webnovel

Penyihir Petualang Virgo

Monster tiba-tiba muncul dan mulai membuat petaka bagi semua penghuni bumi, Mereka di duga mendapatkan kekuatan dari dewa kegelapan. Untuk melindungi diri dari monster, manusia mempelajari buku sihir yang di berikan oleh Dewa matahari dan Petir, lalu mereka yang mempelajarinya akan di kenal sebagai seorang penyihir. Di era ini seorang anak laki-laki bernama Virgo yang tidak memiliki bakat sihir terdampar di sebuah pulau misterius yang di penuhi hewan buas mematikan, pulau tersebut bahkan tidak bisa di deteksi oleh para penyihir. Di pulau itu Virgo bertemu dengan inti kekuatan dari dewa penjaga kegelapan yang telah tersegel, Virgo yang ingin kembali ke tempat asalnya harus setuju menjadi pewaris kekuatan dewa penjaga kegelapan sekaligus menuntaskan misi untuk mencegah bangkitnya kekuatan iblis. Ikuti dan dukung terus perjalanan Virgo ^_^

Umam_Young · Fantasy
Not enough ratings
380 Chs

Pertarungan di Desa Hujan (1)

Di saat kedua hewan buas tersebut bersamaan menyerang Virgo, Matahari yang awalnya tertutup oleh awan kini menyinari tubuhnya, membuat darahnya terasa mendidih.

Namun ia tidak terkejut karena sebelumnya pernah merasakan hal yang sama dan mengetahui hal itu di sebabkan oleh cahaya matahari.

Rambutnya yang berwarna kuning redup itu pun perlahan semakin terang dan warna biru mulai terlihat di setiap ujung rambutnya, tentu saja Virgo tidak mengetahui perubahannya saat itu.

Lambang matahari di dadanya mulai bersinar dengan cahaya emas.

Kedua hewan buas yang awalnya terlihat garang dengan nafsu membunuh tiba-tiba mulai mengerut, Keduanya menatap dada Virgo yang bercahaya dengan Kilauan emas, seolah merasakan aura yang tidak biasa dari Virgo.

Hal itulah yang membuat kedua hewan buas tersebut membeku dan berubah menjadi pucat hingga ujungnya melarikan diri.

Melihat tingkah aneh macan hitam dan burung bersayap tajam Virgo jelas kebingungan, seharusnya cukup jelas bahwa dia sedang ketakutan dan bahkan hampir pasrah dimangsa oleh kedua hewan buas tersebut.

"Hmm, apa yang terjadi, bukankah seharusnya aku yang melarikan diri". Gumamnya kebingungan, namun tentu ia menjadi sangat lega setelah melihat kedua hewan buas itu langsung melarikan diri.

Kemudian, kini matanya tertuju ke arah bangkai dua hewan buas raksasa dan semua hewan buas yang sedang bertarung, tanpa di duga para hewan buas tersebut juga terdiam menatap ke arahnya dengan ekspresi yang juga terlihat ketakutan ketakutan.

Sebenarnya para hewan buas itu tidak bisa melihat Virgo dengan jelas karena tertutup oleh banyak pohon rimbun namun cahaya emas dan aura yang di keluarkannya membuat semua hewan buas itu tidak bisa berpaling, lalu pada akhirnya juga ikut kabur terbirit-birit ke segala arah.

Melihat itu Virgo tentu semakin bingung, tapi itu juga membuatnya senang.

Ia menatap simbol di dadanya bersinar, lalu segera mengangguk dengan santai, "Pasti karena ini". Batinnya, dengan mata yang berbinar.

"Ini kesempatanku, aku tidak boleh menyia-nyiakannya". Karena mengetahui semua hewan buas telah pergi, ia pun langsung melompat melalui setiap pohon menuju ke arah bangkai kedua hewan buas Raksasa.

Setelah sampai di area tersebut, Virgo sangat terkejut ukuran kedua hewan buas yang telah tewas itu lebih besar dari perkiraannya.

"Ini hampir seukuran bukit kecil, bagaimana mungkin hewan buas raksasa ini adalah tandingan ku". Gumam Virgo dengan senyuman lega di wajahnya, ia sangat beruntung karena ular raksasa itu muncul tepat waktu.

Virgo melihat tubuhnya yang hampir telanjang, hanya ada celana pendek robek yang hampir tidak layak di gunakan, dan selendang merah yang menempel di lehernya.

Sesaat ia berpikir untuk melakukan sesuatu, dan dengan cepat melihat ke segala arah untuk memastikan tidak ada lagi hewan buas di dekatnya.

Sebuah tombak yang selalu di bawanya dan sebelumnya di gunakan untuk menangkap ikan langsung menusuk tubuh ular hitam raksasa, dan dalam sekejap ia sudah mengupas sedikit kulit ular hitam raksasa.

"Ini seharusnya sudah cukup". Pikirnya sambil mengangguk puas, lalu ia juga mengambil beberapa bulu biru dari sayap panjang elang raksasa.

Kemudian mengambil beberapa kayu kering dan dengan cepat membakarnya, hal itu di maksudkan untuk mempercepat pengeringan kulit ular hitam raksasa.

Tidak butuh waktu lama, Virgo pun tersenyum bangga saat mengenakan pakaian hitam dari kulit ular yang di padu dengan bulu sayap elang yang berwarna biru langit serta selendang berwarna merah di lehernya.

Ia juga mengambil beberapa cakar elang yang di gunakan nya sebagai ujung tombak, membuat tombak baru yang lebih tajam dan kuat.

Virgo kemudian meloncat dengan santai ke atas bangkai hewan buas raksasa lalu memeriksa arah Gunung tengah pulau yang menjadi tujuannya.

"Jadi ke arah sana". Senyum puas penuh semangat muncul di bibir Virgo, dan dengan cepat langsung melesat ke arah gunung yang menjadi tujuannya.

Kini ia pun menjadi lebih percaya diri setelah melihat kejadian sebelumnya, di mana para hewan buas ketakutan hanya karena melihat simbol matahari yang bersinar di dadanya, tapi tentu di satu sisi ia juga menjadi lebih waspada.

Bagaimana pun ia sudah mengetahui bahwa pulau itu di penuhi oleh hewan buas yang tidak biasa.

Di tempat lain di perbatasan desa hujan, yang sebelumnya merupakan tempat tinggal Virgo, sekitar lusinan penyihir terlihat sedang kewalahan saat menghadapi beberapa hewan buas yang jumlahnya hampir sama dengan mereka.

Desa hujan di lindungi oleh sebuah cahaya ungu samar yang mereka sebut Dinding pelindung cahaya ungu, atau di kenal dengan nama dinding ungu, ini adalah salah satu jurus yang di gunakan untuk melindungi desa secara keseluruhan.

Dinding ungu diaktifkan ketika desa berada dalam keadaan bahaya, lalu saat ini hewan buas menyerang dengan ganas dan terus mencoba menghancurkan desa.

Itulah kenapa mereka memutuskan untuk bertarung, berusaha menahan serangan para hewan buas, atau membunuh beberapa hewan buas sambil menunggu bantuan dari kota.

Kemudian di puncak gunung, monster berukuran tiga meter dengan kepala berbentuk kendi tua berlumut hanya terdiam mengamati pertarungan tersebut, matanya yang berwarna merah meruncing sambil menjilati mulutnya.