webnovel

Perfect Husband (Dayton And Angelica)

Menjadi seseorang yang di anggap beban adalah hal yang tidak mudah. Sulit namun tak ada yang bisa di lakukan. Terluka namun tak bisa di ungkapkan. Sakit namun tak bisa di jelaskan.Selamat datang di kisahku. Bahagiakan dia jika kau tak mau sampai kehilangannya.

Irhen_Dirga · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Bab 9 ~ Sementara Waktu

Angelica tak bisa mengatakan apa pun lagi, permintaan Dayton membuat para wanita ini tak bisa bergerak dari tempatnya dan mengatur segala kebutuhan Angelica di dalam kamar.

Dayton masuk ke dalam kamar dan melihat para pegawai butik sedang menyiapkan dan mengatur segalanya, Angelica menghampiri Dayton dan berusaha mengatur napasnya karena sikap Dayton seperti ini membuatnya sedikit salah paham.

"Apa semua ini di butuhkan?" tanya Angelica dengan berbisik.

"Tentu saja, kamu akan tinggal di sini sementara waktu."

"Kata siapa?"

"Terus kamu ada tujuan lain?"

Angelica menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya berusaha membantumu karena kamu adalah sahabat adikku," ujar Dayton.

"Tapi, menurutku ini berlebihan."

"Jangan selalu menolak niat baik orang lain."

"Tapi—"

"Apa kamu tak bisa menikmatinya saja?"

"Aku bukannya menolak, tapi ini semua pasti membutuhkan uang yang banyak dan aku terdengar seperti merepotkanmu."

"Kamu sejak awal sudah merepotkanku jadi lakukan saja apa yang aku perintahkan, ini semua tak gratis jadi kamu bisa membayarku nanti," ujar Dayton.

"Baiklah."

"Ya sudah, aku harus bersiap bekerja."

Angelica mengangguk dan Dayton melangkah keluar kamar.

"Apa kamu sudah bertemu wanita itu?" tanya Dayton.

"Sudah, Pak, tapi dia akan pindah dari unit itu setelah mendapatkan tempat tinggal."

"Setelah semua selesai urus semua untuk membalikkan nama."

"Iya, Pak, saya akan melakukannya," jawab Lilian.

Angelica lalu mengganti pakaiannya yang sudah di siapkan beberapa pekerja butik, untuk pertama kalinya selama ia lahir baru kali ini ia memakai gaun yang begitu mewah dan sepatu yang berkilauan, tapi apakah pantas memakainya di depan semua orang sedangkan pekerjaannya hanyalah sebagai make up artis, tapi apa lagi yang harus Angelica pakai jika bukan pakaian yang sudah di siapkan.

Angelica keluar dari kamar dan terlihat begitu menawan memakai dress pink yang terlihat cantik dan menonjolkan betis putihnya, Joseph menganga tak percaya jika wanita tomboy itu menjadi wanita yang feminim, Dayton melihat Joseph yang menatap Angelica berlebihan, Dayton berdeham membuat Joseph menundukkan kepala pada atasannya.

Angelica tersenyum, apakah ini mimpi? Berada di apartemen mewah ini dengan seorang pangeran? Kisah ini benar-benar seperti Cinderella yang memakai sepatu kaca, membuat semuanya berubah setelah bertemu pangeran, Angelica tak mampu menahan kebahagiaannya, apa ini balasan atas tangisannya semalam?

Dayton tersenyum lalu memakai jam tangan mewahnya dan menghampiri Angelica.

"Apa kamu sudah siap?" tanya Dayton.

"Iya."

"Ya sudah, ayo berangkat," ajak Dayton.

"Tapi—"

"Ada apa?"

"Aku tak ingin terlihat."

"Pada siapa?"

"Kakakku."

"Dia sudah berangkat dari pagi, jadi kamu tak perlu khawatir."

"Kamu tau dari mana?"

"Aku memiliki banyak pegawai."

"Baiklah."

Angelica menyusul langkah kaki Dayton yang di ikuti oleh dua bodyguardnya dengan kedua sekretarisnya, Angelica merasa begitu aman ketika berada dekat dengan Dayton. Tapi Angelica berusaha tak memikirkan bagaimana kenyamanan itu, tapi setidaknya ia benar-benar bahagia.

***

Dayton masuk ke ruangannya di susul Joseph yang sejak tadi sudah mengikutinya dari apartemen, Dayton melihat Alice yang sedang menunggunya dengan beberapa makanan yang sudah di siapkan pekerja untuknya, Dayton menggeleng ketika mengingat sang adik selalu memerintah semua pekerja di sini dan mengatakan bahwa dia adalah anak pemilik perusahaan, Dayton mengerti jika adiknya itu masih seperti kanak-kanak, jadi susah baginya untuk melarang apa yang di lakukan Alice, apalagi untuk ke sekolah.

Dayton memberikan kode kepada Joseph untuk keluar meninggalkan ia dan adiknya.

Sepeninggalan Joseph, Dayton duduk di hadapan sang adik yang sedang menikmati sarapan yang sudah di siapkan.

"Siapa lagi yang kamu suruh Alice?" tanya Dayton menggeleng.

"Tumben kamu lama."

"Ada yang harus aku urus, ada apa? Kamu tak sekolah lagi?"

"Kan adanya aku disini menunjukkan jika aku tidak ke sekolah."

"Terus untuk apa kamu kemari?" tanya Dayton.

"Ada yang harus aku katakan padamu, Kak, aku benar-benar bingung harus bagaimana."

"Katakan saja ada apa?"

"Bantu aku untuk bicara pada Daddy."

"Tentang apa?"

"Aku membatalkan perjodohan dan pernikahanku dengan Zachary," jawab Alice.

"Karena apa, Alice? Kenapa tiba-tiba?"

"Aku tak akan mau hidup bersama dengan pria yang memiliki kakak seperti Windra itu, kemarin dia mengataiku di depan umum hanya karena aku telat semenit ke butik, aku tak pernah meminta bantuannya, tapi kenapa dia mengataiku dengan mengatakan bahwa aku tak perlu sombong hanya dengan harta orang tuaku," ujar Alice menjelaskan.

"Kamu 'kan tau sendiri bahwa Windra sejak awal tak menyukaiku dan menentang perjodohan ini, buat apa aku bertahan?"

"Apa masuk akal mengatakan hal itu setelah kamu menyetujuinya sejak awal? Kamu 'kan begitu semangat ketika akan di jodohkan dengan Zach."

"Aku tak mau, Kak, aku tak akan mau hidup bersama."

"Sudah kamu katakan pada Zachary?"

"Iya. Sudah," jawab Alice.

"Terus bagaimana jika Dad dan Mom malah sock? Apa itu masuk akal? Daddy sudah mempersiapkan semuanya."

"Aku membatalkannya karena memiliki alasan yang kuat, buat apa hidup bersama jika ada orang lain yang tak menyukaiku? Apa kamu yakin aku akan bahagia?" tanya Alice.

"Kamu akan hidup dengan Zach bukan dengan kakaknya."

"Apaan sih, Kak, aku mengatakan ini karena aku memiliki firasat buruk tentang Windra, aku tak setuju dan aku tak akan pernah bahagia," ujar Alice.

"Terus kamu pikir aku akan berhasil membujuk Daddy dan Mommy untuk membatalkan perjodohan ini? Apalagi persiapan sudah di lakukan."

"Setidaknya bantu aku bicara."

"Ya Tuhan, Alice, kenapa kamu berubah setelah semua yang sudah dua keluarga ini siapkan? Apa kamu tak akan mengecewakan Dad dan Mom?"

"Aku pasti mengecewakan mereka," rengek Alice.

"Apa kamu tau alasan Windra tak menyukaimu?"

"Karena aku bodoh dan tak pernah lulus sekolah dengan umurku yang segini, dia pasti malu memiliki ipar sepertiku yang tak berpendidikan, jadi dia menganggap semua ini tak adil walaupun aku dari keluarga yang berada."

"Terus jika kamu tau kenapa tak ke sekolah?"

"Aku harus menyelesaikan ini sebelum semuanya semakin rumit kak, karena itu aku kemari meminta tolong, aku akan belajar dan membuktikan bahwa aku bisa lulus sekolah, aku tak akan memikirkan pernikahan lagi sebelum aku lulus sekolah," rengek Alice membuat Dayton memijat pelipis matanya, Dayton selalu saja merasa sakit kepala ketika Alice tak bisa di atur dan di tebak.

"Aku akan membantumu asalkan ingat untuk lebih giat lagi dalam mengejar pendidikan, buat apa kaya dan berada jika sekolah tak punya?" ujar Dayton.

"Baiklah , terima kasih, Kak."

"Hem, kalau sudah. Kamu bisa pergi"

"Aku ingin menanyakan sesuatu."

"Apa?"

"Apa kamu tahu di mana kontrakkan yang murah tapi tak murahan?"

"Untuk siapa?"

"Angelica."

"Syukurlah jika kamu mencarikannya tempat, jika sudah mendapatkan tempat suruh dia untuk pindah dari apartemenku," ujar Dayton.

"Apartemenmu? Maksudnya gimana? Dia tinggal di apartemenmu sekarang?"

"Hem, semalam dia di usir saudaranya karena unit itu akan di jual," ujar Dayton.

"Terus kamu menawarkan tempat tinggal?"

"Sebagai manusia aku bisa apa? Selain membantunya."

"Maksudnya gimana? Aku tak mengerti."

"Angelica di usir kakaknya, apa kamu tidak dengar?"

"Aku dengar, tapi melihatmu membantu orang lain baru kali pertamanya," kekeh Alice.

"Aku membantunya karena melihatnya tidur di depan kamar kakaknya, jadi aku memberikannya tumpangan sampai dia mendapatkan tempat tinggal," ujar Dayton menjelaskan.

"Syukurlah jika Angelica tinggal bersamamu, aku jadi lega, dia tak lagi memikirkan tempat tinggal untuk sementara waktu."

"Aku memberinya tempat tinggal bukan berarti aku akan membiarkannya terus tinggal."

"Aku akan mencarikannya tempat untuk sementara waktu tapi kamu harus janji tak akan mengusirnya."

"Iya."

"Ya sudah, aku harus pergi."

"Baiklah, kamu hati-hati."

"Kapan kamu akan ke mansion?"

"Aku akan mengosongkan jadwalku."

"Jangan kerja terus, Kak, cobalah untuk mengenal wanita."

"Untuk apa?"

"Untuk masa depanmu."

"Ahh tidak perlu memikirkan hal itu."

"Apa kamu mau aku menjodohkanmu saja dengan Angelica?" tanya Alice berhasil membuat kakaknya tersedak minuman. Alice tersenyum melihat kegugupan sang kakak.

"Jangan gila, Alice."

"Aku tak gila, Kak, lagian kamu dan Angelica cocok"

"Itu karena perasaanmu saja."

"Ya sudah, aku pergi. Bye." Alice melangkah meninggalkan sang kakak yang masih gugup ketika Alice mengatakan hal yang berhasil membuat sang kakak bereaksi, Alice tersenyum ramah.

Ketika hendak berjalan meninggalkan ruangan sang kakak, Alice mendengar suara dering ponselnya, Alice melihat nama Zachary di layar ponselnya, kenapa Zachary menelponnya? Apa karena kakaknya sudah melaporkannya? Alice berdeham mencoba mengatur pacuan jantungnya yang berdegub kencang.

"Halo?"

"Kamu dimana?"

"Aku di rumah. Ada apa?'

"Ayo bertemu."

"Untuk apa? Bukankah pesanku semalam sudah menjelaskan semuanya?"

"Aku ingin bicara sama kamu, akan aku tunggu."

"Aku tidak bisa, Zach, aku—" Belum juga Alice menyelesaikan kata-katanya, Zach sudah mengakhiri telpon membuat Alice bingung.

Alice berpikir sejenak lalu melanjutkan langkah kakinya dan melajukan mobilnya menuju resto tempat Zach menunggunya.

.

.

Bersambung.