webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Saling Diam

Hanya ada dua hal yang paling mengganggu Ryan dari video itu. Kira memegang punggung Asisten Andi dan memberikan dua tangannya meminta. Sisanya semua wajar walaupun Ryan tetap tidak suka dengan keseluruhan Video. Disana Dilihatnya Kira bersedih, dilihatnya ada orang lain yang ingin menghibur Kira, dilihatnya dirinya sendiri menyakiti Kira.

"Apa yang harus Aku lakukan sekarang? Dia lebih terluka karena perbuatanku dibanding Aku." Ryan memegang bagian hidung diantara dua matanya, dengan jari tangannya seperti gerakan mencubit.

"Baiklah, Aku tahu apa yang harus Aku lakukan." gumamnya

Ryan keluar dari mobilnya.

"Andi!"

"Iya Tuan Muda"

"Push Up seratus kali!"

"Apaaa? Tuan Muda, apa maksudnya? Kenapa Aku jadi di hukum?" keluh Asisten Andi, tentunya ini hanya di ungkapkan dalam hati.

"Andi! Kenapa Kau Diam? Apa Kau tahu salahmu apa?" Ryan menunjukkan Video Kira memegang punggung Asisten Andi.

"Haduuuuh.. Mati Aku!" Asisten Andi ciut didalam hatinya. Dan tanpa berkata apa-apa lagi Dia push up seratus kali. Untuknya, hukuman ini lebih ringan daripada hukuman lain yang pernah diberikan Ryan bagi orang yang berbuat salah.

"hah.. Akhirnya, seratus kali selesai. Huff, sungguh melelahkan, sepertinya Aku harus pijat setelah ini." Asisten Andi sangat senang berhasil menyelesaikan hukumannya dan berdiri kembali. Siap mendengar perintah Tuannya.

"Man, Andi, pergilah!" mendengar perintah Ryan, Asisten Andi dan Pak Man hanya saling menatap.

"Beneran ini disuruh pergi?" Pak Man

"Aku belum pernah meninggalkan Tuan Muda kecuali setelah sampai dirumahnya selama sepuluh tahun terakhir ini. Apakah ini serius?" Asisten Andi.

"Hey, Kalian berdua dengar kataku tidak? Atau mau Aku ulangi lagi perintahku?" Ryan menatap dua orang kepercayaannya.

"Tidak, Tuan Muda, tapi.. Saya khawatir meninggalkan Tuan Muda disini sendiri, mohon maaf Tuan Muda, demi keselamatan Anda!" Asisten Andi membungkuk dan setengah menundukkan kepala.

Ryan berpikir sejenak. "Baiklah, Kalau Kalian khawatir, Kalian bisa mengikuti mobilku dengan Taksi. Tapi sekarang. Menjauhlah! Seratus meter! " Tangan Ryan mengibas-ibas menyuruh dua orang kepercayaannya pergi menjauh.

"memang apa yang akan dikatakan Tuan Muda sampai harus menyuruh menjauh seperti ini? Hah, merepotkan saja.. Beginilah kalau sudah ada benih cinta, semua orang direpotkan!" Asisten Andi sudah menebak sedikit apa yang akan dilakukan Tuan Mudanya

"Semoga Nyonya Muda tidak kenapa-kenapa.. Aku sangat khawatir dengannya. Usianya seumuran dengan anakku. Tuhan, lindungilah Nyonya Muda." Pak Man berdoa di dalam hatinya untuk Kira.

"Huff... Mereka berdua sudah pergi. Sekarang, bagaimana caraku meminta maaf?

Aku berbuat kelewatan tadi padanya. Menariknya sekasar itu ditempat umum." Ryan berjalan bolak balik disamping mobilnya, mencoba menyusun kalimat untuk meminta maaf pada Kira. Ryan tidak menyadari bahwa tak ada lagi pengunjung Mall saat Dia menarik Kira.

"Tuan Muda, apalagi yang sedang Anda lakukan? sudah setengah jam Tuan Muda hanya bolak balik seperti itu!" Asisten Andi sangat prihatin melihat Tuan Mudanya yang terlihat kebingungan.

"Duh, banyak nyamuk.. Semoga bukan nyamuk demam berdarah." Pak Man mulai menguap karena ngantuk.

"Baiklah.. Aku harus.. Harus.. Harus.. Hah, sudahlah, Aku buka dulu saja bagasinya."

Klek

Pelan-pelan Ryan menaikkan kap bagasinya. Mingintip sedikit. Pelan-pelan.. Tak ada gerakan. Wanita itu dalam posisi miring tak bersuara..

"ShaKira Chairunisa!" Ryan memanggilnya pelan

"Kenapa Dia tak menjawabku? Ah. Apa Dia pingsan kehabisan oksigen di dalam?" Ryan panik

"ShaKira Chairunisa!" Digoyangkan tubuh wanita di bagasi itu, yang masih tak bergerak.

"ShaKira Chairunisa!" Ryan memanggil lebih kencang dan menggoyangkan tubuhnya semakin kencang

"Aaaah... Maaaafkan.. Maaafkan.. Aku.. Aku ketiduran!" Kira terlonjak kaget dan bangun hingga kepalanya kepentok kap bagasi lagi dan diusapnya dengan tangannya.

"Ti.. Tidur?"

Kira mengangguk

"Kau.. tidur?"

Kira mengangguk lagi.

Ryan menaruh tangan kirinya memegang pinggangnya, tangan kanannya melonggarkan dasinya dan lalu mengacak-acak rambutnya, berjalan mondar-mandir.

"Tidur? Dia Tidur? Aku memikirkan cara meminta maaf padanya dari tadi, dan Dia tidur? Aku stress sendiri, Dia enak-enakan tidur? Dia juga kan berbuat salah! Bukan semua salahku! Dia tadi bersama laki-laki itu memancing emosiku! Dan Dia enak-enakan tidur???" Mata Ryan sudah melotot melihat Kira.

"Haduuuh.. Bagaimana ini.. Tadi Aku kecapekan kebanyakan menangis, jadi ketiduran dan kenapa ini masih di tempat yang sama?" Kira masih menerka-nerka apa yang terjadi karena menurutnya Dia sudah cukup lama dibagasi. Harusnya mobil sudah ga ada di Mall ini lagi.

"Keluar dari situ!" Ryan sudah memicingkan mata ke arah Kira.

"Ii..iya.." Kira keluar dan berdiri membelakangi bagasi mobil.

Ryan mengeluarkan telepon.

"Hey, Apa Kau sudah bosan hidup? Sudah jam berapa ini? Kenapa tak kembali ke mobil? Aku mau pulang! Supirmu juga ga ada! Bagaimana bisa Aku pulang? Cepat!"

"Huh.. Untung Aku belum pulang betulan! Kalau sudah pulang, repot banget mesti balik lagi ke sini!" Asisten Andi ngedumel jauh di lubuk hatinya.

Klik

Ryan mematikan telepon. Memasukannya ke kantong.

"Masuk ke dalam!" Perintahnya pada Kira.

"I..iya.." Kira mau naik lagi ke bagasi.

"Wanita ini.. Kenapa begitu bodoh?" Ryan sangat gemes dengan kebodohan Kira yang menurutnya sudah akut.

"Hey! Aku bilang masuk ke dalam. Bukan ke bagasi! Kau mau pulang jalan kaki, hah? Cepat masuk!" Ryan melangkah ke pintu mobilnya.

"Ehmm.. Masuk ke mana, suamiku?"

"Kauuuuu!" Ryan sudah berteriak kencang.

"Nyonya Muda, silahkan masuk!" Beruntung Asisten Andi sudah datang dan tahu maksud Tuannya. Langsung memperbaiki keadaan dengan membukakan pintu untuk Kira.

BUG

Pak Man menutup bagasi dsn langsung berjalan ke kursi pengemudi.

"Nyonya Muda.." Asisten Andi memanggil lagi.

"Eh, Iya.. Beneran Aku boleh masuk sini?"

"Masuklaaaah cepaaat Nyonya... Aku juga sudah ingin pulang.. Dan malas mendengar makian lagi!" Asisten Andi berharap cemas.

"Cepat masuuuuk!" Teriakan dari dalam membuat kira langsung berlari masuk dan duduk didalam."

"Duuh.. Gimana sih, bukan katanya Aku ga boleh duduk disini lagi, tadi.. Kenapa sekarang disuruh duduk disini.. Ah sudahlah! Mereka semua memang gila! Tapi.. Alhamdulillah.. Sakit sekali badanku harus tiduran dibagasi kaya tadi." Kira tersenyum dibalik niqobnya yang tak diketahui siapapun dalam mobil ini.

Tak ada pembicaraan didalam mobil ini. Sangat senyap. Jalanan juga sudah sepi. Jam sudah hampir jam dua belas malam. Ini adalah malam terlarut Kira pulang ke rumah Ryan. Biasanya, jam lima paling telat Kira sampai dirumah. Mobil berjalan dengan dengan kecepatan sedang, sangat damai bila dilihat sekilas. Tapi siapa yang tahu. Di hati semua orang dalam mobil ini seperti pasar.

"Kenapa Dia diam saja, tidak mendekat kepadaku atau membuka pembicaraan? Apa mungkin Dia masih sakit hati padaku, karena menjambaknya seperti tadi? Tapi Dia juga enak-enakan tidur di bagasi setelah berbuat salah. Aku pikir Kami impas, tak perlu meminta maaf, lah!" Ryan mencari pembenaran.

"Nyetir di jalanan longgar begini. Ga harus macem-macetan memang nyaman, ga cape di kaki, ga ngantuk, Ga pegel dibadan." Pak Man menikmati kenyamanan berkendara malam hari di Kota Jakarta.

"Schedule besok sudah penuh. Tak mungkin bisa dimasukkan schedule hari ini yang sudah berantakam tadi. Apa sebaiknya Aku masukkan ke weekend saja ya? Tapi Tuan Muda ga pernah bekerja saat weekend.. Hmm.. Mungkin bisa di otak atik yang ini dan ini.. Bla bla bla?" Asisten Andi memang dari masuk mobil sudah kembali ke dunianya. Membuat jadwal kerja Ryan.

"Pulang selarut ini pertama kali, bagiku. Selama kuliah, paling lama pulang jam tujuh malam. Itupun sudah kena omel sama Ayah. Ternyata indah sekali kerlap kerlip kota jakarta di malam hari. Aku sukaaa.. Lampunya berwarna warni, gedung-gedung tingkat yang menyala terang, cantik.. Bagaimana kalau Kota Jakarta dilihat dari gedung yang tinggi ya?" Tanpa sadar, Kira sudah mengalihkan kedua tangannya memegang pintu, dan badannya sudah sepenuhnya berbelok ke arah jendela. Melihat indahnya jalanan di malam hari. Kira juga tak menyadari, ada sepasang mata yang mengamati perubahan gerak tubuhnya.

"Apa yang Kau lihat, hah?"