webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Ayah

Flashback Off

"Kau.. Andaikan Kau tak datang kepelukanku tadi siang.. Aku tak tahu seberapa keras Aku akan melukai dan menghancurkanmu! Pelukanmu sangat aneh.. Sentuhan itu bisa menghilangkan semua amarah dalam dadaku. Andaikan Kau tahu betapa Aku ingin membunuhmu saat itu..." Ryan bergumam sendiri mengingat apa yang tadi hampir dilakukannya pada Kira. "Kau.. Beraninya Kau tidur dipangkuanku.. Hahaha.. Pasti Aku sudah gila, membiarkan pangkuanku sebagai bantal untuk tidur seseorang!" Ryan terus berbicara dengan hatinya. "Kenapa Aku ingin membuatmu merasa aman dan nyaman walau kakiku sekarang tersiksa menanggung berat kepalamu, hah? Aku bukan orang yang mudah.. Kau.. Sekali Kau menyakitiku, Aku benar-benar akan mengulitimu!" Tangan Ryan berada diatas tubuh Kira yang sedang tertidur pulas, dengan sesekali memegang telapak tangan Kira, yang tentu saja tak disadari oleh Kira. Karena Dia sudah sangat lelah.

Satu jam berlalu

Mobil Ryan sudah memasuki kawasan penjara, tapi Kira belum juga bangun..

"Tuan Mu.. "

"Keluar kalian berdua dari mobil ini!" Ryan memotong perkataan Asisten Andi. Memberikan instruksi, yang langsung dipatuhi oleh dua ajudannya.

"Hmm.. Jadi Kau masih belum mau bangun dan masih ingin menyiksa kakiku?" Ryan tersenyum, membuka cadar yang menutup wajah Kira. Menempelkan bibirnya, terus melumat bibir Kira.

"Oh, Ya Rob!" Kira terbangun dan sangat kaget melihat Ryan.

"Kau sudah bangun?" Ryan melirik Kira dan melumat lagi bibir Kira sebelum Kira menjawab pertanyaannya.

"Kenapa menahan napasmu? Kau bisa pingsan tanpa napas?" Ryan protes pada Kira yang diciumnya, tapi lupa bernapas.

"Aku... Ehm.. Aku sangat kaget.. Maafkan Aku, sudah tidur terlalu lama." Jawab Kira.

"Pakai lagi ini, Kita sudah sampai. Atau Kau tak ingin bertemu ayahmu?" Tanya Ryan dengan senyumnya yang sangat manis.

"Ehm... Aku mau ketemu ayahku!" Jawab Kira, langsung bangkit dan memakai cadarnya.

"Ayo!" Jawab Kira bersemangat!

"Tunggu.. Pijat kakiku dulu! Kakiku keram, ini semua salahmu!" Ryan menahan sakit dikakinya.

"Ah... Maafkan Aku, Suamiku.." Kira mengangkat Kaki Ryan ke pangkuannya dan langsung memijat selama lima menit.

"Terima kasih.. Kau ini, kadang membuatku bingung.. Kadang baik, kadang Kau juga sangat kejam. Apa kepribadianmu begitu mengerikan?" Kira mencoba menerka di dalam hatinya. Dibalik niqobnya, Kira tersenyum mengingat perilaku manis Ryan akhir-akhir ini.

"Pijatannya sangat enak.. Ehm.. Ini mungkin karena Aku sudah lama tak pijat ke spesialis." Ryan mencoba menepis kata hatinya.

"Hey, sudah! Apa Kau begitu ingin memijat kakiku terus dan tak ingin bertemu ayahmu?" Ryan mencoba mengalihkan fokusnya.

"Aah.. Ayo Suamiku.. Aku mau ketemu ayahku!" Kira menurunkan Kaki Ryan dan kini menggandeng tangan Ryan.

Ryan tak berkata apapun, hanya membuka pintu, memberikan tangan pada Kira untuk keluar dari pintu yang sama dan merangkulnya.

"Ehmm.. Suamiku, Aku mau solat maghrib dulu..", Pinta Kira dalam rangkulan Ryan.

"Andi, ke mushola dulu!"

"Baik, Tuan Muda."

Kira menyelesaikan solatnya kurang dari sepuluh menit, lalu segera keluar menuju ke tempat Ryan berdiri. Kembali ke pelukan Ryan dan masuk ke dalam ruang tunggu.

"Kenapa Kau tak bicara?" Tanya Ryan yang melihat Kira hanya menunduk dan meremas kedua tangannya.

"Aku.. Aku sangat gugup." tangan Kira memegang matanya, seperti menghapus setitik bening yang mengalir dari matanya.

Klek

Seorang berbaju polisi membawa seorang tahanan berbaju orange.

"Ayaaaaah!" kira berdiri dari duduknya, bahkan kursinya pasti jatuh kalau tak dipegang oleh Asisten Andi yang berdiri tepat dibelakang Ryan dan Kira.

"Kira.. Kau.. Kesini?" Ayah Kira sangat bingung dengan keberadaan Kira mengunjunginya. Tapi hatinya juga merasa sangat senang melihat anaknya masih hidup dan sehat.

"Apa Dia sangat merindukan ayahnya? Apa hatinya sangat terluka melihat ayahnya seperti ini? Huff... Apa yang harus Aku lakukan? Aku tak bisa melepaskannya.. Lelaki itu yang membunuh orangtuaku.. Tapi wanitaku sangat terluka melihat lelaki itu berada di penjara. Aku juga sangat terluka setelah kehilangan orangtuaku.. Tapi hatiku juga sangat perih melihat wanitaku menangis seperti itu!" Ryan mencoba memahami apa yang terjadi dengan hatinya dan apa yang harus diperbuatnya, tapi hanya rasa sesak yang didapatkan dalam dadanya. Ryan memilih memperhatikan apa yang dikatakan Kira pada Ayahnya.

Banyak sekali yang Kira ceritakan. Nilai kuliahnya, teman kampusnya, beasiswanya, tugas-tugas kuliahnya, dosen di tempat kuliahnya, makanan di kantin tempat kuliahnya, kegiatan praktikumnya, semua hanya tentang kuliah. Tentu saja, cerita Kira masih normal. Dia tak menyinggung nama Farid ataupun Agus. Kira berbicara normal, hanya nama teman perempuannya yang disebut.

"Apa yang dilakukan? Apa anak ini bodoh? Dia hanya sibuk membahas masalah kuliah? Menghabiskan waktu lima belas menitnya hanya menceritakan itu?" Ryan tak habis pikir. Dia tadinya berpikir kalau Kira akan menangis menceritakan berbagai kesulitan hidupnya. Tapi, Kira justru menutupinya dan terlihat sangat ceria menceritakan kehidupan kuliahnya.

Klek

"Waktumu tinggal dua menit lagi!" Seseorang yang memakai baju polisi memgingatkan

"Ehmm.. Ayah, pegang ini!" Kira tadi langsung membuka tasnya ketika petugas memberikan informasi waktu yang dimilikinya, lalu Kira mengambil dompet dan menyerahkan uang didompetnya. Hanya menyisakan dua ratus ribu.

"Kau pegang saja. Ayah tak butuh itu!" Ayah Kira menolaknya.

"Ambil Ayah, Aku sudah tahu bagaimana kehidupan di dalam sana lewat google. Kau butuh uang ini untuk hidup di dalam, tenang saja.. Uang ini adalah uang beasiswaku. Aku tak membutuhkannya sekarang. Simpanlah. Kebutuhanku sudah sangat tercukupi. Ayah lihatkan pakaian yang Aku kenakan, ada lusinan baju bagus-bagus seperti ini di lemari pakaianku sekarang. Ada banyak makanan enak dirumah, bahkan Aku berangkat kuliah diantar mobil mewah, Ayah.. Tuan Ryan memperlakukanku dengan sangat baik. Dia sudah memenuhi semua kebutuhanku, Ayah simpanlah uang ini untuk jaga-jaga, Aku mohon.." Kira tetap memaksa Ayahnya menyimpan uangnya. Ayah Kira memang tidak melihat wajah Kira, tapi Dia melihat sendiri pakaian yang dikenakan Kira dan dengan uang beasiswa yang tak terpakai, sepertinya memang benar kehidupan Kira sangat baik.

"Terima kasih, telah menjaga putriku!" Ayah Kira memantap Ryan dengan sangat bingung. Tapi Dia tetap mengucapkan terima kasih untuk Kira.

Klek

"Waktumu habis!"

Kira memeluk ayahnya, dan kembali menagis ketika ayahnya pergi.

"Apa yang wanita ini lakukan? Dia bahkan tak menceritakan semua penyiksaan yang didapatnya selama bersamaku?" Ryan masih shock dengan perkataan Kira tadi.

"Kira, Aku semakin ingin Kau mendampingi Tuan muda seumur hidupmu! Kau harus menjadi wanita terakhir yang akan tinggal bersama Tuan Muda selama-lamanya!" Asisten Andi sepertinya akan membuat Kira terikat selamanya dengan Ryan.

"Haaah, Kau mau apa?" Tanya Kira yang masih menangis, melihat Ryan datang mendekat mau mengambil tasnya.

"Berikan!" Kira akhirnya melepas tasnya setelah mendengar perkataan Ryan. Dia tak ingin membuat Ryan menjadi marah.

Ryan segera membuka tas Kira, mengambil dompet dan melihat isinya.

"Ini? Hanya ini?" Ryan memegang uang dua ratus ribu di tangannya.

Kira mengangguk. "Untuk cadagan membeli makan siangku dan tugas kuliah. Minggu depan uang beasiswaku cair, jadi Aku rasa cukup untukku bertahan hidup sampai akhir minggu." Jawab Kira kebingungan. Karena Kira tak tahu maksud Ryan bertanya dengan mengeluarkan dua lembar uang dua ratus ribu dari dompetnya.

"Apa maunya sih bertanya begitu?" Hati Kira menjadi gaduh.

"Hanya ini uang yang Kau miliki?" Ryan mempertegas pertanyaannya.

"Aku tak bertanya mau digunakan untuk apa uangnya.. Aku mau bertanya apa hanya ini uang yang dimilikinya? Kenapa Dia bodoh sekali?" Ryan semakin kesal.

Kira mengangguk. Karena memang itu uang yang tersisa.

"Andi, berikan Aku satu black card, dari American Express centurion card!"

"Ini Tuan Muda! Pinnya tanggal lahir, bulan lahir, dan tahun lahir Anda, Tuan Muda!" Andi memberikannya pada Ryan dan memang semua Kartu Ryan berpin seperti itu. Asisten Andi membuatnya sama supaya Dia tak banyak membuang waktu untuk mengingat pin.

Ryan memasukkan ke dalam dompet Kira, lalu menaruh dompet kembali ke dalam tas. Menyerahkan pada Kira.

"Pakai kartu tadi untuk memenuhi kebutuhanmu! Gunakan untuk apapun semaumu!" Ryan kembali memberikan tasnya pada Kira.

"Apa maksudnya tadi? Dia memberikanku uang? Hah.. Apa yang mau Dia lakukan sekarang? Menguji apakah Aku matre atau enggak?" Kira sangat bingung.

"Terima kasih.. Tapi Kau tak perlu memberiku kartu itu, Kau sudah memenuhi semua kebutuhanku, kan? Bagaimana Aku bisa membayarmu, kalau Kau sangat baik padaku?" Tanya Kira jujur dan sangat bingung

Ryan melirik ke Kira, dengan tangan masih melipat didadanya.

"Bangun dari kursimu, ShaKira Chairunisa! Ayo pulang, layani Aku dengan baik dirumah!"