." Ezra kesal karena Mahesa tidak segera mempertemukan dia dengan Zein sedangkan sahabatnya harus segera ditolong.

Zein Zulkarnain mengalihkan perhatiannya pada Mahesa ketika melihat pengawal pribadinya tersebut seperti mendapatan masalah, ia pun melangkahkan kaki menghampiri sang pengawal.

"Apa yang terjadi?" Zein berjalan elegan menghampiri mereka berdua, ia sengaja meninggalkan Nawang Wulan karena merasa tidak nyaman ketika bersama wanita tersebut, apalagi kalau membahas masalah perjodohan.

Bruk …

Ezra langsung berlutut di depan Zein dengan kepala terangkat dan mata berkaca-kaca."Yang Mulia, tolong selamatkan Arsy. Putri Ne Shu akan memberikan hukuman pukulan 50 papan, itu sama saja memberinya hukuman mati."

"Kenapa dihukum?" tanya Zein penasaran.

"Karena Arsy memenuhi perintah Yang Mulia untuk melanjutkan penjelasan tentang pedang Pelangi, Yang Mulia Putri menganggapnya lancing dan memberinya hukuman," jelas Ezra panik.

Tanpa mengatakan apapun, Zein langsung berjalan meninggalkan Ezra bersama Mahesa menuju tempat Arsy duhukum. Gadis itu bangkit dari posisi berlutut dengan bantuan Mahesa dan mengikuti langkah kaki sang Pangeran Mahkota.

"Pangeran tidak berkata apapun tapi langsung pergi, sebenarnya mau menolong atau tidak?" gumam Mahesa. Ezra tidak menghiraukan gumaman pria tersebut, ia terus berjalan mengikuti Zein.

Taman belakang pavilion Mei Gui.

Arsy berlutut di hadapan Ne Shu, terdapat dua pengawal di belakang gadis itu yang satunya memegang papan kayu siap untuk memberikan pukulan terhadap Arsy. Gadis itu sudah pasrah denga napa yang akan menimpanya, meski begitu ia tetap berharap Zein akan datang menolong.

"Pukul!" perintah Ne Shu.

Pelayan cantik itu memejamkan matanya bersiap menahan sakit yang akan menghantam tubuhnya.

"Ne Shu."

Zein melangkahkan kaki menghampiri saudarinya kemudian mengalihkan perhatiannya pada Arsy, pelayan cantik itu nampak ketakutan, baju belakangnya juga kotor seperti baru menerima pukulan beberapa kali.

Ia melihat pelayan masih memukul gadis itu dan Ne Shu sedikit pun tidak perduli meski dengan kehadirannya.

"Berhenti!"

Pelayan pemukul itu menghentikan pukulannya, mereka memandang Ne Shu dengan penuh tanda tanya seakan ingin mengatakan lanjut atau tidak.

Zein berjalan beberapa langkah mendekati Arsy kemudian mengulurkan tangan mengangkat tubuh ringkih tersebut dalam gendongannya.

"Ne Shu, kali ini aku tidak akan membuat perhitungan denganmu. Lain kali, kalau kau berani menghukum seseorang yang menuruti perintah ku ... Aku akan mengembalikan hukuman itu padamu," katanya tanpa memandang saudarinya tersebut.

Zein melompat terbang melewati atap demi atap menuju kamar pelayan.

Ne Shu terbelalak mendengar ucapan Zein, tubuhnya menegang ketakutan, kesal tapi tetap tidak berani melawan sang Pangeran Mahkota.

"Arsy, berani sekali kau menggoda Kak Zein. Aku tidak akan pernah melepaskan mu," geramnya.

***

Ezra berdiri mondar-mandir di depan kamar Arsy dengan gelisah, Mahesa pusing sendiri melihat wanita itu seperti setrika yang tak bisa diam.

Tak lama kemudian, Zein datang dengan Arsy berada dalam gendongannya.

Ezra panik melihat noda darah di baju sang sahabat, ia pun segera berjalan menghampiri sahabatnya."Arsy, apa kau baik-baik saja? Mereka sangat kejam, orang -orang Istana itu tidak punya perasaan."

Arsy malu sendiri dan merasa enak hati pada Zein mendengar ucapan Ezra, bagaimana pun juga pria itu juga orang Istana tapi tidak kejam seperti apa yang dikatakan sang sahabat.

"Ezra, aku baik-baik saja. Yang Mulia datang tepat waktu."

Ezra terdiam kaku ketika mengingat kembali apa yang dia ucapkan, ia memberanikan diri memandang paras rupawan tersebut.

"Orang istana memang kejam, tapi lebih kejam mana dengan mu? Kau membiarkan sahabat mu terluka tanpa membuka pintu kamar," kata Zein datar.

Ezra dan Arsy tersenyum dalam hati mendengar ucapan Zein, mereka tidak menyangka kalau sang Pangeran suka dendam.