Dia membunuh seseorang … dan itu adalah sahabatnya. Apa yang harus dia lakukan? Mata Su Qianci menjadi kabur saat dia mencoba untuk bernapas. Setelah mengumpulkan semua kekuatannya, dia mengangkat tubuh Lu Yihan, menyandarkan kepalanya ke bahunya. Karena ikut merasakan penderitaan Lu Yihan, Su Qianci tidak bisa menghentikan air matanya. "Bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit."
Dia tidak boleh mati! Namun, sebelum dia keluar dari lorong itu, Lu Yihan tidak bisa berdiri tegak dan roboh ke tanah. Tidak dapat menahan berat badannya, Su Qianci juga terjatuh ke tanah. Pada saat ini, Su Qianci akhirnya kehilangan kendali dan berseru, "Lu Yihan, kumohon jangan mati …."
Lu Yihan menutupi lukanya dan berkata dengan lemah, "Gadis bodoh, lukanya bukan di jantung. Aku tidak akan mati, tapi itu benar-benar menyakitkan …. Si*l …."
Saat mendengar perkataan Lu Yihan, Su Qianci merasa sedikit lega, dia menghapus air matanya, dan berdiri. "Aku akan memanggil seseorang. Bertahanlah di sana. Kumohon jangan mati!"
Su Qianci berlari secepat kilat, dan Lu Yihan kehilangan kesadarannya. Pria itu merasa telah melihat sebuah sosok berdiri di balik jendela yang menghadap ke arahnya dengan sebuah tatapan yang amat sangat dingin. Lu Yihan tiba di rumah sakit lebih dari sepuluh menit kemudian. Setelah perawatan di unit gawat darurat, nyawa Lu Yihan tidak lagi berada dalam bahaya. Sisi positifnya adalah bahwa meskipun serpihan kaca itu menembus lima cm di bawah kulitnya, kaca itu tidak mengenai isi perutnya, jadi lukanya masih bisa dikendalikan.
Mendengar berita itu, Su Qianci dengan segera merasa sedikit lega. Lalu dia mendapat sebuah telepon dari Li Sicheng.
"Kamu belum pulang?" itu kalimat pertama yang Li Sicheng katakan.
Su Qianci melihat jam dan sudah lewat pukul 9 malam. Nanny Rong telah menelepon tiga kali dan Su Qianci memintanya untuk pulang terlebih dahulu. Tanpa diduga, Li Sicheng mengetahui berita itu. Su Qianci menjadi lega dan merasa tenang saat mendengarkan suara Li Sicheng.
"Pulanglah secepatnya. Nanny Rong mengkhawatirkanmu."
Dan begitu pula Li Sicheng. Su Qianci mengerutkan bibirnya dan merasa sedikit jengkel. Dia punya banyak hal yang ingin dibicarakan dengannya, tapi Li Sicheng sedang berada di Amerika …. "Kapan kamu akan kembali?"
Mendengar nada suara Su Qianci yang kesal, Li Sicheng tersenyum tipis dan tiba-tiba merasakan suasana hatinya yang buruk selama beberapa hari ini menjadi lebih baik.
Li Sicheng menjawab dengan tenang, "Besok."
"Apakah kamu masih di New York?"
"Ya, sang profesor telah tiada. Aku membantu mengatur pemakamannya."
Pemakaman Tuan Stewart diadakan hari ini, sementara konferensi pers Su Qianci besok. Butuh setidaknya dua belas jam penerbangan dari New York ke Kotaraja, jadi waktunya akan mepet …. Memikirkan kemungkinan bahwa dia mungkin tidak berhasil datang tepat waktu, Li Sicheng merasa bersalah dan menambahkan, "Beristirahatlah dengan baik. Aku akan berusaha datang tepat waktu ke konferensi pers besok."
"Oke." Su Qianci merasa sedikit kecewa. "Aku akan menunggumu."
"Dimon …." Seseorang memanggil nama Inggris Li Sicheng.
"Pulanglah dan tunggu aku kembali," kata Li Sicheng.
"Oke!"
"Ketika aku kembali, mari mengulang pesta pernikahan kita. Bagaimana menurutmu?"
"Mengulang pesta pernikahan?" Su Qianci tertegun. Ketika mereka menikah, kedua keluarga itu hanya makan malam bersama, jadi itu agak terlalu sederhana. Namun, dia tidak menyangka bahwa Li Sicheng akan mengungkit hal ini. Merasa gembira, Su Qianci berpura-pura tenang. "Apakah itu perlu?"
"Ya, aku ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah istri Li Sicheng."
Su Qianci seketika menjadi ceria. "Baiklah!"