webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Makan Tengah Malam

Belum sempat Ryan melanjutkan kalimatnya, Kira sudah datang dan memanggil Ryan untuk makan.

"ShaKira Chairunisa, apa kau mendengar sesuatu?"

Kira menggeleng. "Apa maksudmu suamiku? Apa kau ingin menakut-nakutiku?"

"Haish... Villa ini sudah lama kosong, apa sekarang suamiku ingin menakutiku? Huffh!" Kira sedikit kesal dalam hatinya kepada Ryan.

Ryan menggeleng. "Bukan apa-apa. Bagus kalau kau tak mendengar apapun!"

"Hah, dia aneh sekali! Tadi bertanya, sekarang bilang bukan apa-apa! Maunya apa sih? Huffh!" Kira sedikit kesal, tapi rasa sayangnya kepada ryan lebih besar, sehingga Kira lebih focuks ke tujuan awalnya.

"Suamiku, ayo kita makan dulu!" Kira menarik kembali tangan Ryan, hingga Ryan akhirnya berdiri dan mau mengikuti Kira.

"Dokter, asisten Andi, aku juga sudah buat makanan untuk kalian! Ayo kita makan bersama-sama!" Kira menatap Tante Lusi, Dokter Farida dan Asisten Andi sebelum Kira berjalan bersama Ryan ke ruang makan.

"ShaKira Chairunisa, kenapa kau memasak untuk mereka juga? Apa kau ingin menjadi pelayan, hah?" Ryan sudah bicara dengana nada tinggi.

"Mereka tamu kita, suamiku! Lagipula aku suka melakukannya, sudah jangan marah dulu! Ayo kita makan bersama-sama!" Kira mencoba mengalihkan pikiran Ryan.

"Aku ga mau makan!" Ryan mencoba melepaskan tangannya dari tangan Kira, tapi Kira memegangnya era-erat. "Kau... Cepat lepaskan tanganku!" Ryan memaksa Kira.

"Ryan! Kau memaksaku melepaskan tangan tanganku darimu, maka aku akan pergi dari rumah ini. Aku pastikan kau tak akan bisa menemukanku lagi setelah Aku pergi dari rumah ini! Apa maumu seperti itu?" Kira mengancam Ryan.

"Baiklah, Aku sudah capek masak, kau tidak mau memakannya, huh... Awas kau Ryan! Aku janji Aku akan pergi darimu selamanya kalau kau berani lakukan itu!" Kira bergumam dalam hati.

"Kau berani mengancam, hah?" Tangan Ryan sudah mencengkram tangan Kira sangat kencang, hingga hampir memutuskan jari-jemarinya.

"Kau tauhu, saat ini Aku mengantuk, Aku ingin sekali tidur, tapi Aku paksakan memasak untuk mu dan kau seenaknya saja bilang ga mau makan! Ya, Aku berani mengancammu! Kenapa memangnya? Kau mau apa? Kau mau membunuhku? Lakukanlah! Kapan kau mau membunuhku? Berapa lama lagi kau mau melakukannya? Bukankah aku Cuma anak dari pria yang telah membunuh ayahmu?"

Perlahan Ryan melepaskan cengkraman tangannya pada Kira, tak ada keinginan Ryan untuk memperpanjang masalah ini.

"Ayo kita makan!" Ryan menarik tangan Kira ke meja makan. Namun Kira menahan tangan Ryan.

"Ajak temanmu untuk makan bersama! Aku sudah masak cape-cape, dan aku tak ingin membuang makanan!" Kira memperingatkan Ryan.

"Mereka sudah dengar, aku tak perlu mengajaknya! Mereka akan datang ke meja makan!" Ryan lalu menarik Kira ke meja makan.

"Jelas sudah! Wanita ini bisa membantumu untuk sembuh, Ryan!" Dokter Farida bergumam dan melirik ke Tante Lusi. Senyum di wajah Dokter Farida menjadi hadiah terindah untuk Tante Lusi dan Asisten Andi.

"Sudah ku duga.. Sejak pertama bertemu dengannya, Aku memang merasakan sesuatu yang lain di hatiku. Ryan keponakanku.. Aku bersyukur kau menemukan Kira!" Tante Lusi juga berbisik di hatinya dan tersenyum pada dokter Farida.

"Tuan Muda, Aku akan sekuat tenagaku membantumu dan Kira. Percayalah padaku, akan Aku lakukan yang terbaik untuk melindungi kalian berdua!" Asisten Andi merasa lega di dalam dirinya.

"Baiklah, ayo kita ke meja makan sebelum keponakanku menghabisi kita semua!" Tante Lusi berdiri, berjalan ke meja makan diikuti oleh Dokter Farida dan Asisten Andi.

Ryan dan Kira sudah duduk di meja makan dengan Kira menyuapi bubur untuk Ryan. Kira juga memberikan tambahan udang dan soup untuk Ryan.

"Wah, kau pandai memasak, Kira!" tante Lusi memuji Kira dan duduk di kursi di meja makan samping Ryan.

"Terima kasih tante... Semoga sesuai dengan selera." Kira mengapresiasi pujian Tante Lusi.

"Hmmm... Tapi ini benar-benar enak! Kau beruntung, Ryan! Apa kau memasak untuk Ryan setiap hari?" Dokter Farida kini yang bicara.

Kira menggeleng. "Baru kali ini. Koki di rumah Ryan masakannya enak-enak dan kalau diluar Ryan mengajakku ke restoran mahal. Jadi, aku ga pernah masak." Kira menjelaskan, masih sambil menyuapi Ryan.

Ryan tak bicara apapun untuk menimpali setiap obrolan di meja makan ini. Ryan hanya fokus ke makanannya, menerima suap demi suap dari Kira hingga mangkuk buburnya habis. Hanya Ryan yang memakan bubur. Sedangkan yang lainnya mereka makan nasi goreng keto.

"Ini obatnya, dan ini airnya, minumlah dulu! Kira memberikan obat dan air pada Ryan setelah makanan Ryan habis.

Tanpa berkata apapun, Ryan menelan obat dan meminum air yang diberikan Kira.

"Asisten Andi, apa di Villa ini ada baju ganti untuk suamiku?" tanya Kira sambil menaruh gelas yang sudah diminum Ryan.

Asisten Andi mengangguk. "Ada di lemari, Nyonya Muda."

"Baiklah, terima kasih!" Kira lalu mengalihkan pandangannya kepada Ryan dan memegang telapak tangan Ryan. "Ayo ke kamar, kau harus istirahat! Ini sudah hampir jam setengah tiga malam!" Kira tak menunggu jawaban Ryan dan sudah menggeser kursinya.

"Kau tak makan?" Ryan menahan tangannya saat Kira hendak menggandengnya ke kamar.

Kira menggeleng.

"Aku tak lapar, suamiku!" lagipula aku cuma mau menyuapimu supaya kau bisa minum obat. Ayo istirahatlah! Obatnya akan bekerja saat kau tidur!" Kira mencoba membujuk Ryan.

"Duduk dan makan dulu!" perintah Ryan.

Kira menggeleng. "Aku tak bisa. Aku tak makan nasi kalau kau hanya bisa makan bubur. Aku akan makan nanti pagi, kalau kau sudah baikan, suamiku! Kita makan menu yang sama." Kira menjelaskan alasannya.

"Hah, jadi begitu otak mu bekerja. Kau memasak untuk mereka semua, memasak untuk ku, tapi tak memasak untuk dirimu sendiri. Aku tak suka kau memasak untuk orang lain! Aku tak ingin kau memperrhatikan orang lain. Aku hanya ingin kau memperhatikanku! Hanya aku. Itulah alasanku marah tadi. Aku juga berpikir kau ingin menghinaku dengan merendahkanku di depan mereka semua. Kau membuat makanan dengan menu berbeda untukku. Dan kalian memakan menu yang sama, ternyata aku salah! Kau masih menghormatiku dengan tak memakan makanan itu." Ryan yang sempat menduga Kira mencoba balas dendam padanya dengan menu hari ini ternyata hanya salah paham.

"Suamiku, ayo kau harus istirahat dulu!" Kira memaksa Ryan yang masih duduk untuk bangun.

"Ambilkan aku itu!" Ryan menunjuk ke nasi goreng keto Ala Kira.

"Kau ingin makan itu?" Kira bicara sambil melepaskan tangan Ryan dan mengambilkan nasi untuk Ryan.

"Letakan piring dan sendoknya di sini!" Ryan menunjuk dengan jarinya dimana piring tersebut harus ditaruh, di meja makan tepat di depan Ryan. Kira akhirnya mengangkat piring dari hadapannya, dipindahkan ke depan meja Ryan.

"Jadi dia mau makan sendiri?! Huh... tumben. Tapi baguslah! Aku jadi bisa makan juga! Apa aku ambil makanannya aja ya? Tapi nafsu makanku sudah hilang juga. Tadi Ryan sangat marah padaku dan aku memakannya mengikuti mauku. Huffh! Maafkan aku, Ryan! Aku tak bermaksud kasar dan melawanmu seperti itu." Kira merasa sangat bersalah pada Ryan.

"Buka mulutmu!" Ryan menyibak sedikit cadar Kira, sehingga Ryan bisa menyuapi Kira.

"Kau mau..."

"Cepat makan, jangan banyak tanya!" Ryan sudah mengeluarkan nada tinggi lagi di suaranya. Kira tak banyak bicara, langsung membuka mulut dan memakan makanan yang diberikan Ryan dengan sendok.

"Huuuuhh! Kenapa dia banyak tanya, sih! Ini pertama kalinya aku menyuapi seseorang. Shakira Chairunisa, kalau sampai kau membuatku terluka, kalau sampai kau mengkhianatiku. Aku tak akan segan menghabisimu! Biarkan aku menyuapimu di depan dokter-dokter ini dan Andi! Kau ShaKira Chairunisa... Kau berhasil membuat harga diriku turun di hadapan mereka!" Ryan yang sangat malu, justru memaki Kira dalam hatinya.

"Dia benar-benar menyuapiku, kan! Hihi.. Kenapa dia melakukan itu? Bukankah harga dirinya sangat besar? Lalu kenapa dia mau melakukan ini? Menyuapiku? Apa supaya terlihat baik-baik di depan kedua dokter cantik ini? Ah, terserah Dia lah! Tujuanku tadi cuma satu. Membuatnya menghabiskan makanannya."

Kira sudah menghabiskan nasi gorengnya. Ryan dengan telaten menyuapi Kira tanpa berkata apapun hingga nasi dipiringnya sudah habis Ryan baru bicara. "Minum airnya!" yang langsung dilakukan oleh Kira.

"Kau sudah kenyang?" tanya Ryan.

Kira mengangguk.

"Bagus, aku mau istirahat sekarang!"