webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Lelah

"Isssh... Suamiku...jangan marah dulu, ya.. Aku masih harus solat maghrib.. Kalau sampai berhubungan badan, atau aku dapat pelepasan, aku harus mandi wajib.." Kira bernegosiasi.

"Apa maksudmu?" Ryan mengernyitkan dahinya.

"Aku ga bisa sekarang.. aku harus solat dulu.. Sudah maghrib.. habis maghrib, kau mau minta apapun, tak masalah."

"Aku mohon suamiku.. Jangan gila dulu.. Biarkan aku solat dulu, males banget mesti cari air buat mandi sekarang. Hufff" hati Kira protes.

Ryan rak menjawab apapun, justru mengeluarkan handphonenya.

"Andi, jalan di depanku, arahkan aku ke Villa di dago pakar resort, ShaKira Chairunisa harus solat dulu! suruh mereka bersihkan sekarang! Minta kawal polisi sekarang juga dan bebaskan mobilku dari kemacetan!"

Klik

Ryan mematikan teleponnya, setelah memberikan instruksi pada Asisten Andi..

"Ada apa dengan wajahmu?" Ryan mengamati wajah Kira yang tersenyum-senyum sendiri

"Hmm.. Aku senang.. Terima kasih kau memikirkan tempat solatku, suamiku." Kira kembali menempelkan kepalanya di tangan kiri Ryan.

"Mudah sekali membuatmu tersenyum, ShaKira Chairunisa!" Ryan bergumam dalam hatinya, tapi tak menjawab apapun untuk merespon Kira.

Mobil yang dinaiki asisten Andi sudah berada di depan mobil Ryan beberapa menit setelah Ryan menutup telepon tadi.

"Hey.. Sampai kapan mau pegangi tanganku?" Ryan mulai mengajak Kira bicara lagi setelah beberapa menit diam

"Sampai kau bilang aku harus angkat tangan dan kepalaku." jawab Kira sambil tertawa kecil

"Kenapa kau begini padaku, hah?" Ryan sudah kesal lagi

"Apa maunya? Kenapa kau membuatku kehilangan harga diriku? Kau pikir aku bahan becandaan? Kenapa aku menurut padamu? Ada apa dengan otakku? Farida.. Ah.. Aku tak bisa ke sana.. jangan-jangan dia suruhan Cassey juga. Tapi aku harus konsultasi. Otakku semakin ga beres, aku semakin menjadi penurut dengan wanita ini. Hufffffh" Ryan ingin menjaga wibawanya. Tapi semakin dekat dengan Kira, justru sekarang hanya membuatnya tampak semakin mengikuti keinginan Kira

"Ryan... aku tak peduli lagi, aku akan mempertahankanmu.. Aku menginginkanmu.. Aku tak akan menyerah dengan wanita masa lalumu.

Aku akan berusaha mengikatmu. Kau kan suamiku. Aku sah secara agama untuk mempertahankanmu!" Kira sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk memperjuangkan Ryan dan mendapatkan cinta Ryan. walaupun, semua itu tak akan mudah.. masih banyak sekali halangan yang harus dilalui kedepannya.

Sirine polisi semakin mendekat dan berada akhirnya berada di depan mobil yang dinaiki Asisten Andi dan di belakang mobil bodyguard Ryan yang ada di belakang BMW i8. perjalanan menjadi lebih cepat setelah bantuan dari polisi, dan kurang dari dua puluh menit mobil Ryan sudah sampai di Dago Pakar Resort, tempat Villa milik Ryan berada.

"Kita sudah sampai! Dan kau, Sampai kapan mau memegangi tanganku?" Ryan melirik Kira yang masih merangkul tangannya.

"Sampai kau memarahiku... hihi!"

"ShaKira Chairunisa.. Kau.. Mulai berani menantangku?"

"Apa maksudnya dengan tertawa seperti itu padaku? Apa dia menggodaku? Kau.. Sudah makin berani padaku, ya!" Ryan sangat kesal dengan Kira yang justru menjadikan kemarahannya sebagai becandaan, tak lagi takut pada Ryan..

"Iya.. Iya.. Aku becanda saja, suamiku.. Maafkan aku ya.. hihi!" Kira tersenyum dan langsung membuka seatbeltnya.

Klek

"Tunggu! Aku bukakan pintumu!" Ryan menutup pintu setelah meyelesaikan bicaranya dan segera memutari kap mobil untuk membuka pintu Kira.

"Oh,Ya Rob.. Ada apa dengannya.. Sekarang dia sangat baik dan romantis, padaku.. Hihi.." hati kecil Kira tak bisa lagi membantah betapa senangnya dia melihat Ryan yang seperti sekarang.

klek

"Pegang tanganku!" Ryan memberikan tangannya untuk di pegang Kira

"Oh Ya Rob.. Ini.. betul suamiku kan? Dia sudah benar-benar berubah, atau ada apa dengannya? Kenapa begini romantis?" Kira sangat bahagia dalam hatinya.. dan semakin besar keinginannya untuk mempertahankan Ryan.

"Andi!"

"Iya, Tuan Muda?" Asisten Andi mendekat dan memenuhi panggilan Ryan.

"Semua sudah dibersihkan?"

"Sudah tuan muda! Silahkan beristirahat!" Asisten Andi mempersilahkan Ryan masuk ke dalam.

"Ayo!" Ryan menggandeng tangan Kira segera berjalan memasuki Villanya bersama Kira.

Klek

Ryan menutup pintu Villanya dan melepaskan tangan Kira.

"Turunlah ke bawah, kau bisa solat di sana, ada kamar di sana!"

"Tunggu!" Kira memegang tangan Ryan yang hendak duduk di kursi.

"Ada apa lagi?" Ryan mengernyitkan dahi.

"aku takut.. Temani aku, ayo!" Kira sudah membuka cadarnya dan memasang wajah memelas.

"ShaKira Chairunsa, kau tahu betapa pegalnya punggung dan kakiku setelah menyetir seharian, aku ingin duduk dulu dan kau masih memintaku untuk mengantarmu?" Ryan menatap Kira dengan wajah kesal sekali

"Ayolah suamiku.. Antar aku ke bawah untuk solat.. Aku sendirian. Aku takut. Ini pertama kali aku ke rumah ini. Ayolah.." Kira tak mau tahu, tetap membujuk Ryan

"Fuuuuuh. Apa yang kau takuti? hantu?"

Kira menggeleng

"Pencuri. Kalau misal ada yang bersembunyi di sini, apalagi rumah ini sudah lama kosong, bagaimana? Aku takut.. Ayolah. "

"Fuuuuuh!" Ryan menghela napas, tapi akhirnya menggandeng kembali tangan Kira untuk menuruni tangga menuju kamar untuk solat.

"Mana ada pencuri. Villa ini tak ditempati, tapi setiap hari selalu dibersihkan, huuuh.. Kau bodoh ShaKira Chairunisa. Dan aku jadi ikut bodoh begini karena mau turun mengantarmu, padahal aku tahu tak ada pencuri. Gila! Hahahah.. Kau sudah gila, Ryan!" Ryan bicara sendiri dan menghina dirinya sendiri. Kesal sendiri juga. Tubuhnya yang letih karena macet-macetan juga membuat moodnya tak begitu baik.

"Suamiku." Kira memanggil ryan kala mereka berjalan menyusuri tangga ke lantai bawah

"Hmmm..."

"Kenapa kamar ada di bawah? kenapa tak ke atas? Tingkat itu biasanya ke atas kan?"

"Pertanyaanmu ini.." Ryan berhenti dan menatap Kira. "Apa kau tak tahu kenapa begini?"

Kira menggeleng. "rumah orang kaya itu tingkatnyakan ke atas suamiku. Ini kenapa ke bawah?" Kira bertanya polos.

"Apa maksudmu? Kau pikir aku orang miskin?" sangking kesalnya, Ryan sampai mengacak rambutnya dengan tangan kirinya.

"Anak ini.. Hampir saja aku ingin memukulnya karena kesal. Hufffh.. Untung kesadaranku masih ada!" jauh di lubuk hati Ryan sangat marah pada Kira.

"Maaf.. Aku ga bilang kau miskin, suamiku.. Tapi justru karena kau kaya Aku bertanya." jawab Kira jujur

"Aku kan cuma cari bahan pembicaraan.. Masa dia ngambek, sih.. Haaah.. Salah lagi, kah?" Kira yang memang ingin PDKT sama Ryan, berusaha semaksimal mungkin untuk mereka bisa terua mengobrol. Tapi, perbuatannya selalu saja salah di mata Ryan

"Ini tipe rumah downslope, kau tahu. Rumah ini dibuat di pinggir jurang.. Dan jurang itu menghadap ke view yang sangat indah, jadi, di buatlah rumah ini, menghadap ke view itu. Mengerti?" Ryan menatap wajah kira sudah frustasi karena Kira mengangguk. Tapi, wajahnya tampak bingung.

"Fuuuuh.." Ryan menghela napas, sebelum melanjutkan bicaranya. "Ikut aku, biar aku tunjukkan!" Ryan menggandeng Kira, lalu membuka pintu kamarnya, tanpa menyalakan lampu.

"Lihatlah!" Ryan membuka jendela, dan di jendela itu, Kira bisa melihat kota Bandung dari sana, kelap kelip lampu di waktu maghrib sudah terlihat indah di sana.

"Wah, subhanallah.. cantik sekali suamiku... " Kira memandangi pemandangan didepannya sangat terkesan dan diam sejenak untuk menikmati view dihadapannya.

"Kau suka?"

Kira mengangguk.

"Cepat solat.. Bukankah kau ke sini untuk solat?" Ryan pergi meninggalkan Kira dan menyakakan lampu

Klik - kamar menjadi terang

"Fuuuuh.. Menatapnya seperti itu membuatku ingin segera menerkamnya. Kenapa aku bisa tergoda dengan wanita sepertinya?" Ryan memilih menjauh dan tak ingin mengganggu Kira yang memang minta untuk solat.

Lalu merebahkan dirinya di kasur.

"Aku solat dulu suamiku!" Kira segera membuka sepatu dan kaos kakinya, untuk wudhu di kamar mandi.

"Suamiku.. Kemana arah solatnya?" tanya Kira lagi.

"Fuuuuh.. " Ryan menghela napas lagi dan mengeluarkan handphonenya.. "Lain kali, jangan jual handphonemu dan membuatku susah seperti ini!" Ryan bicara dan menaruh handphonenya di sampingnya. sehingga Kira bisa melihat arah kompas. Lalu Ryan merebahkan dirinya lagi di kasur

"Ah, tubuhku sudah pegal sekali, tadi malam aku tak tidur, kerja dari pagi dan harus menyetir di kemacetan. Huffff.. gila!" Ryan sedikit kesal tapi tak ingin marah pada Kira. Hanya membiarkan dirinya sendiri nengumpat dalam hatinya.

"Terima kasih, suamiku!" Kira segera meninggalkan Ryan dan solat. untuk sepuluh menit, ruangan ini hening, tak ada suara, baik Kira dan Ryan sibuk dengan urusannya masing-masing. Hingga Kira seleai solat dan menghampiri Ryan.

"Hmmm...sepertinya kau benar-benar kelelahan suamiku.. Kau sampai ketiduran seperti ini! Maafkan aku. Lain kali, aku tak akan memintamu untuk menyetir lagi. Maafkan aku.. Suamiku.." Rasa bersalah di hati Kira sangat besar. Kesibukan Ryan saat ini adalah tidur. bahkan, Ryan tidur dengan posisi kaki masih menyentuh lantai dengan sepatunya juga masih menempel pada kakinya.

Hai kakak semua.. mohon maaf sekali.. hari ini aku baru update satu bab.. nanti lewat tengah malam aku coba selesaikan lagi supaya bisa up lebih banyak. terima kasih

Ri_Chi_Richcreators' thoughts