webnovel

PERASAAN YANG MEMBARA

21+ FREY : “Awasi Zulian dan jangan pukul dia.” Permintaan kakakku terdengar cukup mudah. Yaitu untuk mengawasi sahabatnya di kampus dan menjaga tanganku untuk diriku sendiri. Dan ini tentunya sangat mudah. Bahkan jika Zulian adalah seorang kutu buku. Aku selalu berpikir ini sangat lucu, aku tidak punya waktu untuk berpikir dengan diriku sendiri. Hanya ada satu tongkat yang harus aku fokuskan tahun ini, dan itu adalah tongkat hoki ku. Tujuanku setelah lulus adalah untuk mendapatkan kontrak kerja. Hal terakhir yang aku butuhkan adalah pengalihkan perhatian dari semuanya. Di dalam atau di luar. Hanya saja, mematuhi aturan lebih sulit dari yang aku pikirkan. **** ZULIAN: Semua orang membuatku bingung. Dan tidak lebih lagi seseorang yang bernama Frey Geraldi. Aku hampir tidak berbicara sepatah katapun dengannya sepanjang waktuku mengenalnya, tetapi kali ini, Aku menginjakkan kaki di kampus, dan dia tidak akan mungkin akan goyah. Aku tidak pernah bisa mengantisipasi langkah selanjutnya. Dan setiap kali kita bersama, langkahku selanjutnya adalah sebuah misteri. Aku ingin menyerah padanya, tapi itu mungkin aku harus berterus terang tentang sesuatu yang belum pernah aku pedulikan sebelumnya.

Richard_Raff28 · LGBT+
Not enough ratings
273 Chs

JEREMY - SAMUEL

-JEREMY-

Aku hanya menatapnya, menunggu. Seringainya perlahan menghilang. "Aku tidak tahu."

"Mungkin kamu harus memikirkannya," kataku lembut.

Dia mengerutkan kening, kerutan lelah muncul di sudut matanya. Sesaat dia tampak serius memikirkan pertanyaan itu. Lalu dia mengangkat bahu. "Apa itu penting? Ayah Aku menjelaskan kehidupan seperti apa yang dia harapkan untuk Aku jalani, dan jika Aku ingin tetap dalam rahmat baiknya, itulah yang akan Aku lakukan."

"Tidak harus seperti itu," kataku.

"Di duniaku, memang begitu."

Aku membuka mulutku dan mulai berdebat, tapi dia memotongku. "Bagaimana denganmu, Jeremy? Kehidupan apa yang ingin kamu jalani?"

"Aku sudah menjalaninya," jawabku otomatis.

Dia mengangkat alisnya, memperjelas bahwa dia tidak mempercayai jawabanku.

"Aku," kataku lebih tegas.

Dia menepukkan tangannya di bahuku. "Kamu terus mengatakan itu pada dirimu sendiri, Jeremy," katanya, sebelum berjalan pergi, meninggalkanku berdiri sendirian di lobi ke gedung ayahnya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com