"Bertemu lagi kita," ucap si pria muda itu sembari menyunggingkan senyuman tak biasa menurut Sarah.
"Ya begitulah," timpalnya tak berminat.
Sarah sudah melakukan olahraga dengan baik, ia tak suka saat pria itu menempeli terus-terusan dengan alasan dia yang ditugaskan oleh bagian admin tadi.
"Inikah asisten mu itu?" tanya pria berkepala botak di tengah, kulit kepalanya sepertinya licin sekali.
Sarah mau tak mau tersenyum menanggapinya. "Saya Sarah," salamnya memperkenalkan diri sembari menjabat tangan si pria berusia 40 tahunan itu.
Sudah jelas, siapa yang menatap Sarah, maka dipastikan si mata keranjang akan tersangkut juga, seperti saat ini, yang katanya bagian tim marketing klien itu malah tak berniat melepaskan pegangan tangannya.
Sarah sudah tak enak sekarang, mimik wajahnya mulai perlahan datar saja sampai Gunawan, atasannya mengakhiri sesi bersalaman itu.
"Ayo kita mulai saja meetingnya," pintanya.
Sarah mengikuti kedua orang di depannya itu yang beranjak menuju lapangan golf, rupanya si klien membawa sekretarisnya juga, bahkan ia lebih seksi daripada dirinya.
Sempat alot soal perundingan kali ini, sampai Sarah harus pulang terlambat, namun belum apa-apa, suaminya sudah menelponnya.
"Kamu dimana?" tanya Argan dengan nada dingin, ia tak suka saat Sarah pulang telat.
Sarah menjauhkan ponselnya, sedikit berjengit mendengar pertanyaan suaminya.
"Aku belum pulang, sepertinya telat sayang," papar Sarah.
"Kau selalu begitu," desis Argan.
"Apa maksudmu?" tuntut Sarah. Yang ia tahu, itu bukan kesalahannya melainkan Argan yang dinyatakan bermasalah soal spermanya.
"Bagaimana akan memiliki anak kalau kamu lelah terus," ketus Argan.
Sarah merasa panas mendengarnya. "Apa kamu akan menuntut itu sekarang? Kamu sendiri yang membebaskanku untuk melakukan apa yang aku mau," balas Sarah tak mau mengalah.
Ia berang saat suaminya tiba-tiba mengungkit soal keturunan, rasanya baru kemarin suaminya berkata tidak apa-apa.
Dengan kesal Sarah mematikan panggilan tersebut.
Ia muak dengan penuduhan Argan saat ini, tiba-tiba moodnya anjlok seketika.
Sarah berganti pakaian di ruangan VIP yang disediakan, setelah tadi dirinya pamit kepada atasannya, Gunawan. Bukan hal baru untuknya bertengkar dengan Argan sebagaimana pasangan lainnya. Yang ia tak suka, pria itu mengungkit hal yang dikata dimaklumi namun rupanya diungkit kembali.
Sarah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sembari mengeluarkan emosinya, ia menuju pub langganannya malam itu, tanpa tahu kalau pemuda yang melatihnya bermain golf mengikuti mobilnya ke sana.
Tiket VIP sudah di tangan, sangat mudah untuk Sarah masuk ke sana.
Sarah memainkan gelas berkaki miliknya yang berisi cocktail dengan hiasan cherry tertancap di gelas cantik itu.
"Kita bertemu kembali nona cantik," sapa pria muda yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
Sarah menengok dan tak terkejut, ia mengabaikan pemuda itu dan meminum minumannya.
Hyun Gi tersenyum sinis, melihat wanita cantik itu mengabaikannya.
Ia mengambil gelas Kristal dan menuangkan wine dari botol miliknya, dan tangannya merogoh saku jaketnya lalu menuangkan serbuk dari lipatan kertas yang ada di sakunya tersebut.
"Kamu sedang ada masalah kah?" tanyanya berpura-pura akrab.
"Bukankah setiap orang memiliki masalah, pertanyaan itu tak berbobot bagiku," desis Sarah merasa dirinya terganggu dengan kehadiran pria tersebut.
"Anggap saja kita teman minum, aku Hyun Gi." Pria muda itu menyodorkan tangannya.
Sementara Sarah tak menanggapinya, dan tak masalah bagi Hyun Gi, karena dirinya sudah tau nama wanita yang duduk mengabaikannya itu.
"Minumlah ini, rasanya manis sekali." Hyun Gi menyodorkan gelas tadi.
Sarah menatap tajam Hyun Gi. "Ayolah, hanya sekedar minum saja," bujuk Hyun Gi sambil tertawa.
Perempuan itu berpikir kalau memang Hyun Gi hanya memberikan minuman keras padanya tanpa berpikir akan dicelakai, Sarah menenggak wine tersebut dan tenggorokannya terasa terbakar sementara Hyun Gi tersenyum setan sekarang.
"Aku merasa tak sepatutnya kau sendirian di pub ini," imbuh Hyun Gi.
Sarah menyandarkan kepalanya di meja bar, kepalanya terasa berat setelah meminum wine tadi dan perlahan matanya tertutup. Tak disia-siakannya kesempatan itu oleh Hyun Gi, ia segera menggeret Sarah dan menuju mobil wanita itu.
"Dude, ku titip motorku ya?" pintanya pada bartender yang berjaga.
Tentu bartender itu kenal baik dengan Hyun Gi, si pemuda urakan yang mengincar orang-orang berduit, dan kali ini juga pasti begitu. Asalkan dia dapat bagian sajalah.
Hyun Gi mendudukkan Sarah yang tak sadarkan diri di kursi penumpang dan dia berjalan memutar menuju kemudi. Mobil tersebut melaju menuju apartemen miliknya, lebih tepatnya apartemen yang didapatkannya setelah mengancam salah satu wanita yang dikencaninya.
Jarak apartemennya yang dekat mempercepat laju aksesnya.
Sarah sudah tak sabarkan diri akibat obat tidur yang diminumnya secara tanpa tahu itu.
Hyun Gi bersiul saat membaringkan Sarah, perempuan itu sangat seksi, terlihat sintal dan juga langsing, namun dua gunung yang terbungkus sangat pas porsinya. Korban kali ini sangat berbeda, baru kali ini ada wanita bersuami yang tak tergoda padanya.
Naol melepaskan pakaian yang terasa menyesakkan itu, matanya menggelap saat perlahan melepas pakaian Sarah yang tergolek tak sadarkan diri. Perempuan itu tampak sangat menggoda, dan sekarang hanya tinggal bra dan celana dalamnya saja yang tersisa sementara dirinya selesai melucuti pakaian Sarah.
Celana Hyun Gi sesak saat miliknya sudah bangun terangsang, sial! Baru saja ia melucutinya, ia dibuat terangsang begitu.
Hyun Gi menjambak rambut Sarah sampai kepala Sarah mendongak, disambarnya bibir berlipstik merah tersebut. Manis dan pahit, namun ia suka.
Hyun Gi semakin bringas menyerang bibir Sarah dan terus melumatnya, sementara tangannya bergerilya membuka penghalang gundukan gunung kembar menyembul yang disentuhnya. Terasa panas dan empuk tentu saja.
"Akh! Gila!" desahnya semakin menjadi.
Bahkan Sarah merasa bangun namun seperti berkhayal, ia memang berhalusinasi sekarang efek obat tersebut. Hyun Gi memilin puncak gunung kembar yang sekal Sarah sampai erangan perempuan itu lolos.
"Ahhh…"
Terdengar sensual di telinganya sekarang.
Hyun Gi semakin bersemangat memijat dan memelintir si pucuk gunung kembar itu yang bahkan sudah menegang sama seperti tongkatnya.
Sarah spontan menggelinjang saat lidah dan bibir Hyun Gi yang basah bermain-main di gundukan empuk miliknya, dalam tidurnya ia sedang bermimpi dan dia menyambutnya dengan baik.
Sarah yang tak berdaya merasakan sensai yang luar biasa dalam mimpinya, miliknya berkedut sementara lidah Hyun Gi mencecap perut datarnya.
"Sial! Kamu manis sekali sayang," erangnya.
Hyun Gi sengaja tak meninggalkan kissmark di kulit perempuan itu, belum saatnya, begitulah yang ada di pikirannya.
Hyun Gi melepaskan pengait kain kacamata itu dan terlihat jelas gunung kembar yang mengacung puncaknya itu, ia tersenyum sinis melihatnya. Perempuan di bawahnya ini mudah sekali terangsang rupanya. Sampai jari-jari Hyun Gi mengoyak di inti kenikmatan Sarah. Terasa sangat lembab dan bahkan sudah banjir sepertinya, Hyun Gi semakin beringas memasuki milik Sarah dengan dua jarinya.