webnovel

Perfect Husband (Dayton And Angelica)

Menjadi seseorang yang di anggap beban adalah hal yang tidak mudah. Sulit namun tak ada yang bisa di lakukan. Terluka namun tak bisa di ungkapkan. Sakit namun tak bisa di jelaskan.Selamat datang di kisahku. Bahagiakan dia jika kau tak mau sampai kehilangannya.

Irhen_Dirga · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Bab 11 ~ Pelukan

Dayton sedang meeting dan mendengar proyek yang sedang di presentasikan oleh salah satu pegawainya, Dayton menganggukkan kepala mendengarnya tanda jika ia memahaminya. Sejenak ia di ganggu oleh suara telfonnya, melihat sang adik yang menelfonnya, Dayton berusaha tak perduli, Dayton menyuruh Joseph untuk mengangkatnya, Joseph menganggukkan kepala lalu keluar dari ruangan rapat.

"Halo?" jawab Joseph.

"Mana kakakku?"

"Dia tak bisa di ganggu, Nona, karena beliau ada rapat," jawab Joseph.

"Katakan padanya untuk menelponku."

"Tapi, beliau ada rapat."

"Katakan saja padanya ini tentang Angelica."

"Baiklah, Nona, akan saya sampaikan."

"Ya sudah, katakan padanya dan jangan lupa," ujar Alice mengakhiri telfonnya dan kembali menghampiri Zach yang sedang menunggunya.

Joseph kembali menghampiri atasannya itu dan duduk tepat di belakang sang atasan.

"Pak, Nona Alice ingin anda menelfonnya", bisik Joseph.

"Selesai rapat aku akan menelponnya."

"Katanya ini penting, tentang Nona Angelica," ujar Joseph, membuat ekspresi sang atasan berubah menjadi lebih serius. Dayton mengambil ponselnya dan menjauh dari ruang rapat, membuat semua mata melihat ke arahnya.

Dayton mendial nomor ponsel sang adik.

"Halo, Kak?"

"Apa maksudmu dengan Angelica? Ada apa dengannya?"

"Dia di pecat dari pekerjaannya."

"Terus apa yang penting dari itu? Sampai kamu mengganggu rapatku?" tanya Dayton.

"Tentu saja itu penting, kecuali kamu memang tak ada perasaan pada Angelica, jika kamu tak perduli kenapa menelfonku di saat kamu sedang rapat? Angelica membutuhkan uang untuk bertahan hidup, dia sedang mencari pekerjaan baru, tentu saja itu penting, dia menelfonku dengan menangis, aku minta tolong karena sekarang aku bersama Zach, siapa tau saja kamu bisa membuat Angelica tenang," ujar Alice.

"Apa? Kamu bersama Zach? "

"Akan aku jelaskan nanti, yang terpenting kita urus Angelica dulu," ujar Alice.

"Sungguh tak penting buatku, Alice."

"Kamu memang tidak peka, Kak, ya sudah jika memang kamutak mau menolongku," ujar Alice mengakhiri telpon dengan kesal, karena penasaran Dayton kembali menelpon sang adik.

"Ada apa lagi?" tanya Alice kesal.

"Terus kamu tau sekarang Angelica di mana?"

"Bukannya kamu tidak perduli? "

"Dia temanmu dan kamu mengkhawatirkannya, tentu saja aku akan menolongmu, jadi katakan saja dia ada dimana?" ujar Dayton membuat sang adik terkekeh.

"Sepertinya dia masih di sekitaran taman lokasi syuting Rihana, tapi entah apa dia masih di sana," ujar Alice dengan senyum mengambangnya.

"Baiklah aku akan ke sana," ujar Dayton.

"Syukurlah jika kamu masih punya hati," kekeh Alice.

"Dan kamu jangan lupa untuk menjelaskan padaku tentang Zach yang baru saja pagi ini kamu membatalkan pernikahan," ujar Dayton penuh penekanan.

"Iya iya, aku pasti menjelaskannya, ya sudah.. bye," ujar Alice dengan mengakhiri telpon.

Alvin memijat pelipis matanya dan berjalan memasuki ruang rapat.

"Terima kasih atas presentasi yang kalian bawakan, kalian bisa menaruh proposalnya di mejaku, saya ada urusan yang sangat mendesak, jadi mohon maaf saya undur diri," ujar Dayton menundukkan kepala dan berjalan meninggalkan ruang rapat, Joseph mengikuti langkah kaki sang atasan.

Alice tersenyum.

"Ada apa, Alice? Apa kakakmu akan menemui Angelica?" tanya Zach.

"Iya, syukurlah jika kakakku itu mau menemui Angelica, sungguh pria yang susah di tebak," kekeh Alice.

"Baiklah, ya sudah.. kita ke rumahku," ajak Zach.

"Apa? Ke rumahmu? Ngapain?" tanya Alice.

"Aku akan mempertemukanmu pada ayahku dan Windra juga suaminya untuk membahas tentang Windra yang sudah berani mengataimu," ujar Zach.

"Aishh… jangan berlebihan, Zach, aku tidak apa-apa kok, lagian aku sudah melupakannya jadi tak perlu lagi kita membahasnya," ujar Alice.

"Kalau begitu sekedar jalan-jalan."

"Ke rumahmu?"

"Iya, Alice, ke rumahku."

"Tapi—"

"Tapi apa? kamu tidak nyaman?"

"Bukan gitu, Zach, tapi aku tidak ingin ketemu Windra."

"Cuekin saja, aku ada kok bersamamu," ujar Zach mencoba meyakinkan sang calon istri.

"Baiklah."

Dayton melajukan mobilnya, di taman ia mencari sosok Angelica yang sudah sejak tadi ia cari tapi tak ketemu, Dayton memutari taman dan mendapati Rihana yang sedang bercerita tentang Angelica.

"Syukurlah jika wanita sialan itu keluar dari bidang ini, enak saja setelah melukaiku, terus dia bersikap seperti tak terjadi apa-apa," ujar Rihana.

"Tapi kenapa sikapmu seperti itu, Rihana? Itu berlebihan, bagaimana jika ada yang melihatnya?" tanya sang manager.

"Kamu membela siapa, sih? Aku atau wanita sialan itu?"

"Tentu saja kamu, tapi melihatmu marah hanya karena dia memakai gaun dan sepatu mahal terdengar tak masuk akal," ujar sang manager.

"Bukan hanya karena pakaian dan sepatu yang ia pakai, tapi secara diam-diam dia selalu memakai make up yang aku punya di ruang ganti," ujar Rihana.

"Aku tidak mau, ya, sampai ada yang memakai barang-barangku tanpa sepengetahuanku, apalagi wanita sialan itu, dia sudah memakai make up mahal yang aku miliki diam-diam dan itu menurutku kejahatan," sambung Rihana.

"Kan hanya make up, dia juga tidak setiap hari memakainya," gumam sang asisten membuat sang manager menyikut asisten Rihana.

"Apa? Kamu mau sepertinya, di pecat secara tidak hormat? Aku punya kendali di sini, jika aku menyeretmu keluar tak aka nada yang berani melawanku," ujar Rihana.

"Ayoo bersiap!" teriak sutradara.

Dayton mendengar semuanya dan mencoba tak memperdulikannya dan kembali mencari Angelica di sekitaran taman, taman seluas ini mampu membuat Dayton begitu lelah berkeliling, sosok yang di cari akhirnya ketemu, Angelica duduk di bawah pohon besar yang sangat jauh dari lokasi syuting.

Dayton mengirim pesan kepada Joseph jika ia tak perlu mencarinya dan menyuruhnya menunggu di mobil.

Dayton menghela nafas panjang karena begitu lega melihat Angelica yang sedang menangis di kejauhan, Dayton menghampiri Angelica dan duduk di sampingnya.

"Aku paling tak suka melihat wanita menangis," ujar Dayton membuat Angelica berbalik melihatnya.

"Apalagi jika ada yang melihat wanita menangis di bawah pohon besar ini, entar di kiranya hantu wanita," ujar Dayton mencoba mengutarakan lelucon tapi membuatnya terdengar garing.

"Dayton? Ngapain kamu di sini? Apa Alice menyuruhmu kemari?" tanya Angelica.

"Alice? Tidak sama sekali, aku kebetulan lewat setelah bertemu klien di café dekat taman ini, jadi tak ada salahnya untuk menyegarkan otak berjalan-jalan di sekitaran taman karena kerjaan yang banyak", ujar Dayton yang sengaja tak mengakuinya.

"Hem, baiklah."

"Ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Dayton berusaha tak tau apa-apa.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku kehilangan pekerjaanku."

"Apa itu membuatmu frustasi?"

"Tentu saja, itu adalah pekerjaan yang aku punya dan hanya ada satu-satunya, jika aku kehilangannya bagaimana dengan kelanjutan hidupku?"

"Tidak apa-apa, ini bukan apa-apa … kamu di pecat dari pekerjaan? Terus apa? Masih banyak pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan, mungkin sekarang akan sangat sulit bagimu tapi kamu tak sendiri, kamu memiliki Alice dan—"

"Dan apa?"

"Dan semuanya, hidup tak berakhir disini, jadi bangunlah dan bangkit dari keterpurukan," ujar Dayton membuat Alice mengangguk dan menitihkan air mata karena perkataan Alvin ada benarnya.

"Ayo bangkit, kamu tak perlu merasa sedih hanya karena kehilangan pekerjaan seperti itu, banyak pekerjaan yang bisa kamu lakukan di Negara ini, aku akan membantumu jika perlu, jadi jangan menangis, itu hanya akan membuatmu terlihat lebih buruk," sambung Dayton.

Dayton beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di depan Angelica, Dayton mengulurkan tangannya. Membuat Angelica menyambutnya dengan perasaan yang tenang.

Dayton menarik Angelica, genggaman tangan Dayton terasa sangat hangat membuat Angelica tersenyum, setelah jauh berjalan Angelica sadar jika ternyata Dayton menariknya ke lokasi syuting yang membuat semua kru dan penonton lainnya menatap Angelica dan Dayton.