webnovel

Penyihir dan Petarung

Vyn nama remaja yang baru saja kehilangan orang tua beserta seluruh warga desanya karena wabah penyakit mematikan. Wabah itu ternyata dari penyihir jahat, Vyn hendak balas dendam namun penyihir itu sudah mati. Karena ia sudah tak punya tujuan hidup bersama orang tuanya maka ia pun pergi ke kastil milik penyihir bernama Mely. Kisah Vyn pun di mulai

Ade_465 · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Prolog

Sebuah kastil penyihir yang berada di antara tengah-tengah tebing dengan pintu masuknya hanya ada satu jalan setapak kecil dengan kanan kiri jalan itu rawa-rawa. Ada berbagai tumbuhan monster pemakan daging atau bangkai ada yang mengerikan ada juga yang nampak menyenangkan.

Kastil sihir dengan 3 lantai dan 1 menara itu sangat sepi hanya raungan binatang warcraf atau suara aneh tumbuhan warcraf yang terdengar. Terlihat dari jalan setapak yang memasuki wilayah lembah kastil penyihir itu ada sesosok anak remaja laki-laki yang berjalan terseok-seok.

Remaja itu berumur sekitar 15 atau 16 tahun hendak tumbuh menuju remaja, ia memakai baju kinono compang-camping sambil berjalan membawa peta di tangan kirinya dan juga tongkat kayu biasa di tangan kanannya. Ia terus berjalan melewati jalan setapak yang sunyi dan agak mengerikan, wajahnya ketakutan.

"Tck... Kastil penyihir ini mengerikan dan menakutkan, ku harap aku bisa bertahan sampai pintu kastil"

Saat berjalan remaja itu melihat kumpulan jamur yang sedang bernyanyi riang gembira bersama-sama seakan mengajaknya ke sana ikut bergabung. Namun saat ia melihat tulang-belulang di bawahnya, ia tersadar kalau jamur itu berbahaya, selain racun jamur itu juga punya sihir ilusi.

"Ini baru jamur liar lho... Sudah bisa sihir ilusi? Sedangkan aku, huh... payah..." Aku.

Tanpa di ketahui remaja itu, dari atasnya dengan jarak lebih dari 50 meter terhalangi oleh kabut misterius ada seorang wanita dewasa yang tersenyum sesekali tertawa kecil melihat renaja di bawahnya yang lagi jalan di setapak sambil sesekali menggerutu. Wanita muda itu seperti menikmati hiburan sambil duduk di atas sapu terbangnya.

"Hihihi... Setiap tanamanku selalu di dekati, jangan sampai di makan oleh tumbuhan-tumbuhan monsterku..."

Kembali lagi ke remaja itu yang sekarang lagi menyodok-nyodok tumbuhan yang memiliki kantung di batangnya menggunakan tongkat kayunya. Seketika kantung tumbuhan itu bagian atasnya terbuka dan ada gigi runcing di sana hendak menerkam tangan remaja itu, dan remaja itu pun kaget bukan main.

"Anjing ngaggetin aja... Huh... Huh.. Ini semua benar-benar tumbuhan monster di sini... Huh... Huh... Untung tanganku nggak sampai tergigit"

Ketika hampir sampai di depan pintu kastil yang yang tanpa tembok atau pagar keliling itu, remaja tadi kembali teralihkan perhatiannya. Ia sedang menatap pohon apel yang merambat sepertinya remaja itu nampak lapar karena ia memandangi apel merah yang terlihat menyegarkan.

Saat hendak memetiknya, tiba-tiba ada sulur yang menjerat tangannya. Langsung saja ia kaget dan berteriak kesakitan karena sulur tanaman apel itu mempunyai duri yang tajam meskipun durinya pendek. Ia mengambil belati dari pinggangnya lalu dengan cepat memotong sulur tanaman apel itu.

"Ini kayak perpaduan pohon apel, bunga mawar, dan ular... Sakit banget durinya... Beruntung aku dapat buah apelnya... Apa ini beracun? Ahhhh... Perutku terlanjur lapar..."

Remaja itu pun memakan dengan lahap buah apel merah merona di tangan kanannya sambil duduk bersila nampak sangat santai. Namun berbeda dengan sosok wanita dewasa yang memakai gaun warna hitam sedang terbang di atasnya, ia ingin berteria namun tidak jadi karena melihat remaja itu masih bernafas

"Huh... Di antara buah lain kenapa dia makan buah apel itu? Itu adalah buah yang paling beracun di sini, Hah... Sepertinya aku gagal lagi mendapat murid magang..."

Wajah cantik wanita dewasa itu terlihat kecewa dan sedih karena ia gagal mendapat murid magang sihir kali ini. Namun saat ia menatap remaja yang lagi tiduran karena pingsan sehabis makan buah apel beracun itu, mata wanita muda itu terbelalak karena remaja itu tiba-tiba saja bangun dengan wajah sumringah.

"Apa aku berhalusinasi terkena sihir ilusi kebunku sendiri? Mustahil... Dia itu nggak mati?"

Kini sampailah remaja itu di depan pintu kastil penyihir, ia dngan hati-hati mengamati sekelilingnya, lalu mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka dan wanita dewasa yang terbang menaiki sapu tadi sudah ada di dalam kastil membukakan pintu kastilnya. Dengan wajah cantiknya ia menatap remaja itu.

"Ayo masuk... Kau berhasil sejauh ini tanpa mati... Aku pemilik kastil sihir ini..."

"Terima kasih nyonya..."

"Selanjutnya adalah ujian bakat kedekatan elemenmu, ayo ikut aku"

"Baik nona..."

Wanita dewasa yang nampak acuh itu mengajak remaja tadi masuk ke ruang tamu kastil, di atas meja yang berada di tengah-tengah antara dua sofa ada berbagai macam objek yang terbuat dari elemen. Ada bola tanah, api lilin, semangkuk air, angin topan kecil di dalam toples dan pot tanaman kaktus kecil.

"Baiklah kau sudah paham tentang energi 'mana'?"

"Sudah nona, saya bisa mengendalikan mana saya"

"Bagus... Penyihir bisa di sebut dengan pengendali elemen atau objek, sekarang cobalah gerakkan benda-benda di meja ini satu persatu"

Remaja itu mengangguk, dengan telapak tangan kanan menegadah ke atas, ia mulai berkonsentrasi. Tiba-tiba ada cahaya redup di telapak tangannya itu berwarna putih susu macam kabut itulah yang di namakan energi "Mana" yang keluar dari seorang penyihir. Energi Mana ini hanya di miliki orang-orang yang berbakat sihir saja.

Dia mulai mengendalikan bola tanah, namun tidak ada respon, selanjutnya ke bidang objek lainnya, namun juga tidak ada respon. Wanita muda tadi menggelengkan kepala nampak kecewa. Remaja tadi tidak putus asa ia mulai mengendalikan mana ke pohon kaktus kecil di pot, kaktus kecil itu pun mulai tumbuh perlahan.

"Cukup... Bakatmu adalah elemen tumbuhan... Baiklah perkenalkan dirimu dulu..."

"Nama saya Vyn... Saya dari desa yang jauh, saya mendapat peta kastil sihir anda dari guild, di sini tertulis kalau anda membuka pedaftaran murid magang" Vyn.

"Baiklah Vyn... Kau adalah murid magangku mulai sekarang, namaku Mely aku adalah Seorang penyihir level V. Sekarang kau sudah jadi murid magangku, ini hadiahmu token identitas dan cincin penyimpanan, jangan lupa teteskan darahmu di kedua barang ini" Mely.

"Terima kasih nyonya..." Vyn.

"Dan jangan makan buah-buahan beracun lagi..." Mely.

"Uhhhh... Maaf nyonya sudah dari kecil saya suka buah-buahan itu..." Vyn.

"Ya sudah terserah asal jangan sampai mati keracunan, kau boleh ke kamarmu di lantai 2, kamarmu no 2. Sekarang kau boleh pergi..." Mely.

"Sekali lagi terima kasih nyonya... Saya ke kamar dulu..." Vyn

Remaja yang bernama Vyn itu pun menundukkan kepala kepada Penyihir bernama Mely yang juga pemilik kastil sihir ini. Vyn berjalan menuju tangga mengarah ke lantai 2 kastil, sampai di lantai 2 ada koridor agak panjang di kanan kirinya ada beberapa pintu masing-masing. Ada kamar ekspreimen, ada kamar bengkel dan juga ada kamar laninnya.

"Ini dia pintu kamar no 2..." Vyn.

Pintu kamar no 2 di buka oleh Vyn dan ia cukup kaget, di dalam kamar itu ada ranjang tidur, lemari baju, meja dan kursi belajar, jendela dan kamar mandi. Cukup luas kamarnya dan bernuansa kehijauan di paling ujung ruangan ada rerumputan kecil dan sebelah kanannya ada pohon bonsai.

"Wow... Ini kamar ada rumput dan bonsainya... Ajaib bisa tumbuh di kamar dan terlihat hijau dan sehat..." Vyn.

Setelah menganggumi kamarnya, Vyn langsung ke kamar mandi, ia membuka bajunya lalu mulai mandi dan lupa menggosok giginya tanpa sabun ataupun pasta gigi. Setelah selesai ia keluar sambil memakai handuk. Ia keluar kamar mandi sambil mengibas-ibaskan rambutnya yang mulai panjang. Dan untuk bajunya yang ia buang ke bak sampah karena sudah banyak yang sobek.

Tas kecil yang terbuat dari karung itu di buka, ada satu celana dalam dan satu jubah penyihir berwarna hitam, 1 kantong berisi koin dan pisau belati. Ia pun memakai celana dalam lalu jubah sihir yang lumayan pas di badannya yang kurus dan juga ikat pinggang. Vyn mengamati dirinya di cermin sambil tersenyum melihat penampilannya sendiri.

"Pantas nggak pantas ini harus aku pakai, soalnya mahal harganya..." Vyn.

Jubah sihir yang di pakai Vyn itu mirip kimono, mengancingkannya harus pake sabuk atau ikat pinggang, jubah sihir ini biasa di pakai laki-laki. Kalau untuk perempuan biada pake gaun. Jubah atau gaun sihir ini sangat mahal harganya karena selain kuat dan khusus untuk penyihir, kualitas dan bahannya juga unggul.

"Mari kita lihat apa saja yang ada di dalam cincin penyimpanan ini?" Vyn.

Vyn duduk di kursi belajar mengeluarkan cincin penyimpanan dan juga token identitas. Ia mengambil belati dengan merimgis ia melukai ujung telunjuk kanannya sampai darah menetesi cincin penyimpanan dan juga token identitasnya. Cincin dan token itu menyerap darah Vyn tak lama kemudian sampai habis dan hilang.

"Ternyata kosong di dalamnya... Dan tokennya ternyata bisa merekam identitasku..." Vyn.

Vyn pun memasukkan token, dan kantong koinnya ke cincin penyimpanan dengan memindahkan barang itu memakai energi 'Mana'nya. Dengan ajaib barang itu menghilang. Vyn melihat tas usangnya yang dari kain ia mengambilnya dan membuangnya di tempat sampah.

"Sial sekali... Kemarin di jalan aku ada bandit yang merampokku beruntung aku menyimpan kantong koinku dengan aman..." Vyn.

Wajah Vyn tampak menyesal karena bertemu bandit di jalan sehingga ia kehilangan banyak barangnya. Beruntung pas ia sampai di sebuah kota kecil dekat kastil penyihir Mely ia membeli baju dan celana dalam yang keduanya terbuat dari kain ajaib, sehingga mencucinya cukup pake 'mana', maka dengan otomatis akan membersihkan semua kotorannya.

Hari berganti malam, dan Vyn pun naik ke ranjang tidurnya, mungkin karena saking lelah fisik dan pikiran serta jiwanya, tak lama ia sudah terlelap. Di ruang tamu Kastil Mely masih duduk di sofa sambil tersenyum cantik dan anggun, buah dadanya yang besar nampak bergetar ketika ia berdiri dan naik menuju kamarnya yang berada di lanti 3 kastil

"Embhhh... Aku tidak peduli kalau bakat sihirnya jelek yang penting dia sangat tenang pembawaanya dan terlihat agak gigih. Mudah-mudahan saja aku tidak salah..." Mely.

Suasana kastil kembali lagi tenang dan agak mencekam meskipun di sore hari, tetapi memgingat di luar kastil ada berbagai macam tumbuhan aneh dan monster, cukup membuat siapa saja takut. Di di dalam kasti terlihat ada beberapa golem kayu penjaga, sedangkan di luar ada 2 golem batu yang menjaga kastil.