webnovel

Perfect D'angelo Bride

Warning cerita 21 + harap bijak dalam membaca "Aku menikahi mu bukan hanya untuk melepaskan keluarga ku dari kutukan tapi aku menikahi mu karna aku mencintai mu, bagi ku hanya kamu istri ku  dan ibu dari anak-anak ku karna bagi ku tidak ada satupun wanita di dunia ini yang pantas menggantikan posisi mu," "Belum cukup kah, aku menunjukkan cinta ku melalui tindakan ku, aku bukan pria yang suka mengumbar kata-kata cinta tanpa bukti nyata" Sean D'angelo (25 tahun) seorang pengusaha sukses yang memiliki sifat dingin, licik, dan kejam. Hanya saja tak ada satu orang pun tau kalau Sean menderita sebuah kutukan yang terus menerus membuatnya menderita. Agustaf D'Lucifer (26 tahun) seorang pengusaha sukses yang menjadi rival Sean D'angelo dalam merebut cinta sang gadis takdir Sarah Frederica (21 tahun) adalah seorang gadis  takdir yang di beri anugrah untuk mematahkan kutukan yang menimpa salah satu dari 2 keluarga terpandang, hanya 1 keluarga yang mampu menaklukan hati sang gadis takdir. Bagaimana kisah  perebutan cinta sang gadis takdir, akankah  Sean dan agustaf mampu membuat sarah jatuh cinta pada mereka ataukah pada akhirnya mereka gagal menaklukkan hati gadis takdir, Bagaimana perjuangan Sean dan agustaf dalam merebut cinta sang gadis takdir ?  Penasaran kisah selanjutnya! Yuk, simak kisah cinta perfect D'Angelo Bride disini!

Vvy_Ccya31 · Realistic
Not enough ratings
316 Chs

Nasehat Bi Ina

"Sarah tidak ada yang namanya seorang anak itu jadi beban orang tua karena seorang anak tidak bisa memilih untuk di lahirkan atau tidak, tidak bisa juga memilih lahir di keluarga mana yang sesuai dengan keinginan mereka karena yang memilih ya, orang tuanya itu sendiri jadi ketika mereka sudah memilih untuk melahirkan seorang anak maka ia memiliki tanggung jawab untuk kelangsungan hidup anaknya mulai dari memberikan kasih sayang, memberi makan, memberikan pendidikan yang layak, menafkahi mulai dari sandang pangan dan papan serta masih banyak lagi kebutuhan yang lain sampai anaknya dewasa dan mampu berdiri di kakinya sendiri sebelum mereka dewasa orang tua tetap memiliki tanggung jawab itu ketika ia sendiri masih hidup namun sering kali seorang anak sudah mengambil alih tanggung jawab itu ketika ia masih remaja karena tidak ingin di sebut bergantung terus pada orang tuanya atau ketika ia memiliki keinginan untuk berbakti dan membalas budi maka ia akan merawat orang tuanya memberikan mereka semua yang bisa ia berikan untuk membalas budi namun ini tidak bisa di paksakan Sarah, ini murni dari hati anak itu sendiri untuk berbakti, bakti seorang anak tidak bisa di paksakan, banyak buktinya yang kita lihat di berita, ada anak yang berbakti ada pula yang tidak"

"Terkadang masyarakat hanya menyalahkan sang anak yang terlihat tidak berbakti namun mereka seakan lupa Seorang anak yang di perlakukan baik oleh orangtuanya pasti tidak akan tega menelantarkan orangtuanya namun sebaliknya jika orangtuanya memperlakukannya dengan kejam tanpa kasih sayang sejak ia masih kecil sehingga yang ia ingat hanya kenangan menyakitkan tidak ada kebahagiaan di sana maka jangan hanya menyalahkan anak itu ketika ia tidak berbakti tapi salahkan juga orangtuanya" nasehat Bi Ina sembari mengelus lembut lengan Sarah

"Bi Sarah kini sudah tidak punya tujuan hidup lagi, hidup Sarah terombang-ambing seperti ini bi, Sarah juga tidak bisa memberikan nenek sebuah rumah, ahh jangankan rumah Bi, pekerjaan pun tak Sarah miliki sekarang, tidak mungkin Sarah dan nenek kembali ke rumah itu lagi Bi, terlalu berat ujian yang Tuhan berikan untuk Sarah Bi, Tuhan terlalu pilih kasih " air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh, ia menangis menumpahkan kesedihannya yang selama ini terpendam

"Tuhan itu tidak pernah pilih kasih dan berlaku tidak adil Sar, dia sangat adil dan penuh perhitungan saat memberikan ujian kehidupan pada umatnya. Dia meletakkan ujian itu di bahu mu karena ia yakin kamu akan kuat menanggungnya dan Tuhan ingin melihat bagaimana cara kita menanggapi dan menyelesaikan ujian yang Ia berikan, memilih menyerah sebelum berjuang, menyerah sebelum mencoba melakukan banyak cara untuk menghadapinya hanya akan menyisakan penyesalan Sar dan itu akhir yang paling tragis, sekarang yang harus kamu lakukan hadapi dengan ikhlas dan penuh rasa syukur" ucap Bi Ina lagi

"Sekarang bibi ingin bertanya apa tujuan seorang guru memberikan banyak soal ujian di kelas setiap minggu atau pertengahan hingga akhir semester?" Tanya Bi Ina

"Ujian itu di berikan untuk siswa karena sang guru ingin tahu seberapa pahamnya siswa dengan apa yang ia ajarkan dan juga untuk menilai tingkat kecerdasan siswa itu sendiri, itu menurut Sarah, bi" jawab Sarah mengutarakan pendapatnya.

"Betul, semakin banyak pelajaran maka semakin banyak pula ujian dan siswa yang telah mengikuti banyak ujian akan semakin pintar karena biasanya banyak siswa yang hanya akan belajar dengan keras ketika ujian itu tiba, ia akan membuat banyak strategi agar nilainya tidak hancur dan itu merupakan salah satu solusi untuk menghadapi ujian sehingga ketika ujian tiba ia akan terbiasa menghadapinya dan mampu melaluinya dengan lancar dan tentunya mendapat reward berupa nilai yang bagus begitupun dengan kehidupan ini Sar, setiap hari kita belajar banyak hal dan tentunya kita harus menghadapi ujian pula, ujian yang Tuhan berikan bukan tanpa alasan ia ijinkan terjadi melainkan ia ingin umatnya menjadi cerdas dan bijak dalam menyingkapi ujian yang di berikan serta memiliki hati yang kuat dan pantang menyerah menjalani Lika liku proses kehidupan yang harus ia lalui" Jelas Bi Ina panjang lebar berharap Sarah mengerti kalau yang menimpanya saat ini merupakan salah satu ujian yang Tuhan ijinkan terjadi di hidupnya.

Sarah menatap lekat wajah perempuan di hadapannya yang sudah tidak terlalu muda, terlihat jelas kelembutan dan ketulusan serta kehangatan di sorot netra yang tampak bersinar indah. Seketika Sarah merasakan sebuah kehangatan mengalir di dadanya kini ia merasa seperti memiliki tempat untuk berlindung.

"Jika kamu mau, kamu bisa berbicara dengan nenek Amira untuk tinggal di sini bersama ku. Bibi tinggal sebatang kara di sini, Sar" Bi Ina mengusap kepala Sarah dengan lembut dan kembali tersenyum lembut.

"Bi, terimakasih tapi Sarah tidak ingin merepotkan bibi" ucap Sarah tak enak menolak kebaikan bi Ina.

"Kalian tidak merepotkan sama sekali Sarah, malah bibi senang ada teman bibi dirumah, sangat sepi hidup sendiri, Sar" lagi-lagi senyum Bi Ina benar-benar meneduhkan hati Sarah, dia tidak pernah merasakan kenyamanan seperti ini dari orang lain selain neneknya.

Sarah menganggukan kepalanya "Sarah akan berbicara pada nenek nanti Bi, kalau nenek setuju Sarah dan nenek akan tinggal disini" putus Sarah, seketika membuat Bi Ina menjadi terlihat sangat antusias dan tak henti-hentinya tersenyum senang. Akhirnya dia tidak hidup bertemankan kesepian lagi.

Tak lama makan malam jadi, Sarah, Bi Ina dan nenek Amira menikmati makan malam dalam diam.

Setelah merapikan meja dan mencuci piring Sarah menyusul neneknya ke peraduan, Sarah terkejut melihat neneknya belum tidur, wanita renta itu tampak menatap bulan dari jendela kamar dengan tatapan sendu

"Nek" panggil Sarah

"Belum tidur"

"Belum, nenek menunggu mu" jawab nenek Amira tersenyum lembut

"Kenapa nenek menunggu Sarah ?" Tanya Sarah bingung

"Ada yang nenek ingin bicarakan pada mu" Jawab nenek Amira menepuk kursi di sampingnya meminta Sarah mendekat.

"Bagaimana menurut mu permintaan Bi Ina ?" Tanya nenek Amira yang membuat Sarah terkejut

"Bi Ina, ada ngomong sama nenek?" Tanya Sarah

"Nggak ada, nenek tadi sempat dengar omongan kalian di dapur" jawab nenek Amira

"Ohh..." Gumam Sarah pelan

"Lalu pendapat mu gimana Sar?" Tanya nenek Amira lagi karena Sarah tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Sarah terserah nenek, kalau nenek mau tinggal disini Sarah ngikut nek" ucap Sarah

"Kalau tinggal disini nenek juga ada teman di rumah, nenek sama Bi Ina juga bisa buka toko kue kecil-kecilan disini" ucap nenek Amira

"Lalu rumah kita di kota lama gimana nek?"

"Nenek, berencana memberikan rumah itu untuk ibu mu, terserah dia ingin lakukan apapun pada rumah itu tapi dengan syarat dia tidak menganggu hidup mu lagi" ucap neneknya Amira sendu.

Sarah hanya diam tak mampu menjawab ucapan neneknya, sekuat mungkin ia menahan air matanya agar tidak jatuh, rumah itu menyimpan memori perjuangan Sarah dan nenek Amira.