webnovel

Perjalanan SULUK di Jalanan 21 Hari # Part. 01

PERJALANAN SANG SALIK KAKI PALSU

CHAPTER 05.

PERJALANAN SULUK DI JALAN

HARI PERTAMA

(Berangkat Lelaku SULUK "Ngedan" 21 hari )

Pada saat ingin melakukan Ngedan 21 hari, Arjuna bermaksud jalan pagi hari sehabis sholat subuh, dari majelis pusat tetapi setelah sholat subuh Arjuna malah ngantuk dan tidur, setelah Sholat dzuhur barulah Arjuna jalan Ngedan sendiri selama 21 hari Setelah ijin dan minta doa nya, kepada beberapa santri mukim di majelis. Dia berangkat dari majelis dan tidak sadar, bahwa aspal saat siang hari panas sekali, oleh karena itu Arjuna menyusuri jalan dengan jalan diatas tanah agar tidak panas. Abis pada waktu adzan Ashhar saja Arjuna baru berjalan 1 Kilometer saja.

Setelah sholat Ashar, melanjutkan perjalanan arah jalan Pantura yang Kalau dihitung dari majelis sampai Jalan Pantura itu hanya 3 KM dan ditempuh dalam waktu 6 jam. Arjuna tak kuat jalan karena kadang kaki palsu nya lepas-lepas, kurang pas, longgar, sakit benturan, tetapi tetap jalan. Jadi paling lama Arjuna jalan 300 sd 500 meter dia istirahat dulu membetulkan kaki palsu nya dan selalu berhenti untuk sholat di mesjid, jam sholat 5 waktu.

Di Pantura Arjuna berjalan sekitar 3 km saja dan dia mengarah ke kuningan melalui jalan utama babakan ke arah Pabuaran kidul. Malam pertama dia menginap tidur di Mesjid di dekat pasar Gebang.

Pada hari pertama jalan, Arjuna dikasih makan oleh sebuah warung nasi dan warung kecil dan mendapatkan rokok hanya 2 batang saja. Puji syukur Alhamdulillah, ujian Tawaqal telah diusahakan dijalankan dan akhirnya mendapatkan rejeki yang tidak disangka-sangka dari orang lain.

Setelah sholat maghrib dan Isya, di mesjid dekat sana dan melakukan dzikir waqiah, maka dilanjutkan perjalanannya ke arah pasar Gebang. Panas aspal Pantura pada malam hari, masih berasa hangat dan Arjuna terus berjalan di sebelah kanan jalan, agar bisa melihat kendaraan di depan nya yang melintas. Berjalan sampai jam 12 malam dia baru istirahat di Mesjid Pasar Babakan.

***

HARI KEDUA

Pagi setelah sholat subuh dan sholat sunah Dhuha, Arjuna melanjutkan perjalanan ke Arah Pabuaran Kidul. Dan bermalam di sekitar pasar pabuaran kidul.

Dari jalan Pantura sampai Pabuaran Kidul sejauh 7 km ditempuh dengan jalan 12 Jam dan selama hari itu dia dapat makan Ketoprak, nasi pecel lele, rokok 6 batang dan minum.

Perjalanan panas disekitar jalan yang dilalui Ngedan tidak dihiraukan oleh Arjuna.

***

HARI KE TIGA

Pada malam hari ke dua dia tidur di Pom bensin dan setelah menjalankan sholat Subuh di mesjid sekitar itu, Arjuna masih belum jalan menunggu sholat dhuha barulah dia jalan lagi keliling ke arah Ciledug.

Hari itu Arjuna sangat lelah dan tidak banyak jalan, kadang tidur di emperan toko dan berjalan lagi, ketemu lah dia mushola di daerah Waled. Mushola kecil itu Arjuna sholat maghrib dan Isya. Setelah sholat Isya melakukan dzikir waqiah dan membaca surat Al-Khafi. Setelah selesai itu semua, Arjuna dikasih makan malam dan kopi segelas. Alhamdulillah, sambil berbincang-bincang dengan jamaah Mushola. Banyak yang menanyakan mengenai tujuan Arjuna melakukan amaliah Ngedan ini. Mereka hanya faham dan menyangka Arjuna sedang melakukan perjalanan Musafir. Tetapi diluruskan kepada mereka bahwa Ngedan berbeda dengan musafir.

Hari itu Arjuna juga mendapatkan uang dari orang-orang sekitar 75 ribu, tetapi Arjuna memberikan nya lagi kepada beberapa orang seperti nenek jompo, Pemulung, tukang jual batu cobek dan lain-lain. Karena Arjuna tidak boleh jajan.

Setelah dia bermalam di sekitar Mushola, maka Arjuna sholat Subuh disana. Malam itu dia mendapatkan makan malam dari pemilik Mushola dan rokok dari ketua DKM mushola satu bungkus.

Alhamdulillah rejeki itu selalu ada bila kita tetap yakin kepada Allah. Ngedan itu seperti amaliah”MATI SEBELUM MATI." Kita meninggalkan dunia ini seperti MATI, meninggalkan istri, anak, rumah, harta, mobil, motor, uang, jabatan, harta benda dan lain-lain hanya untuk mendapatkan Ridho Allah dan meningkatkan Tawaqal kita kepada Allah.

***

HARI KE-EMPAT

Setelah Sholat subuh dan sholat Dhuha, Arjuna menjalankan perjalanannya ke arah Kuningan. Dia berjalan sepanjang jalan sebelah kanan jalan karena sehingga dia bisa melihat ke depan kendaraan yang lewat sehingga bisa menghindar Kalau ada kendaraan yang melintas.

Perjalanan hari ke empat ke arah kuningan mulai menemui jalan menanjak, jadi tidak jauh dia berjalan sekitar 4-5 km saja per hari yang bisa ditempuh. Telapak Kaki palsu nya juga mulai hitam karena terkena aspal panas dan ditelapak bawahnya mulai ada yang sobek.

Walaupun susah berjalan dengan kaki palsu, tetapi Arjuna hanya merasakan satu kakinya yang terkena aspal panas yaitu kaki sebelah kirinya, karena sebelah kanan nya memakai kaki palsu.

Perjalanan hari ke empat ini, seperti biasa setiap sholat dia pasti mampir ke mesjid atau mushola terdekat dia berhenti. Ada yang kasih rokok dan ada yang kasih gorengan hari itu. Walaupun panas mentereng dan malamnya dingin sekali tak pernah sakit, aneh yaa??

***

HARI KELIMA

Hari itu pagi-pagi sekali, hujan deras dan dia akhirnya menahan diri untuk pergi dan mengisi kegiatan dengan berdzikir di mesjid di sebuah desa pinggir jalan ke kuningan. Mesjid yang kecil itu tapi bersih dan rapi. Dalam waktu menunggu hujan itu setelah selesai berdzikir karena hujan sudah mulai kecil dia bersiap-siap untuk berjalan kembali.

Tak lama dia sedang mengganti baju Ngedan nya, ada bapak-bapak membawa dua bungkus nasi yang isinya Nasi ayam goreng lengkap, dan bersyukurlah Arjuna pagi itu, Allah sudah memberikan makan kepada dia,

”Pak ini ayuk kita makan berdua, ini istri saya sudah siapkan dua bungkus untuk kita makan,”sapa pak tua.

”Iya pak terima kasih sekali,” kata Arjuna.

Pak tua itu, kerjaannya sebagai tukang parkir di pasar Pabuaran Kidul dan dia harus naik motor ke tempat kerjanya. Tetapi hari itu dia ada keperluan keluarganya, jadi hendak berangkat siang hari. Subuh itu pak tua ternyata melihat saya dan kantung keresek saya waktu saya mau mengambil buku waqiah dan Khafi. Sehingga dia yakin kali saya musafir yang berbeda.

Makanya dia bilang ke istrinya, kalau dia mau makan dengan Arjuna di mesjid abis hujan berhenti, dan beruntung dia bisa memberikan nasi itu kepada Arjuna. Berbincang disana, sambil dia juga memberikan bekal rokok yang hanya tersisa 6 batang.

“Pak Arjuna, ini rokok nya cuma sedikit, saya tidak bisa kasih apa-apa ini pak, bawalah rokok nya semua, syukur-syukur bisa menemani bapak di jalan”, kata pak tua setelah itu dia pamit untuk kembali ke rumah.

“Terima kasih pak semoga apa yang bapak kasih ke saya ini dibalas Allah dengan berbagai kebarokahan dalam hidup bapak dan keluarga” kataku.

"Amin pak, hati-hati di jalan,” katanya.

“Ya pak...terima kasih,” kataku. Memang tak mungkin masuk diakal seorang bapak tua yang miskin dan pas-pas an hidupnya memberikan sedekah makan dan rokok kepada Arjuna.

Arjuna pun hanya bergumam ”Semoga Allah ridho dengan semua nya pak” aamiin....

***

HARI KE ENAM

Tak terasa, sudah lumayan jauh Arjuna berjalan dan mungkin 4 km dia berjalan, mungkin karena aspal nya tidak panas karena abis hujan dan udaranya dingin jadi dia merasa nyaman, berjalan jarang berhenti. Waktunya sholat dzuhur sebelum tanjakan dia berhenti dan mampir untuk solat.

Banyak sekali orang yang sholat, karena dekat dengan beberapa kampung disana, banyak yang melihat dia sambil berbisik-bisik. Tak dianggap oleh Arjuna dan terus berdzikir menyelesaikan yang harus dikerjakan.

Setelah berganti pakaian kembali tiba-tiba dia dipanggil oleh seorang yang pakai seragam pemerintahan, dia mengajak duduk di depan mesjid.

“Mau kemana mas?” tanya dia.

”Jalan saja pak ke arah sana,” kata Arjuna menunjuk ke arah jalan ke kuningan.

“Sudah makan belum?” tanya nya.

“Belum pak,”sahut Arjuna.

“Ya, sudah yuk kita makan disana,”katanya sambil menunjuk warung kecil cuma rame sekali pengunjungnya.

“Boleh pak,” kataku.

Sampailah di warung itu dan dia berkata kepada pemilik warung,

”Neng, ini kasih makan apa saja yang dia mau, minumnya es teh manis ya dua, saya nanti saja makannya,” kata dia.

“Ya bos...” sahut perempuan muda yang disapanya.

“Pakai apa mas?” tanya dia.

“Apa saja mbak, silahkan saja,” kataku.

Akhirnya dia kasih lauk ayam bakar, sayur sop, tempe 2 potong dan keripik udang. Kemudian saya makan.

“Alhamdulillah pak, terima kasih banyak,” kataku.

”Tambah mas, silahkan jangan malu-malu, nanti saya yang bayar semuanya,” kata dia.

“Sudah pak, cukup saja,” kataku.

“Ini rokok nya mas,”sambil memberikan rokok yang dia bawa, dan aku ambil sebatang.

Nikmat sekali yang Kau berikan ya Allah...alhamdulillah ya Allah.

“Mas, tujuan nya apa kok melakukan perjalanan seperti musafir gini? Bajunya kok kotor mas? mau saya kasih buat ganti nya?” kata dia.

“Tidak usah pak, memang saya harus memakai baju ini saja sampai selesai selama di jalan dan saya harus mengikuti perintah pak,” kata Arjuna.

“Ya sudah, kalau sarung mau?” tanyanya lagi.

“Sama pak, tidak usah, tetap harus seperti ini saja,” kataku.

“Mas, mau ke arah kuningan? memang berapa hari perjalanan nya mas?” tanya dia selidik.

“Ini hari ke enam pak, saya harus menjalani 21 hari sampai ke majelis lagi,” imbuhku.

Tak lama dia mau kembali ke kantor dan membayar semua nya dan membelikan saya rokok sebungkus,

”Ini mas bawa buat di jalan,” katanya dan dia juga membelikan Arjuna gorengan 6 potong.

Arjuna melanjutkan kembali perjalanan ke arah depan, setelah lewati tanjakan panjang dia istirahat di warung jual mie ayam. Beristrahat dan membuka kaki palsu nya yang panas dan dia lihat agak lecet kaki bawahnya, kemudian Arjuna siram dengan air yang dia bawa.

Setelah sekitar 20 menit dia diamkan sambil merokok dan minum air putih, akhirnya dia pasang lagi kaos kakinya dan sengaja dia tambahkan dibawah nya kaos kaki bersih agak tipis agar bisa terganjal lebih empuk.

Sesudah selesai dia pasang kaki palsu nya dan dirasakan sudah tak sakit lagi, Arjuna meneruskan kembali perjalanan, kopi yang diberikan oleh penjual di warung itu juga sudah habis diminum.

Sampai dia istirahat lagi sebelum waktu Maghrib di sebuah mesjid lumayan besar dan bersih dia ganti pakaian Ngedan nya ke pakaian sholat nya dan dia berwudhu dan menjalankan sholat Sunnah.

Tak lama kemudian adzan Maghrib berkumandang, dan melaksanakan sholat maghrib berjamaah dan selesai dzikir ada bapak tua menghampiri nya.

“Bapak, sudah makan?” katanya.

“Oh belum pak, kenapa pak?” tanyaku.

“Mari pak ke depan kebetulan ada nasi bungkus buat bapak dari orang tadi ke sini, katanya buat bapak soalnya tadi sambil menunjuk ke arah bapak,” katanya.

“Baik pak, terima kasih,” kataku, tapi Arjuna belum mau makan tanggung sebentar lagi Isya.

Sambil berbincang-bincang saja dengan Marbot mesjid yang tadi bertanya padaku. Ternyata yang memberikan makan itu, imam ketua RW setempat.

“Assalamualaikum pak, eh iya bapak sudah makan? tadi saya titipkan nasi ke pak marbot,” tanya nya.

“Sudah saya terima pak, tapi belum saya makan, soalnya tanggung mau Isya sebentar lagi,” kataku.

”Terima kasih banyak pak, semoga Allah membalas kebaikan bapak,” kataku..

”Amiin”sahutnya.

Beberapa menit kemudian Azan Isya berkumandang,

”Alhamdulillah...yuk kita masuk,” katanya.

”Mari pak silahkan,” sahutku, sambil kemudian mengikuti dia ke dalam mesjid.

Setelah sholat sunnah dilanjut sholat Isya berjamaah dan dilanjutkan dzikir setelah sholat dan melanjutkan kembali membaca waqiah.

Setelah selesai, pak marbot menawarkan Arjuna untuk mampir ke rumahnya, dan saya ikut dengan dia ke rumahnya yang sederhana.

“Mari masuk pak,” katanya,

”Ya pak, terima kasih,” sahutku.

”Kopi hitam ya pak?” tanya nya, Arjuna mengangguk setuju.

“Beginilah rumah saya pak walaupun kecil tapi rumah sendiri dan saya hanya punya anak 2 dah dewasa, yang pertama laki-laki dan kedua itu perempuan baru mau lulus MAN.

”Alhamduillah pak..., bersyukur selalu kepada Allah,” sahutku.

“Maaf pak, bapak mau mandi?” katanya menawarkan ke Arjuna.

”Maaf pak, saya selama perjalanan Ngedan ini tidak boleh mandi,” jelasku.

”Badan saya bau ya pak?” kataku sambil mencium ke baju sholatku yang apek gak dicuci selama 6 hari.

“Hahahaha, tidak kok pak, cuma kalau bapak pengen mandi kan biar segar,” katanya.

“Tidak usah pak,” kataku.

Kopi nya diantar oleh anak bungsunya, namanya Indah, seindah wajahnya yang cantik, memakai jilbab, kulitnya putih dan hidung agak mancung sedikit. Matanya indah, dan dia berkata,

”Mari pak, silahkan kopi nya diminum,”sambil tersenyum indah.

“Wah, terima kasih mbak, senyumnya membuat hati saya deg-deg an pak..hahahaha..,” kataku. Indah senyum dan melangkah ke dapur kembali.

“Silahkan pak, diminum mumpung masih panas kopinya,” kata pak Budi setelah tadi dia menyebutkan namanya.Indah. Dia kembali lagi ke arahku sambil membawa pisang goreng yang masih panas dan tisue,

”Silahkan pak, mumpung masih panas,” katanya sambil meletakkan di atas meja.

“Makasih Indah, sekalian sini duduk,” kata pak Budi. Indah malu-malu kemudian duduk disamping pak budi.

"Ini pak Arjuna kenalin, terus katanya kamu ada sering sakit di betismu?”

“Pak Arjuna bisa ngobatin itu, dicoba mana betismu yang sakit" katanya. Indah ingin menarik celana panjangnya ke atas, tapi Arjuna melarangnya.

“Tidak usah diangkat mbak, sebentar ya saya coba obatin, mudah-mudahan Allah meridoi kesembuhan mbak Indah,” kataku.

Arjuna mulai mengobati dengan menggunakan ijin kyai, dan setelah 5 menit dia menarik energi buruk yang dibetisnya Indah berkali-kali dan akhirnya selesai.

“Coba mbak, jalan lagi,” kata Arjuna. Indah mulai jalan, jongkok berkali-kali dan banyak gerakan kaki dia coba.

”Alhamdulillah pak, aku sudah gak sakit lagi betisnya..,” kata Indah senang.

”Alhamdulillah, beneran indah?coba rasakan lagi...,” kata pak Budi lagi.

“Iya pak, sudah gak sakit lagi,” kata Indah berbinar matanya.

”Terima kasih ya pak, sudah gak sakit sama sekali,” kata Indah kepadaku sambil matanya terharu.

“Sama - sama Indah, saya hanya mendoakan saja yang menyembuhkan itu Allah, atas Ridho Allah mbak Indah bisa sembuh,” kataku lagi

“Alhamdulillah pak Arjuna, terima kasih banyak, yah,”sambil pak Budi menyalami Arjuna.

“Sama-sama, pak,” kataku.

Setelah itu mereka meneruskan ngobrol-ngobrol dengan seru.Tak berasa sudah jam 10 malam dan pak Budi menawarkan Arjuna untuk tidur di rumahnya, tapi Arjuna menolak dan pamit ke pak Budi.

“Saya tidur dekat mesjid saja pak, terima kasih atas kebaikan bapak,

”Wah, saya yang terima kasih pak,”sahutnya.

“Yuk, saya antar ke mesjid nanti saya keluarkan karpet kecil disana dan kita sekalian ngobrol lagi disana,” kata pak Budi sambil memasukkan pisang goreng nya ke dalam kantong plastik dan minta Indah untuk membuatkan kopi lagi dua gelas dan diantarkan ke mesjid.

Sesampainya di mesjid dia lalu mengeluarkan karpet hijau agak panjang dan mengeluarkan bantal satu,

”Ini pak silahkan, kalau mau istirahat silahkan,” kemudian dia duduk di atas karpet dan Indah pun datang ke mesjid membawa dua gelas kopi dan makanan kecil di toples. Dia kemudian pulang lagi dan tersenyum ke Arjuna sambil menganguk.

'Senyummu manis sekali Indah' batin Arjuna.

Aku mengeluarkan nasi bungkus yang di kasih oleh Pak RW, kemudian pak Budi mengambilkan air mineral gelas yang ada di dus dari dalam ruangan sebelah mesjid tempat menyimpan perlengkapan dan peralatan mesjid nya itu.

“Ijin makan dulu, pak Budi,” kata Arjuna

“Ya pak, silahkan, maaf tadi dirumah, saya tidak menyajikan makan malam buat bapak,” kata beliau.

“Ya, tidak apa-apa pak,”sambil ku makan nasi bungkus dari pak RW itu.

Setelah selesai kemudian mengambil gelas air mineral di dus, kemudian mengambil rokok sebatang dan menghisap nya.

Setelah itu pak Budi pamit pulang setelah kami berbincang-bincang mengenai Iman dan Ibadah secara hakikat.

“Silahkan pak, kalau mau istirahat saya pamit pulang dulu, Assalamualaikum,” katanya.

“Wa'alaiakumsalam,”jawabku.

Tak terasa setelah setengah jam Arjuna mengisap rokok 2 batang, sambil ngopi, dia akhirnya tidur.

Jam 4 pagi Arjuna terbangun dan mengambil air wudhu sambil terus sholat hajat 2 rokaat, sambil menunggu waktu beduk subuh, bersholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Sesudah sholat subuh dilanjut dengan dzikir, Arjuna duduk diluar sambil menghabiskan kopi yang sisa malam, ditemani rokok yang masih ada. Setelah sejam kemudian dia Sholat Dhuha.

Berganti baju Ngedan nya dan kemudian berjalan keluar mesjid. Pak Budi ternyata juga masih di mesjid dan memberikan rokok sebungkus,

”Maaf pak Arjuna, ini ada rokok sebungkus buat menemani bapak merokok di jalan.*

“Terima kasih pak atas semuanya, saya pamit dulu melanjutkan perjalanan, assalamualaikum,” kataku.

“Wa'alaikumsalam”.

***

Note. Terima kasih Para Pembaca yang setia! saya harapkan kalian berikan Komen di setiap bab dan berikan Like dan jadikan Novel saya ini di dalam perpustakaan anda! Kami akan selalu mendoakan kalian selalu sehat dan dalam Lindungan sang Pencipta, Aamiin...

PERJALANAN SANG SALIK KAKI PALSU

By . SKI