webnovel

Perjuangan cinta Rayen

Erwingg · Realistic
Not enough ratings
10 Chs

Bab 5 : Makan Malam

***

      Ratna telah mencoba menerima kehadiran Eva sebagai pacar anaknya, Rayen. Tetapi tampaknya itu adalah hal yang amat sulit. Memikirkan memiliki menantu berasal dari keluarga anak pelayan membuat kepala Ratna semakin lama kian terasa pening.

        Sampai suatu hari, dia memikirkan sebuah ide. Ratna berpura-pura menyayangi Eva. Dia mengundang Zaenab dan putrinya Eva untuk makan malam bersama mereka di istana itu. "Mama serius mengatakan itu?" Rayen antusias saat mendengar perkataan ibunya. Rayen tidak berpikir sedikit pun kalau ibunya hanya mau mempermalukan Eva.

       "Tentu, Sayang. Mama akan melakukan apa saja demi kebahagiaan kamu. Bahkan menerima anak pembantu pun Mama siap. Mewujudkan kebahagiaanmu bukanlah sesuatu yang sulit, Nak." Begitu kata Ratna diiringi sebuah senyuman hangat.

         "Terima kasih, Ma." Rayen memeluk ibunya sangat erat--bentuk dari rasa syukurnya. "Rayen," ujar Ratna, "katakan pada Eva dan ibunya untuk memakai pakaian bagus." Rayen mengangguk. Setelah itu dia memberitahu tahu Eva untuk siap-siap makan malam bersama orang tua Rayen.

           "Ibuku sudah menerima dirimu, Eva! Mama sangat ingin mengajak kau dan ibumu makan malam bersama kami." Rayen tidak berhenti mengukir sebuah senyuman saat bicara kepada Eva. "Benarkah?" Eva membalas antusias kemudian mengernyit beberapa detik berikutnya. Dia merasa ada sesuatu yang aneh.

         "Iya, benar. Itulah sebabnya Mama mengajak kau dan ibumu makan malam bersama. Dia ingin mengenal kau dan ibumu lebih jauh." Rayen merasa lega sebab kisah cinta antara dia dan Eva kini tak terhalangi lagi. "Apa yang aku bilang waktu itu, semuanya benar. Mama pasti cuma butuh waktu menerima dirimu. Lihat 'kan."

        Rayen sumringah. "Benar. Kau benar. Aku akan beritahu ibuku." Eva masih belum percaya kalau ibunya Rayen mau menerima Eva begitu mudah. Meskipun Ratna menerima Eva hanya sebagai pacar Rayen saat ini, namun Rayen sudah berniat menikahi Eva saat usia keduanya menginjak 20 tahun. Apa reaksi Ratna bila tahu niat itu? Tentu dia akan gusar.

          "Kau pergilah katakan pada ibumu." Dan Eva benar-benar pergi ke kamar ibunya, kamar seorang pelayan rumah. Di rumah Rayen ada 10 pelayan. Ada yang khusus membereskan lantai tiga, lantai dua, lantai satu dan bagian luar rumah. Zaenab dan Eva mendapat tugas membereskan rumah di lantai bawah.

        "Ibu," panggil Eva. Zaenab barusaja menunaikan sholat ashar. Mukenah berwarna merah jambu masih melekat di badan wanita itu. "Ada apa, Eva?" Zaenab melepas pakaian sholat yang melekat dalam dirinya. Dia melipat mukenah itu sembari memandang serius kepada putrinya. 

         "Nyonya meminta kita makan malam bersama mereka," ujar Eva pelan. Zaenab tentu saja terkesiap mendengar pengumuman dari Eva. Dia menaruh mukenah yang sudah dilipat di atas meja dengan perasaan terkejut bukan main. "Untuk apa? Mengapa mereka mengajak kita makan malam?" Zaenab mengambil duduk di pinggir ranjang sembari membayangkan mereka makan bersama di depan Nyonya besar di rumah itu.

          Zaenab memahami bahwa Ratna bukanlah wanita yang mampu menerima orang lain dengan gampang. Ratna selalu memikirkan status sosial seseorang. Semua teman se-pergaulan Ratna merupakan sosialita ternama. "Rayen menyebut kalau Nyonya mau mengenal kita lebih jauh." Zaenab tidak bicara apa-apa. Dia masih tidak memahami situasi ini.

          "Apa yang Ibu pikirkan? Kenapa Ibu tampak sangat serius." Eva merasa bersalah sebab ibunya sudah melarang dia dekat dengan Rayen dan Eva malah menerima cinta lelaki itu. "Tidak ada. Ibu hanya sedikit cemas." Zaenab takut kalau Ratna akan mempermalukan dia dan putrinya.

         Eva mengusap pundak ibunya seraya bertutur, "Semua akan baik-baik saja, Bu. Rayen sudah mengurus segalanya. Ibu tidak usah khawatir. Kita hanya perlu memakai pakaian bagus." Eva masih ingat jelas permintaan dari Rayen sebelumnya.

          Zaenab berusaha tenang. Akan tetapi perasaan tenang tak pernah hinggap di dalam jiwanya. Perasaan gelisah itu laksana hantu yang meneror pikiran wanita itu. Sampai pada akhirnya Zaenab dan Eva duduk di ruang makan di hadapan majikannya.

       Ratna melirik Zaenab seakan wanita itu hanyalah sebuah lelucon. "Jadi berapa harga pakaian yang kaupakai itu? Aku merasa pakaian itu sangat bagus." Itu bukan pujian. Tapi Rayen terlalu polos, dia mengira ibunya sedang menyukai pakaian Zaenab. "70 ribu, Nyonya. Pakaian ini tidaklah bagus. Pakaian Nyonya lebih mewah. Pasti harganya sangat mahal."

        Zaenab mengerti sekarang. Ratna hanya ingin menekankan bahwa level Zaenab dan putrinya jauh di bawah majikannya. "Oh. Kau ini bisa saja. Pakaian yang kupakai sangatlah murah. Cuma 20 juta rupiah. Teman-temanku justru belibpakaian di atas 50 juta."

          Rayen melirik ibunya, dan Ratna paham maksud putranya Ratna pura-pura berujar, "Aku tidak bermaksud--" Ucapan Ratna terpotong sebab Zaenab cepat-cepat menimpali kalimat wanita itu.

        "Tidak apa-apa." Zaenab berusaha bertahan di tempat itu setelah Ratna barusan menampar harga dirinya. "Ayo makan," seru Budi yang sedari tadi diam. Semua orang mulai makan.

          Ratna mengamati Eva yang tidak tahu menggunakan pisau dengan baik. Eva tak terbiasa makan pakai garpu atau sekadar memotong daging dengan pisau. Dan itu kesempatan bagi Ratna mengejek gadis itu.

        "Astaga, kau ini seperti bayi, Sayang. Sini biar aku tunjukkan cara memotong daging." Ratna melangkah mendekati Eva. Suasana sangat tegang, Eva merasa begitu malu atas ketidaktahuan dia. Eva terbiasa makan pakai tangan. Dan ketika dia makan dengan perlengkapan lengkap, rasanya aneh.

        "Maaf merepotkan Tante," kata Eva pelan. Ratna pura-pura sumringah. Itu baru permulaan. Ratna membiarkan Eva dan ibunya menyantap kudapan dengan lahap. Lalu setelah hidangan mereka sudah separuh habis, Ratna bertanya, "Aku mau bertanya sesuatu, Zaenab. Apa kau tidak apa-apa?"

         "Katakan saja, Nyonya." Zaenab meneguk air di hadapan dirinya. Dia amat takut dengan pertanyaan ibunda Rayen. Apa lagi yang akan ditanyakan wanita itu. "Aku ingin tahu banyak tentang Eva. Apa kau bisa menjelaskan kepadaku tentang karakternya? Maksudku kebiasaan Eva. Aku penasaran akan sosoknya."

        "Aku tidak mau memuji putriku. Tetapi selama ini Eva sangat penurut. Dia suka menolong orang. Hatinya sangat baik. Aku sangat bangga kepada Eva. Aku sangat mengharapakan dia sukses." Eva terharu mendengar ungkapan dari ibunya. Mata gadis itu berkaca-kaca--nyaris menangis.       

        Zaenab tak pernah memuji kebaikan Eva. Dia amat tegas, dan sekarang? Eva sungguh bahagia melihat rasa sayang yang diutarakan ibunya. "Oh ya? Eva terdengar sangat baik. Apakah dia juga sangat penurut kepada pacarnya?" Mata Zaenab membelalak, dia tidak tahu persis maksud dari Ratna. Namun dia cukup paham kalau itu pasti sebuah hinaan.

        "Dalam konteks kebaikan, Eva penurut terhadap pacarnya namun Eva menolak setiap ajakan yang buruk dari pacarnya. Aku tahu Eva karena akulah pacarnya," bela Rayen.

Ratna menyeringai seraya berucap, "Apakah pergi ke kelam malam adalah tindakan yang baik? Karena Mama menemukan video Eva di kelab malam." Perkataan Ratna memukul harga diri Eva habis-habisan. Dari mana Ratna mendapatkan video itu? Eva merasa hidupnya telah hancur. Apa yang akan terjadi selanjutnya kepada dirinya.