webnovel

Kembali

Editor: Atlas Studios

Buku catatan Antigonus ada di dalam apartemen di seberang kamar para penculik itu!

Walaupun hal itu sangat kebetulan, Klein percaya bahwa intuisinya benar.

Dia segera bangun dari tempat tidurnya dan dengan cepat mengganti pakaian lamanya yang biasa dia kenakan saat tidur. Dia mengambil kemeja putih di sampingnya dan mengenakannya, dengan cepat mengancingkannya dari atas ke bawah.

Satu, dua, tiga … tiba-tiba dia menyadari kalau dia "kehilangan" kancing. Sisi kiri dan sisi kanan sepertinya tidak cocok.

Setelah diperhatikan dengan cermat, Klein menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan saat mengancingkan kancing paling atas, menyebabkan kemejanya menjadi melengkung.

Dia menggelengkan kepalanya tanpa daya sebelum mengambil napas dalam-dalam dan perlahan-lahan menghembuskan napasnya, menggunakan beberapa teknik Kontemplasi untuk mengembalikan ketenangannya.

Setelah mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitamnya, dia hampir tidak berhasil mengenakan sarung pistol ketiaknya dengan benar. Dia mengambil revolver yang dia sembunyikan di bawah bantalnya yang empuk dan memasukkan revolver itu ke dalam sarung pistol ketiaknya.

Tanpa memiliki waktu untuk mengikat dasi kupu-kupunya, dia mengenakan jas formal dan dengan memegang sebuah topi dan tongkat di masing-masing tangannya, dia berjalan menuju pintu. Setelah mengenakan topi tinggi setengahnya, Klein perlahan-lahan memutar pegangan pintu kamarnya dan berjalan ke koridor.

Dia menutup pintu kayu kamarnya dengan hati-hati dan menyelinap ke bawah seperti seorang pencuri. Dia menggunakan pena dan kertas di ruang keluarga untuk meninggalkan sebuah catatan, memberi tahu kakak dan adiknya bahwa dia lupa menyampaikan kepada mereka jika hari ini dia harus pergi bekerja lebih awal.

Saat dia sudah berada di luar, Klein merasakan hembusan angin yang sejuk dan seluruh tubuhnya pun menjadi tenang.

Jalanan di depannya tampak gelap dan sunyi tanpa terlihat satu pun pejalan kaki. Hanya terdapat lampu-lampu gas yang menerangi jalan.

Klein mengeluarkan jam sakunya dari dalam sakunya dan membukanya. Saat itu baru pukul enam pagi dan sinar bulan merah tua belum sepenuhnya menghilang. Namun, sudah mulai terlihat warna matahari terbit di cakrawala.

Dia baru saja akan mencari kereta kuda sewaan yang mahal ketika dia melihat sebuah kereta kuda beroda empat yang ditarik oleh dua ekor kuda sedang mendekatinya.

"Sudah ada kereta kuda umum di pagi buta begini?" Klein merasa bingung saat dia maju dan melambai untuk menghentikan kereta kuda tersebut.

"Selamat pagi Tuan." Kusir kereta kuda tersebut menghentikan kudanya dengan terampil.

Petugas tiket di sebelahnya menutup mulutnya dengan menggunakan tangannya sambil menguap.

"Ke Jalan Tanah Zoute." Klein mengambil dua sen dari sakunya beserta empat buah koin bernilai setengah sen.

"Empat sen," jawab petugas tiket itu tanpa ragu-ragu.

Setelah membayar untuk perjalanan itu, Klein menaiki kereta kuda itu dan mendapati kalau di dalamnya masih kosong. Keadaan itu memancarkan kesepian yang jelas di tengah malam yang gelap.

"Anda adalah orang pertama," kata kusir kereta kuda itu sambil tersenyum.

Kedua kuda berwarna cokelat itu memperlebar langkah mereka saat mereka berjalan dengan cepat.

"Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan sudah ada kereta kuda umum di pagi buta." Klein duduk di dekat kusir kereta kuda tadi dan memulai obrolan basa basi untuk mengalihkan perhatiannya dan menenangkan pikirannya yang tegang.

Kusir itu berkata dengan sikap mencela dirinya sendiri, "Dari jam enam pagi sampai jam sembilan malam, tetapi yang saya dapatkan hanyalah satu pound per minggu."

"Apakah tidak ada istirahat?" tanya Klein dengan heran.

"Kami istirahat bergiliran seminggu sekali." Nada kusir itu berubah menjadi berat.

Petugas tiket di sebelahnya menambahkan, "Kami bertanggung jawab untuk beroperasi di jalanan ini dari jam enam sampai jam sebelas pagi. Setelah itu, kami makan siang dan istirahat siang. Menjelang jam makan malam, yaitu jam enam sore, kami bergantian dengan rekan-rekan kami … bahkan jika kami tidak perlu istirahat, kedua kuda ini akan membutuhkannya."

"Dahulu keadaannya tidak seperti ini. Namun, ada kecelakaan yang seharusnya tidak terjadi. Karena kelelahan, seorang kusir kehilangan kendali atas kereta kudanya dan terguling. Kejadian itu mengakibatkan kami bekerja secara bergiliran … para pengisap darah itu tidak akan mungkin tiba-tiba menjadi sebaik ini! " Kusir itu mengejek.

Di bawah penerangan fajar, kereta kuda itu melaju menuju Jalan Tanah Zoute dan mengambil tujuh hingga delapan penumpang di sepanjang perjalanan.

Setelah Klein tidak terlalu merasa tegang, dia tidak berbincang lagi. Dia memejamkan matanya dan mengingat kembali pengalaman kemarin, berharap untuk menyadari jika dia telah melupakan sesuatu.

Pada saat langit sudah terang, ketika matahari sudah terbit sepenuhnya, kereta kuda itu akhirnya tiba di Jalan Tanah Zoute.

Klein menekan topinya dengan tangan kirinya dan dengan cepat melompat turun dari kereta kuda itu.

Dia cepat-cepat melangkah ke Jalan Tanah Zoute No. 36 dan tiba di luar Perusahaan Keamanan Mawar Hitam setelah menaiki tangga.

Pintunya masih tertutup dan masih terkunci.

Klein mengambil sekumpulan kunci dari pinggangnya dan menemukan kunci kuningan yang tepat, kemudian dia memasukkannya ke lubang kunci dan memutarnya.

Dia mendorongnya ke depan saat pintu itu pun terbuka perlahan-lahan. Dia melihat Leonard Mitchell yang berambut hitam dan bermata hijau sedang mengendus sebatang rokok yang sedang populer akhir-akhir ini.

"Sejujurnya, aku lebih suka cerutu … kamu tampak sedang terburu-buru?" tanya Burung Malam yang seperti penyair itu dengan santai dan nyaman.

"Di manakah Kapten?" Klein bertanya alih-alih menjawab.

Leonard menunjuk ke arah partisi.

"Dia ada di kantornya. Sebagai seorang Tanpa Tidur yang ahli, dia hanya butuh dua jam tidur dalam sehari. Aku percaya bahwa itu adalah ramuan yang akan paling disukai oleh para pemilik pabrik atau para bankir."

Klein mengangguk dan segera melewati partisi itu. Dia melihat bahwa Dunn Smith telah membuka pintu ke kantornya dan sedang berdiri di depan pintu masuknya.

"Ada apa?" Dunn mengenakan mantel hujan hitamnya, dan memegang tongkat bertatahkan emas dengan ekspresi serius dan tegas.

"Aku mendapatkan perasaan deja vu. Seharusnya tentang buku catatan itu. Buku catatan keluarga Antigonus." Klein berusaha keras untuk membuat jawabannya terdengar jelas dan logis.

"Di manakah itu?" Ekspresi Dunn Smith tidak mengalami perubahan yang terlihat jelas.

Akan tetapi, intuisi Klein memberitahunya bahwa pergolakan yang jelas dan tidak terlihat telah terjadi dalam dirinya. Ini mungkin kilatan semangatnya atau perubahan emosinya.

"Perasaan itu muncul di tempat Leonard dan aku menyelamatkan sandera kemarin. Di seberang kamar para penculik itu. Aku tidak menyadarinya waktu itu sampai aku bermimpi dan menerima pencerahan," Klein tidak menyembunyikan apa pun.

"Tampaknya, aku ketinggalan untuk memberikan kontribusi besar." Leonard, yang berjalan ke partisi, tertawa kecil.

Dunn sedikit mengangguk ketika dia memberi perintah dengan ekspresi serius, "Suruh Kenley untuk menggantikan Neil Tua mengawasi gudang senjata. Ajaklah Neil Tua dan Frye untuk ikut bersama kita."

Leonard berhenti bertingkah sembrono ketika dia segera memberi tahu Kenley dan Frye yang sedang berada di ruang hiburan Burung Malam. Salah satu dari mereka adalah seorang Tanpa Tidur dan yang lainnya adalah Kolektor Mayat.

Lima menit kemudian, kereta kuda beroda dua yang berada di bawah yurisdiksi Burung Malam mulai melaju menyusuri jalan-jalan yang sepi di pagi hari.

Leonard mengenakan sebuah topi bulu, kemeja, dan rompi. Dia bertindak sebagai kusir kereta kuda itu, mencambuk dari waktu ke waktu, mengirimkan suara yang tajam.

Di dalam kereta kuda itu, Klein dan Neil Tua duduk di sisi yang sama. Sedangkan Dunn Smith dan Frye duduk di seberang mereka berdua.

Warna kulit Kolektor Mayat itu begitu putih, sehingga tampak seperti sudah lama tidak terkena sinar matahari atau dia mengalami banyak kekurangan darah. Dia tampak berusia tiga puluhan dengan rambut berwarna hitam dan mata berwarna biru. Dia memiliki batang hidung yang tinggi dan bibir yang sangat tipis. Dia memiliki sikap dingin dan gelap serta memiliki bau samar dari mayat yang sering disentuhnya.

"Ulangi situasinya lagi secara detail." Dunn menyesuaikan kerah mantel hujan hitamnya.

Klein mengusap batu topas yang tergantung di lengan bajunya ketika dia bercerita mulai dari misi mereka sampai ke mimpinya. Di sebelahnya, Neil Tua terkekeh.

"Takdirmu tampaknya terkait dengan buku catatan keluarga Antigonus itu. Aku tidak pernah menyangka jika kamu akan menemukannya dengan cara itu."

Benar. Bukankah ini terlalu kebetulan !? Untungnya, Leonard baru saja menyebutkan bahwa berdasarkan penyelidikan awal dari penculikan Elliott, tidak ada indikasi adanya campur tangan dari fraksi rahasia dari kekuatan misterius. Penculikan itu semata-mata sebuah kejahatan yang dimotivasi oleh uang. Kalau tidak, aku akan benar-benar curiga jika seseorang telah mengatur hal ini dengan sengaja … Klein merasa situasinya agak aneh.

Kejadian ini terlalu kebetulan!

Dunn tidak mengungkapkan ide-idenya karena dia sedang tenggelam dalam pikirannya. Demikian juga Kolektor Mayat Frye, dia mempertahankan keheningannya, dalam mantel hujan berwarna hitam.

Hanya ketika kereta kuda tersebut berhenti di gedung yang dimaksud oleh Klein, keheningan itu pun pecah.

"Ayo kita naik. Klein, kamu dan Neil Tua berjalan di belakang. Hati-hati, sangat hati-hati." Dunn turun dari kereta kuda itu dan mengeluarkan sebuah revolver yang aneh dengan laras yang panjang dan tebal. Dia memasukkannya ke saku kanannya.

"Baiklah." Klein tidak berani membuka jalan.

Setelah Leonard menemukan seseorang untuk mengawasi kereta kuda mereka, lima orang Pelampau itu berjalan sesuai urutan ke dalam gedung. Dengan langkah kaki yang sangat ringan, mereka tiba di lantai tiga.

"Apakah ini tempatnya?" Leonard menunjuk ke apartemen di seberang kamar para penculik.

Klein mengetuk bagian tengah dahinya dua kali dan mengaktifkan Pandangan Rohnya.

Dalam keadaan ini, persepsi spiritualnya ditingkatkan lagi. Dia menemukan pintu itu tampak dikenalnya, seolah-olah dia pernah masuk ke ruangan itu sebelumnya.

"Iya." Dia mengangguk, memberi kepastian.

Neil Tua juga mengaktifkan persepsi spiritualnya dan setelah mengamati dengan saksama, dia pun berkata, "Tidak ada orang di dalam, dan juga tidak ada cahaya spiritual sihir."

Kolektor Mayat Frye menambahkan dengan suara seraknya, "Tidak ada roh jahat."

Frye bisa melihat banyak tubuh spiritual, termasuk roh jahat dan arwah gentayangan, bahkan tanpa mengaktifkan Penglihatan Spiritualnya.

Leonard maju selangkah dan, seperti kemarin, memukul kunci pintu itu.

Kali ini pukulannya tidak hanya menghancurkan kayu di sekitarnya, bahkan kunci pintu itu pun terlempar dan jatuh dengan berisik ke atas lantai.

Klein sepertinya merasa ada segel yang tak terlihat lenyap seketika. Tidak lama kemudian, dia mencium bau yang sangat menyengat.

"Mayat, mayat yang membusuk," Frye menjelaskan dengan dingin.

Dia tampaknya tidak merasa mual.

Dunn mengulurkan tangan kanannya yang tertutup sarung tangan hitam dan perlahan-lahan mendorong dan membuka pintu itu. Hal pertama yang mereka lihat adalah sebuah cerobong asap. Untuk awal Juli, terdapat panas yang tidak seharusnya, berasal dari dalam ruangan itu.

Di depan cerobong asap itu terdapat sebuah kursi goyang. Di atasnya duduk seorang wanita tua berpakaian hitam dan putih. Kepalanya terkulai ke bawah.

Tubuhnya tampak besar secara tidak normal. Kulitnya berwarna hijau kehitaman dan membengkak. Rasanya seperti dia akan meledak dari sebuah tusukan kecil, memuntahkan bau yang sangat busuk dari dalam. Saat belatung dan parasit lain menggeliat di antara daging, darah, dan cairan busuknya atau di pakaian dan lipatan-lipatannya, mereka tampak seperti titik-titik cahaya dalam Penglihatan Roh. Mereka tampak dekat dengan keadaan gelap gulita ini.

Pluk! Pluk!

Bola-bola mata wanita tua itu jatuh ke lantai dan berguling beberapa kali, meninggalkan garis cokelat kekuningan.

Klein merasa jijik dan tidak dapat lagi menahan bau busuk yang sangat menusuk hidung itu, dia pun akhirnya membungkuk dan muntah.