Seorang pria sedikit tua datang ke perempatan rumah yang sempit dan kotor.
semua orang disana mendengus dan mulai bergosip ketika orang baru memasuki wilayah mereka.
pria itu hanya bersikap tidak peduli sambil sebelah tangannya memegangi kertas..
_
_
_
Tok Tok
pria itu berhenti di rumah yang lumayan kecil bercat putih yang sudah terkelupas.
dia mengetuk pintu rumah itu. sambil sesekali meneriakkan namanya.
"Matsaka!!" serunya.
Tidak lama seorang gadis yang cukup tua membuka pintu itu. ia melihat dengan kedua mata sendu yang sudah berlingkar hitam di bawahnya.
"ah kau, ada apa kemari?" tanyanya pada orang itu.
Orang itu menyerahkan sebuah kertas yang sedari tadi ia pegang. Gadis yang memiliki rambut pirang dengan kedua mata biru memudar itu hanya menerima kertas itu dan sekilas membacanya.
"aku bukan detektif lagi, berhenti mengantarkan kasus kasus padaku" seru perempuan itu menyerahkan lagi lembaran itu.
Orang itu hanya tersenyum, ia tau gadis itu masih mencari anaknya yang sudah menghilang beberapa tahun yang lalu.
"Aku tau apa kau sudah menemukan gadis mu itu?" tanya pria itu.
Gadis itu mengeleng lagi. ia menunduk dengan wajah pucat. Pasti ia tidak makan teratur selama beberapa tahun ini.
Srek
tiba tiba ada seorang wanita yang menyentuh pundak pria pendatang itu. Dia memandang ke arah pria itu dengan tatapan penuh gairah..
"Tuan, kau benar benar tidak mau bermain denganku?" tanya gadis itu.
"Tidak ia akan bermain denganku. kau kan sudah datang kesini...ayolah bermain dulu" seru seorang wanita lagi datang ke sebelah nya.
Pria itu menggeleng. ia menarik tangan matsaka untuk masuk kerumahnya. daripada meladeni para tetangganya yang merupakan pelacur itu .
di balik itu. para wanita itu saling berbisik. mereka menatap sinis kearah matsaka. sehingga membuat matsaka merasa semakin down.
srek
setelah pria itu melepaskan genggamannya. matsaka langsung menutup pintu dan mengambil tempat duduk di sofa.
"Kenapa kau kesini?, bukan kah kau tau daerahku sekarang ini adalah daerah apa?" seru matsaka menautkan kedua alisnya marah.
"kau jangan marah begitu. aku tentu saja tau daerahmu ini sangat kotor dan bau. kenapa kau tidak pindah saja dari sini?" seru pria itu.
wanita itu mengeleng. ia menatap sekitaran rumah nya yang sama buruknya seperti dirinya.
"aku tidak punya uang lagi, bagaimana pun aku harus tetap menghidupi mitsuka. ia satu satunya anak lelaki yang aku punya" seru matsaka memandang sendu ke depan.
pria itu memandang temannya yang merupakan detektif terkenal dulu. ia memaksa pensiun untuk mencari anak perempuan nya. kasihan gadis ini dulunya memiliki banyak teman.
tetapi sejak ia kehilangan Mitsuki yang merupakan anak perempuan satu satunya. ia sering berhalusinasi sehinggga ia terpaksa pensiun. semua orang menjauhinya menyalahkan nya karena kehilangan anaknya.
"aku yakin kau akan mendapatkan uang lagi jika kau memecahkan misteri ini" seru pria itu kembali meyakinkan salah satu teman nya itu.
matsaka memandang dengan wajah pucat karena ia sama sekali tidak mengurusi badannya.
"memangnya kenapa?, kenapa ini menjadi sangat berbahaya?" tanya matsaka meraih poster itu dan membacanya sekilas.
Pria itu kembali pada posisi serius. salah satu korbannya adalah anaknya, dan masih banyak kali korban lainnya.
"poster ini tersebar di seluruh jalanan. aku yakin ia adalah pembunuh bayaran dan semua orang yang pernah ikut didalamnya. Tidak pernah kembali. mereka yang kembali hanya terdiam dan sama sekali tidak membicarakan tentang poster ini" seru pria itu panjang lebar.
Matsaka kembali memandangi poster itu. jika saja ia bisa membahagiakan Mitsuki waktu itu. jika saja ia bisa mengerti apa yang dirasakan Mitsuki.
mungkin saja sekarang ia tidak akan seperti ini. menjadi berhalusinasi, dan juga mencari Mitsuki tanpa henti.
matsaka mengenggam kertas itu. ia melayangkan senyum tipis setelah sekian lama pada wajahnya.
"akan kucoba"
pria itu tersenyum, akhirnya setelah sekian lama teman perempuan nya ini akan bangkit dan kembali beraksi.
_
_
_
_